Peak Expiratory Flow (PEF) Penting dalam Kontrol Asma

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Pengukuran peak expiratory flow (PEF) atau aliran puncak ekspirasi berperan penting dalam kontrol asma. Hal ini karena alat peak flow meter mudah dilakukan, portable, dan murah, sehingga lebih dapat dilakukan mandiri oleh pasien di rumah daripada spirometri. Alat PEF mengukur laju aliran maksimal yang dapat dicapai selama ekspirasi kuat, setelah inspirasi penuh.[1,2]

Peak expiratory flow rate (PEFR) atau laju aliran puncak ekspirasi dinyatakan dalam satuan liter per menit (L/min). PEFR mencerminkan aliran jalan napas besar yang bergantung pada upaya pasien, kekuatan otot napas, serta kemampuan recoil paru.[3]

PeakExpiratoryFlow

Alat PEF Meter Vs Spirometer

Pemeriksaan spirometri akan memberikan informasi yang lebih detail, seperti rasio FEV1 berbanding FVC, sehingga cocok digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosa asma. Sementara itu, pemeriksaan PEF hanya mengukur FEV serta reversibilitasnya.[4]

Dalam pemeriksaan PEF, adanya keterbatasan aliran udara saat ekspirasi dapat terlihat. Selain itu, variabilitas aliran udara ekspirasi saat pemeriksaan dapat menunjukkan reversibilitas, sehingga pemeriksaan ini dapat memberikan dasar yang objektif untuk diagnosis asma terutama pada anak-anak.[1,2]

Manfaat Spirometer

Diagnosis asma dikonfirmasi menggunakan spirometri, dengan melihat rasio FEV1 (forced expiratory volume in one second – volume ekspirasi selama satu detik pertama) berbanding FVC (forced vital capacity – volume udara ekspirasi dengan paksa dan tuntas setelah inspirasi dalam).[4]

Seseorang dapat terkonfirmasi asma jika rasio FEV1 berbanding FVC <80%, dengan reversibilitas FEV1 >12% atau volume >200 mL setelah diperiksa ulang menggunakan salbutamol.[4]

Spirometri memiliki keunggulan dalam informasi lebih detail terkait volume dan kapasitas paru. Namun, spirometri tidak dapat digunakan di berbagai situasi dan tidak dapat digunakan secara mandiri oleh pasien. Pada pemanfaatan klinis, baik spirometri maupun alat PEF dapat digunakan secara bersamaan dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti usia, kepatuhan, dan kemampuan pasien.[4]

Manfaat PEF Meter

Alat PEF merupakan metode alternatif untuk mengukur FEV. Jika pemeriksaan PEF mendapatkan reversibilitas >20% maka kondisi dapat diindikasikan asma. Penelitian terhadap 150 pasien berusia >18 tahun menemukan bahwa sensitivitas PEF adalah 47%, spesifisitas 87%, positive predictive value (PPV) 54,8%, dan negative predictive value (NPV) 84%.[4]

Kemudahan mengukur PEF dengan alat yang kecil dan portable membuat pengukuran PEF populer untuk memeriksa tingkat obstruksi jalan napas, baik pada pasien asma atau kondisi paru lainnya, misalnya monitoring kualitas udara terhadap fungsi respirasi dan monitoring penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).[1-3]

Interpretasi Hasil dan Aplikasi Klinis PEF

Saat ini, alat PEF banyak tersedia di pasaran dengan bentuk yang bervariasi, seperti manual atau digital yang terintegrasi dengan ponsel pintar. Pada dasarnya, cara menggunakan PEF sangatlah mudah, yaitu:

  • Indikator pada alat PEF dipindahkan menjadi level terendah
  • Dalam posisi berdiri, pasien mengambil nafas dalam kemudian menghembuskan secara cepat dan tuntas dalam sekali ekspirasi, melalui mouthpiece

  • Tahapan di atas diulang sebanyak 3 kali dan pastikan tidak ada udara yang bocor melalui mouthpiece

  • Dari 3 kali pemeriksaan, diambil nilai tertinggi[2,3]

Sebagai monitoring asma, pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan PEF di waktu yang sama. Pemeriksaan PEF secara rutin penting dalam penulisan rencana manajemen asma, di mana pasien mencatat nilai PEF, obat-obatan, gejala, dan aktivitas yang tidak biasa.[2,3]

Untuk interpretasinya, alat PEF memiliki penanda yang terbagi dalam tiga zona. Ketiga zona tersebut dibagi menjadi warna hijau, kuning, dan merah, yang diatur oleh pasien bersama tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter atau perawat.[2]

Zona Hijau

Zona hijau biasanya diatur antara 80‒100% dari nilai normal PEF. Selama tidak ada gejala yang muncul, pasien yang berada di zona hijau tergolong stabil dan tidak membutuhkan perubahan regimen atau dosis obat-obatan rutin.[2]

Zona Kuning

Zona kuning diatur antara 50‒80% dari nilai normal PEF. Pasien pada zona kuning, setelah beberapa kali pengulangan pemeriksaan, harus mulai waspada. Dokter sebaiknya mengedukasi pasien bagaimana cara meningkatkan dosis obat rutin, baik oral maupun inhalasi, dalam batas yang aman. Pasien juga dianjurkan untuk menghindari stimulus, seperti asap rokok atau polusi.[2]

Zona Merah

Zona merah diatur pada <50% dari nilai normal PEF. Pada zona ini, diinterpretasikan terdapat obstruksi serius pada jalan napas dan indikasi kegawatan medis. Pasien harus segera mendapatkan pertolongan medis kegawatdaruratan ke rumah sakit.[2]

Peran Pengukuran PEF Rutin dalam Kontrol Asma

Pengukuran PEF secara rutin dapat membantu penilaian kontrol asma dan peringatan eksaserbasi akut. Hal ini akan sangat membantu pasien asma berat, sehingga dapat mengambil langkah awal serta bersiap dalam kondisi gawat darurat. [1-3]

Monitoring PEF dapat membantu mendeteksi perubahan awal asma yang membutuhkan terapi, mengevaluasi respons terhadap terapi, memberikan pengukuran kuantitatif terhadap perkembangan terapi, dan mengidentifikasi hubungan antara lingkungan serta paparan okupasional terhadap bronkospasme.[3]

Setiap pasien asma memiliki nilai PEF individual yang berbeda, yang dapat dievaluasi berulang untuk melihat perkembangan terapi dan perjalanan penyakit. Cara mengidentifikasi nilai PEF individual adalah:

  • Nilai PEF paling besar yang diperoleh selama 2 minggu ketika pasien dalam kondisi stabil tanpa gejala asma
  • PEF diukur sebanyak 2 kali sehari dalam 2‒3 minggu
  • PEF diukur saat pasien bangun tidur, dan sore hari atau menuju malam hari
  • PEF harus diukur dengan jarak 15‒20 menit setelah menggunakan inhaler [2,3]

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil PEF

Perlu diperhatikan bahwa penggunaan PEF dipengaruhi keterampilan penggunanya, yang sangat ditentukan oleh ketepatan edukasi tenaga kesehatan mengenai teknik pemakaian alat. Selain itu, terdapat juga potensi variabilitas hasil pemeriksaan yang disebabkan oleh variasi diurnal dan variasi nilai individual. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu dijelaskan pada pasien/keluarga adalah:

  • Lakukan pemeriksaan PEF di waktu yang sama setiap harinya
  • Pastikan posisi pasien saat melakukan pemeriksaan sudah tepat
  • Tentukan dan dokumentasikan nilai PEF individual, sebagai acuan dalam rencana serta monitoring terapi asma[2,3,8]

Penggunaan PEF pada Pasien Anak

Populasi khusus pada aplikasi penggunaan alat PEF adalah anak usia <5 tahun. Anak perlu dilatih secara khusus, bagaimana cara menggunakan alat PEF untuk mendapat hasil yang baik. Keterbatasan pada kelompok usia ini adalah tingkat kooperatif anak terbatas, terutama saat eksaserbasi akut. Kondisi ini harus diperhatikan agar hasil pengukuran tidak bias.[2]

Penggunaan PEF pada Ibu Hamil

Populasi khusus lain adalah ibu hamil, di mana nilai PEF akan berubah pada tiap trimester kehamilan dan ketika periode postpartum. Penurunan PEF pada wanita hamil dengan asma harus dianggap sebagai perburukan obstruksi, hingga terbukti tidak.[2]

Peran Pengukuran PEF dalam Asma Eksaserbasi Akut

Masih terdapat kontroversi penggunaan PEF pada kondisi asma eksaserbasi akut. Pada tahun 2007, laporan National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pengukuran PEF pada episode asma akut dapat membantu menentukan tingkat eksaserbasi.[3]

Pengukuran saat kondisi asma eksaserbasi akut dapat membantu menentukan terapi sementara di rumah, kantor, atau sekolah, maupun terapi definitif di fasilitas kesehatan. Namun, NAEPP juga menyebutkan bahwa pengukuran PEF tidak dapat diandalkan dalam menentukan derajat serangan asma.[3]

Pengendalian Faktor Pencetus Asma

Selain monitoring asma, alat PEF dapat berguna untuk meneliti faktor-faktor pencetus asma, sehingga dapat membantu pasien untuk menghindari faktor pencetus tersebut. Selain itu, pengukuran PEF rutin secara mandiri dapat memberikan ambang batas kualitas udara yang aman untuk pasien.[5-7]

Di Korea Selatan, terdapat penelitian mengenai teknik mengumpulkan data secara real time melalui PEF untuk memprediksi eksaserbasi asma pada anak dan hubungannya dengan kualitas udara. Penelitian lain pada orang dewasa juga menunjukkan bahwa peningkatan kadar pencemaran udara berhubungan dengan penurunan PEF pada pasien asma dewasa. Khususnya pada kelompok yang tidak merokok.[3,5,6]

Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan di Thailand. Penelitian ini  menggunakan variabel polutan yang lebih luas, yaitu konsentrasi CO, NO2, O3, SO2, PM2.5 dan PM10. Penelitian ini menunjukkan polusi udara yang buruk akan mempengaruhi penurunan PEF.[7]

Potensi Pemanfaatan Teknologi terhadap Pemeriksaan PEF Rutin

Beberapa ahli berpendapat bahwa pengukuran PEF memiliki keterbatasan secara klinis, karena peak expiratory flow rate (PEFR) lebih inferior bila dibandingkan dengan pengukuran FEV1. Namun, pengukuran FEV1 dengan spirometri sangat tidak praktis, sehingga sulit digunakan sebagai alat monitoring mandiri di rumah.[2]

Saat ini, sudah tersedia di pasaran alat PEF yang dapat terhubung dengan smartphone untuk membuat tabulasi data otomatis. Selanjutnya, sudah berkembang alat PEF yang dapat mentransmisikan data pemeriksaan harian secara otomatis ke fasilitas kesehatan sehingga dapat diaplikasikan dalam telemedicine. Dokter dapat memantau pasien asma, baik pemantauan pengobatan dan perjalanan penyakit.[2]

Kesimpulan

Pengukuran peak expiratory flow (PEF) merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah, murah, portabel, serta dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien usia >5 tahun di rumah. Pengukuran PEF yang memiliki 3 zona, yaitu merah, kuning, dan hijau, dapat memudahkan pasien dalam menginterpretasikan hasil pengukuran. Walaupun dinilai memiliki variabilitas, dengan edukasi penggunaan alat PEF yang baik maka manfaat alat PEF pada pasien asma sangatlah besar.

Penggunaan PEF pada pasien asma, baik anak dan dewasa, sangat bermanfaat dalam kontrol dan monitoring terhadap efektivitas obat-obatan, perjalanan penyakit, prediksi eksaserbasi, serta identifikasi faktor pencetus (polusi udara). PEF bila digunakan bersama dengan rencana manajemen asma tertulis akan dapat menentukan kapan pengobatan asma perlu ditingkatkan, dan mencegah eksaserbasi asma yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Dengan kemajuan teknologi seperti artificial intelligence dan machine learning, alat pengukuran PEF dapat mengumpulkan data yang bersifat individual, sehingga akan membantu pasien serta dokter dalam pengelolaan asma.

Referensi