Banyak pasien osteoarthritis lutut merupakan individu dengan obesitas, sehingga penurunan berat badan seharusnya menjadi terapi lini pertama pada populasi ini.
Proses patologi dari osteoarthritis lutut melibatkan hilangnya kartilago artikular, sklerosis tulang subkondral, hingga perkembangan osteofit. Meski begitu, belum terdapat terapi farmakologis definitif yang dapat menghentikan perkembangan proses patologis dari osteoarthritis lutut.[1-3]
Penggunaan farmakoterapi seperti analgesik dan antiinflamasi non-steroid (NSAID) hanya berperan sebagai terapi simptomatik, dan tidak dapat diberikan sebagai terapi jangka panjang karena berbagai pertimbangan, seperti adanya efek samping negatif pada sistem gastrointestinal, ginjal, dan kardiovaskular. Oleh sebab itu, pendekatan terapi non-farmakologis berperan penting dalam penanganan osteoarthritis lutut, termasuk penurunan berat badan pada pasien dengan overweight dan obesitas.[2,3]
Rekomendasi penatalaksanaan osteoarthritis lutut berdasarkan pedoman klinis internasional dari National Institute for Health and Care Excellence (NICE) dan Research Society International (OARSI) adalah pendekatan terapi bertahap yang berfokus pada manajemen simptomatik. Kedua pedoman klinis ini merekomendasikan pengelolaan berat badan dan olahraga sebagai terapi lini pertama dari osteoarthritis lutut.[1,3]
Kaitan Berat Badan dan Osteoarthritis Lutut
Obesitas dan kelebihan berat badan memiliki hubungan yang kuat dengan perkembangan osteoarthritis lutut dan prevalensinya. Sebuah studi meta-analisis melaporkan bahwa terdapat korelasi antara peningkatan body mass index (BMI) dengan peningkatan risiko osteoarthritis lutut yang dapat terlihat pada gambaran radiografi genu dan manifestasi klinis dari osteoarthritis lutut.[1-3]
Korelasi antara overweight dan obesitas pada insiden osteoarthritis lutut dikaitkan dengan adanya kondisi inflamasi berlebihan pada populasi dengan kelebihan berat badan. Lemak tubuh (body fat) dan trigliserida dapat menstimulasi pengeluaran adipokin dan sitokin seperti interleukin-6 (IL-6) yang juga terlibat dalam patomekanisme osteoarthritis lutut.[1,3,4]
Manfaat Penurunan Berat Badan pada Osteoarthritis Lutut
Sebuah meta-analisis mengevaluasi hasil 44 uji coba terkontrol acak yang dilakukan pada pasien osteoarthritis lutut. Dalam penelitian ini, subjek menjalani program penurunan berat badan. Hasil analisis menunjukkan adanya penurunan sebesar 4,9% dari total berat badan pada intervensi nutrisi dengan diet tanpa olahraga dan 5,7% penurunan berat badan dengan program diet rendah lemak dan karbohidrat yang dikombinasikan dengan olahraga selama 18 bulan.
Pada kedua kelompok ini ditemukan perbaikan gejala inflamasi pada osteoarthritis lutut akibat penurunan mediator inflamasi yang diinduksi oleh body fat. Selain itu, ditemukan pula perbaikan gejala osteoarthritis akibat adanya penurunan tekanan pada sendi genu, yang kemudian meningkatkan fungsi fisik dan biomekanik.[4]
Hasil dari studi meta-analisis tersebut juga sesuai dengan penelitian tentang biomekanik yang melaporkan bahwa penurunan berat badan 1 kg pada individu dengan osteoarthritis lutut, akan menghasilkan pengurangan 4 kali lipat dari gaya yang bekerja pada sendi genu. Kedua studi ini mengindikasikan bahwa penurunan berat badan intensif dan olahraga dapat menurunkan beban sendi dan inflamasi yang menyebabkan penurunan rasa sakit dan peningkatan mobilitas serta kualitas hidup pasien osteoarthritis.[3,4]
Gambar 1. Korelasi Penurunan Berat Badan dan Peningkatan Kualitas Hidup pada Osteoarthritis. (Sumber gambar: dokumentasi pribadi dr. Eva Naomi, 2023)
Rekomendasi Penurunan Berat Badan pada Osteoarthritis Lutut
Beberapa penelitian dan ahli menyarankan bahwa target penurunan berat badan pada pasien dengan osteoarthritis lutut adalah ≥ 10% dari berat badan awal. Bukti ilmiah mengindikasikan adanya perbaikan gejala dan fungsional sendi genu yang sebanding dengan persentase penurunan berat badan. Meski begitu, ada pula pedoman yang merekomendasikan target lebih mudah dicapai pasien, yaitu penurunan berat badan 5%.[1,3,6]
Tidak hanya penurunan berat badan, pasien dengan osteoarthritis lutut juga harus dapat mengendalikan dan mempertahankan BMI dalam kisaran 20-25 kg/m2. Pasien osteoarthritis lutut yang dapat mempertahankan BMI dalam kisaran tersebut mengalami perbaikan gejala, seperti nyeri dan bengkak, yang berefek pada aktivitas harian maupun kualitas hidup keseluruhan.
Penurunan berat badan dan BMI dalam rentang normal juga akan menurunkan risiko progresivitas osteoarthritis lutut simtomatik hingga 50%.[3,5,6]
Pola Diet dan Penurunan Berat pada Osteoarthritis lutut
Belum ada konsensus mengenai pola diet terbaik bagi pasien osteoarthritis lutut. Meski begitu, penelitian mengenai rekomendasi diet khusus pada pasien osteoarthritis lutut terus berkembang.[7,8]
Diet Tinggi Serat
Asupan serat makanan yang tinggi telah dikaitkan dengan risiko lebih rendah untuk mengalami gejala nyeri sedang-berat pada pasien osteoarthritis lutut. Selain itu, beberapa kohort prospektif juga menunjukkan bahwa peningkatan asupan serat total berhubungan dengan penurunan risiko osteoarthritis lutut simtomatik, meskipun hubungannya dengan perbaikan pada gambaran radiografi masih belum jelas.[7,8]
Diet Mediterania:
Sebuah randomized feeding trial yang melibatkan 129 pasien osteoarthritis lutut mencoba menganalisis pola diet dengan penurunan berat badan. Studi penelitian ini melaporkan bahwa pasien dengan pola diet Mediterania mengalami penurunan berat badan yang secara signifikan lebih tinggi dan fungsi fisik yang meningkat dibandingkan dengan kelompok diet biasa.[9]
Berbagai penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa diet Mediterania bermanfaat dalam mengurangi inflamasi melalui penurunan kadar serum sitokin pro-inflamasi dan mediator lainnya. Diet Mediterania juga menghasilkan penurunan biomarker stres oksidatif, sehingga memperlambat degenerasi kartilago.[8]
Pola diet Mediterania merupakan pola makan plant-based foods yang menyediakan antioksidan dan serat dalam jumlah besar, serta vitamin dan mineral. Biasanya pola diet ini didominasi oleh makanan nabati, seperi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.[7,9,10]
Konsumsi makanan dengan kandungan lipid sehat, yaitu lemak tak jenuh tunggal seperti buah dan minyak zaitun serta ikan salmon atau ikan sarden segar, menjadi ciri khas pada pola diet ini. Konsumsi gula dan garam juga sangat rendah karena menggunakan rempah-rempah (herbs) untuk memberikan rasa pada makanan.[7,10]
Bukti Ilmiah Efikasi Penurunan Berat Badan pada Osteoarthritis lutut
Sebuah studi longitudinal multi-center pada pasien osteoarthritis dengan usia 45-78 tahun melaporkan bahwa penurunan berat badan pada pasien osteoarthritis lutut berkaitan dengan penurunan progresivitas penyakit. Gejala nyeri pada osteoarthritis lutut secara signifikan berkaitan dengan penurunan berat badan. Penurunan berat badan ≥5% berkaitan signifikan dengan resolusi nyeri genu pada follow up 4 tahun, sedangkan penambahan berat badan > 5% dikaitkan dengan peningkatan nyeri genu.[11]
Landsmeer et al melakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh perubahan berat badan terhadap perkembangan struktural osteoarthritis lutut melalui pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita overweight dan obesitas tanpa gejala klinis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan berat badan menghasilkan progresivitas sinovitis signifikan bila dibandingkan dengan kelompok berat badan stabil.
Selain itu, studi ini juga menemukan peningkatan peluang untuk berkembanganya lesi pada sumsum tulang patellofemoral dan adanya defek kartilago pada pasien dengan penambahan berat badan bila dibandingkan dengan kelompok berat badan stabil.[12]
Kesimpulan
Berbagai studi telah mengindikasikan bahwa penurunan berat badan berkaitan signifikan dengan berkurangnya gejala dan progresivitas osteoarthritis lutut. Di sisi lain, peningkatan berat badan telah ditemukan menghasilkan perburukan gejala osteoarthritis lutut.
Mengingat belum adanya terapi farmakologis yang bisa secara definitif menghilangkan osteoarthritis lutut, penurunan berat badan sebaiknya menjadi pendekatan lini pertama dalam manajemen penyakit ini.