Pelatihan Berjalan Mundur untuk Rehabilitasi Pasien Stroke – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

A Backward Walking Training Program to Improve Balance and Mobility in Acute Stroke: Balance and Mobility in Acute Stroke: A Pilot Randomized Controlled Trial.

Rose DK, DeMark L, Fox EJ, Clark DJ, Wludyka P. Journal of Neurologic Physical Therapy. 2018;42:12-21.

Abstrak

Latar Belakang dan Tujuan: Berbagai strategi untuk memperbaiki defisit keseimbangan dan berjalan akibat stroke masih minimal. Pelatihan berjalan mundur atau backward walking training (BWT) untuk mengontrol motorik dan postural dapat memberikan manfaat untuk memperbaiki keseimbangan dan kecepatan berjalan pada populasi ini. Studi percontohan ini memiliki 2 tujuan:

  1. Menentukan kemungkinan pelatihan BWT digunakan selama rehabilitasi pasien rawat inap
  2. Membandingkan efektivitas dari BWT dengan standing balance training (SBT) pada kecepatan berjalan, keseimbangan, dan efikasi terkait keseimbangan pada stroke akut

Metode: 18 pasien post stroke 1 minggu diacak untuk mendapatkan terapi yang terjadwal 30 menit sesi BWT atau SBT. Dilakukan berbagai tes sebelum dan setelah intervensi dan pada saat 3 bulan setelah stroke. Tes yang dilakukan adalah tes berjalan 5 meter, tes berjalan mundur 3 meter, activities-specific balance confidence scale, Berg Balance Scale, Sensory Organization Test, dan, Function Independence Measure-Mobility.

Hasil: Terdapat perubahan kecepatan melangkah (BWT: 0,75 m/s; SBT 0,41 m/s), dinilai melalui tes berjalan 5 meter. Terdapat perubahan kecepatan melangkah mundur ( BWT: 0,53 m/s; SBT: 0,23 m/s), dinilai melalui tes berjalan mundur 3 meter. Hasil perubahan pada grup BWT lebih besar dibandingkan dengan SWT (p<0,05) antara sebelum intervensi sampai 1 bulan retensi. Terdapat perubahan dari sebelum intervensi sampai 1 bulan retensi yang besar pada uji activities-specific balance confidence scale, Berg Balance Scale, dan Function Independence Measure-Mobility dan kecil pada sensory organization test.

Diskusi dan Kesimpulan: Pasien setelah stroke 1 minggu dapat menoleransi terapi rehabilitasi tambahan 30 menit/hari. Pada 1 bulan post intervensi, BWT menghasilkan perbaikan yang lebih besar pada kecepatan berjalan maju maupun mundur dibandingkan dengan SBT. Pelatihan berjalan mundur (BWT) merupakan rehabilitasi stroke akut tambahan yang mampu laksana dan penting. Penelitian selanjutnya dibutuhkan untuk menilai BWT sebagai modalitas pencegahan untuk insidensi jatuh di kemudian hari.

shutterstock_105845495-min

Ulasan Alomedika

Penelitian ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk menentukan kelayakan atau mampu laksana program pelatihan berjalan mundur (backward walking test / BWT) pada rehabilitasi pasien stroke rawat inap serta membandingkan efektivitas BWT dengan pelatihan keseimbangan berdiri (standing balance test / SBT) pada kecepatan berjalan, keseimbangan, dan efektivitas terkait keseimbangan pada stroke akut. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya sekitar 73% insidensi jatuh terjadi pada 6 bulan pertama setelah stroke akibat defisit residual pada keseimbangan. Pelatihan berjalan mundur (BWT) diharapkan dapat memperbaiki kelemahan otot yang terjadi sekunder karena stroke dan memperbaiki koordinasi ekstremitas bawah.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kohort percontohan atau pilot study. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah diagnosis sebagai stroke pertama pada 30 hari terakhir, usia di atas 18 tahun, dapat berdiri tegak dengan bantuan sedang, antisipasi lama rehabilitasi rawat inap 2-3 minggu, berada dalam area geografi penelitian selama durasi studi, dan dianggap adekuat untuk menjalankan pelatihan.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ketiadaan gangguan keseimbangan yang signifikan (berdasarkan Berg Balance Scale skor melebihi 45/65), terdapat nyeri pada sendi ekstremitas bawah atau sendi penyangga berat badan, memiliki diagnosis neurologis lain, tidak dapat mengikuti perintah 2 langkah, contraversive pushing syndrome, atau terdiagnosis stroke cerebellum.

Subjek dilakukan randomisasi menjadi grup BWT dan SBT dan dilakukan penilaian selama tiga kali, yaitu sebelum intervensi, setelah intervensi, dan 3 bulan setelah stroke. Pengukuran sebelum intervensi dilakukan pada hari ke 2 masuk rumah sakit dan penilaian post intervensi dilakukan pada sesi intervensi terakhir.

Subjek mendapatkan terapi intervensi sebanyak 8 sesi dengan durasi 30 menit per sesi yang diberikan oleh terapis khusus. Setiap pelatihan direkam pada sebuah log pelatihan untuk memperlihatkan progres intensitas dari setiap sesi.

Penelitian ini menilai hasil luaran primer berupa kemampuan pasien menyelesaikan setiap sesi intervensi selama 30 menit dan membandingkan efektivitas BWT dengan SBT dalam memperbaiki keseimbangan dan mobilitas. Berbagai pengukuran dilakukan untuk menilai hasil luaran primer ini, yaitu  tes berjalan 5 meter, tes berjalan mundur 3 meter, activities-specific balance confidence scale, Berg Balance Scale, Sensory Organization Test, dan Function Independence Measure-Mobility.

Ulasan Hasil Penelitian

Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 18 pasien yang masuk ke unit stroke sebagai pasien rawat inap. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada terapi fisik pada umumnya (usual care) antara grup BWT dan grup SBT.

Semua partisipan pada kedua grup dapat menoleransi tambahan pelatihan 30 menit.  Hanya 16 partisipan yang menyelesaikan intervensi penelitian sampai pengukuran post intervensi, dua partisipan mundur akibat hipertensi yang tidak terkontrol dan early discharge untuk alasan yang tidak diketahui. Grup BWT mendapatkan peningkatan berdasarkan tes berjalan 5 meter, yaitu dari 0,23± 0,12 menjadi 0,98± 0,48 m/detik dari sebelum intervensi sampai retensi. Pada Grup SBT didapatkan peningkatan dari 0,23± 0,15 menjadi 0,64± 0,40. Pada analisis interaksi grup x waktu didapatkan perbedaan yang signifikan antara grup BWT dan SBT. Peningkatan kecepatan berjalan pada grup BWT sebesar 0,75 m/detik, sedangkan grup SBT hanya 0,41 m/detik. Begitu pula dengan hasil pengukuran tes berjalan mundur 3 meter, didapatkan grup BWT menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,53 m/detik dibandingkan dengan grup SBT hanyak sebanyak 0,23m/detik.

Hasil pengukuran activities-specific balance confidence scale score didapatkan grup BWT meningkat sebesar 35,5% dan grup SBT meningkat sebesar 15,7%. Pada pengukuran Berg Balance Scale, Sensory Organization Test, dan Function Independence Measure-Mobility didapatkan hasil yang lebih tinggi pada grup BWT namun tidak signifikan secara statistik.

Insidensi jatuh selama intervensi hanya terjadi pada 1 pasien dari grup BWT sedangkan selama fase retensi 3 bulan setelah intervensi, terdapat 2 insidensi jatuh pada grup BWT dan 4 insidensi pada grup SBT.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi percontohan dan merupakan studi untuk menilai apakah intervensi baru ini dapat mampu laksana tanpa adanya keluhan rasa takut atau rasa lelah berlebihan. Pada studi ini juga dilakukan randomisasi dan blinding pada evaluator pada tiga kali pengukuran sehingga validitasnya baik. Studi ini juga menggunakan berbagai macam pengukuran untuk menguji hasil luaran klinis.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi percontohan sehingga subjek yang ikut hanya sedikit, 18 orang. Adanya perbaikan alami dalam 3 bulan setelah stroke juga dapat berkontribusi dalam perbaikan pada kedua grup. Oleh karena itu, studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk menilai mekanisme yang mendasari dari perbaikan yang terjadi.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan berjalan mundur selama 30 menit merupakan pelatihan yang mampu laksana pada pasien rawat inap akibat stroke sebagai rehabilitasi tambahan untuk memperbaiki keseimbangan dan mobilitas. Pelatihan berjalan mundur (BWT) dapat diaplikasikan pada pasien stroke akut di Indonesia karena tidak didapat adanya efek samping dan dinilai dapat meningkatkan keseimbangan dan mobilitas. Dokter dapat mempertimbangkan adanya terapi BWT yang dilakukan dengan durasi 30 menit, namun terapi perlu diawasi oleh terapis khusus.

Referensi