Perawatan paliatif pada pasien kanker berfokus pada tata laksana yang optimal terhadap gejala-gejala yang mengganggu pasien. Perawatan paliatif menggabungkan perawatan medis, psikososial, serta spiritual, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, keluarga, dan pendamping pasien. Hal ini didefinisikan oleh pedoman praktik klinis National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dalam Onkologi.[1]
Menurut Global Cancer Observatory (Globocan) tahun 2020, terdapat >19.000.000 kasus kanker baru ditemukan di seluruh dunia, di mana kanker payudara menempati posisi teratas. Dilaporkan juga bahwa terdapat hampir 10.000.000 kematian akibat kanker yang terjadi di seluruh dunia.[5]
Angka kanker secara global tersebut cenderung terus meningkat, dan hal ini juga disertai dengan peningkatan jumlah penderita kanker yang hidup, tetapi dengan gejala dan ketidakmampuan akibat penyakit mereka dan/atau terapi terkait penyakitnya. Hal ini menimbulkan tantangan secara holistik pada pasien dan keluarga, yang membutuhkan penanganan yang lebih baik.[1,6]
Tujuan Perawatan Paliatif
Tujuan dari perawatan paliatif adalah mengantisipasi, mencegah, dan mengurangi penderitaan pasien. Selain itu, perawatan paliatif juga harus dapat mendorong adaptasi dan mendukung tercapainya kualitas hidup terbaik bagi pasien, keluarga, dan pendamping pasien, terlepas dari stadium penyakit yang diderita atau terapi-terapi yang dibutuhkan.[1-3]
Sebenarnya, perawatan paliatif harus sudah dimulai saat diagnosis ditegakkan, yang diberikan bersama dengan terapi yang berhubungan dengan penyakit yang diderita. Hal ini untuk meningkatkan angka kesintasan pasien, serta mempermudah pasien untuk mendapatkan akses terhadap informasi terkait penyakitnya.[1-3]
Perawatan paliatif sebaiknya diawali oleh tim onkologi primer, kemudian berkolaborasi dengan spesialis perawatan paliatif dalam tim interprofesional. Untuk mengatasi gejala dan/atau masalah medis dan psikososial yang kompleks, pasien sebaiknya dirawat bersama antara dokter ahli, perawat, ahli gizi, pekerja sosial, psikolog, psikiater, pemuka agama, dan apoteker.[4]
Penilaian Komprehensif pada Perawatan Paliatif
Pasien harus menjalani penilaian perawatan paliatif yang komprehensif oleh tim onkologi, termasuk evaluasi manfaat dan beban dari terapi antikanker; kapasitas pengambilan keputusan pasien dan keluarga; strategi penanggulangan penyakit, gejala fisik, gangguan psikososial, atau spiritual; tujuan, nilai, dan harapan pribadi pasien atau keluarga; kebutuhan pendidikan dan informasi; potensi permasalahan finansial; serta faktor budaya yang dapat mempengaruhi perawatan pada pasien kanker.[1]
Penilaian Gangguan Psikososial
Penilaian gangguan psikososial sebaiknya mencakup pasien, keluarga, dan pendamping pasien, serta berfokus pada gangguan yang berhubungan dengan penyakit dan kebutuhan psikososial, spiritual, atau eksistensial. Dukungan sosial, termasuk keluarga dan komunitas, serta finansial, juga wajib dinilai pada pasien kanker. Kehilangan pekerjaan akibat sakit yang dialami pasien kanker akan menyebabkan kesedihan, merasa kesepian (isolasi sosial), serta berpengaruh pada sisi finansial.[1]
Intervensi pada Perawatan Paliatif
Adanya komorbid fisik dan psikososial wajib mendapatkan tata laksana yang tepat dari klinisi. Rujukan ke ahli lain diperlukan untuk kesehatan mental, perawatan spiritual, layanan rumah sakit, dukungan sosial dan psikososial, dan konsultasi finansial.[7,8]
Terapi Antikanker
Perawatan paliatif yang primer, termasuk pemberian terapi antikanker dan penanganan gejala-gejala yang terkait penyakitnya, harus diberikan kepada seluruh pasien kanker. Sangat diperlukan adanya peningkatan kesadaran pasien dan keluarga terkait prognosis yang lebih baik, termasuk tujuan terapi dan nilai-nilai yang akan diperoleh oleh pasien, keluarga, dan pendamping pasien.[1]
Penanganan Simptomatik
Gejala-gejala yang muncul pada pasien kanker wajib dinilai dan ditangani secara komprehensif pada seluruh pasien. Pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi, kondisinya dapat dinilai dari tanda-tanda fisik. Edukasi yang informatif tentang keadaan pasien terkini serta risiko dan manfaat dari pilihan terapi yang akan dipilih, harus diberikan pada pasien, keluarga, dan pendamping pasien.
Pedoman NCCN merekomendasikan adanya dukungan psikososial dan emosional baik kepada pasien maupun untuk keluarga dan pendamping pasien, sebagai bagian integrasi dari penanganan simptomatik pada pasien kanker. Ketika diperlukan, dokter dapat melakukan intervensi paliatif yang tepat, sehingga mampu mengatasi sejumlah gejala yang ada.[1]
Penanganan Nyeri:
Pasien, keluarga, dan pendamping pasien perlu diedukasi terkait peran obat antinyeri, termasuk peningkatan dosis yang dibutuhkan pasien pada saat menjelang kematian. Ketika pasien mulai mengalami penurunan kesadaran, tentunya penanganan nyeri harus disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut. Pada pasien kanker stadium lanjut, opioid dapat diberikan secara titrasi agresif untuk mengatasi nyeri akut atau kronik, misalnya pemberian methadone.[9]
Radioterapi paliatif fraksi tunggal juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat metastasis tulang.[10,11]
Pedoman NCCN merekomendasikan perlunya pertimbangan dalam pemberian tata laksana nonfarmakologi dan/atau intervensi integratif sebagai tambahan penanganan nyeri pada pasien kanker. Contoh penanganan berupa cognitive behaviour therapy, terapi penerimaan dan komitmen, pemijatan, terapi musik, pemberian kompres hangat atau dingin, reposisi, dan penggunaan alat penyokong.[12-15]
Untuk nyeri yang refrakter, dapat diberikan sedasi paliatif dan dikonsultasikan kepada dokter ahli nyeri, dokter ahli perawatan paliatif, serta disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.[12-15]
Penanganan Anoreksia dan Kaheksia:
Kaheksia adalah penurunan berat badan akibat kehilangan massa otot rangka dan viseral, di mana hal ini kerap terjadi pada pasien kanker stadium lanjut. Pasien kanker yang mengalami penurunan nafsu makan juga berkontribusi menyebabkan terjadinya kaheksia. Selain itu, kaheksia dapat terjadi secara independen tanpa anoreksia, akibat sitokin proinflamatori dan tumor-derived factors yang memicu terjadinya proteolisis otot.[16,17]
Kaheksia akan menyebabkan terjadinya astenia, hipoalbuminemia, gangguan sistem imun, disfungsi metabolik, dan gagal otonom. Kaheksia terkait kanker umumnya berkaitan dengan adanya kegagalan terapi antikanker, peningkatan toksisitas terapi, penundaan inisiasi terapi, penghentian terapi awal, dan gangguan psikososial.[16,17]
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh dokter adalah evaluasi derajat keparahan penurunan berat badan dan gejala terkait, edukasi kepada pasien, keluarga, dan pendamping pasien tentang kondisi pasien, serta diskusi terkait pilihan terapi beserta risiko dan manfaatnya untuk pasien.[18,19]
Dokter wajib menilai kondisi atau gejala yang berhubungan dengan asupan makanan, seperti disfagia, disgeusia, xerostomia, masalah pada gigi dan gusi, cegukan yang mengganggu, mukositis, kandidiasis orofaringeal, depresi, mual dan muntah, nyeri, serta rasa kenyang yang lebih awal. Evaluasi psikiatri juga perlu dipertimbangkan pada pasien yang dicurigai mengalami gangguan makan.[18,19]
Tata laksana mencakup pengelolaan terhadap gejala atau penghentian obat-obatan yang mengganggu asupan makanan, serta memperbaiki pola buang air besar untuk mengoptimalkan motilitas usus.[18,19]
Dukungan sosial, konsultasi dengan ahli diet, serta pendampingan pasien saat makan merupakan bagian dari tata laksana nonfarmakologi pada kaheksia. Jika peningkatan nafsu makan merupakan aspek yang penting pada kualitas hidup pasien, maka pemberian stimulan nafsu makan dapat berguna untuk pasien, seperti megestrol asetat, deksametason, dan olanzapine.[20-23]
Kolaborasi pemberian megestrol asetat, suplemen yang nutrisional, dan konsultasi pada ahli diet dapat memperbaiki luaran pada pasien kanker dengan kaheksia.[20]
Kesimpulan
Sejumlah rekomendasi dibuat untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker, dan juga pada keluarga serta pendamping pasien. Pemberian terapi paliatif pada pasien kanker harus dimulai sejak diagnosis.
Hal yang dapat dilakukan di antaranya adalah penilaian dan pengenalan adanya gangguan psikososial, strategi penanggulangan yang adaptif untuk pasien, keluarga, dan pendamping pasien, serta memperluas kebutuhan, dukungan, dan perencanaan terapi yang holistik pada pasien kanker. Perawatan paliatif pada pasien kanker memerlukan tim yang terdiri dari berbagai ahli profesional di bidangnya masing-masing.