Manajemen Pusing atau Vertigo: Apa yang Perlu Dilakukan dan Jangan Dilakukan

Oleh :
dr. Ade Wijaya SpN

Dalam manajemen pusing atau vertigo, perlu diketahui pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan atau jangan dilakukan, untuk mencegah manajemen yang tidak diperlukan. Keluhan vertigo, seperti pusing berputar, pusing bergoyang, dan rasa melayang, sering dijumpai, baik pada pelayanan rawat jalan maupun kunjungan gawat darurat. Keluhan ini memiliki etiologi yang sangat bervariasi, mulai dari yang bersifat jinak hingga mengancam nyawa.

Pusing atau Vertigo Merupakan Gejala Gangguan Vestibular

Gejala gangguan vestibular dapat dibagi menjadi 4 gejala utama, yaitu vertigo, dizziness, gejala vestibulovisual, dan gejala postural.[1-3]

Vertigo,Dizzynes.,Bppv,Head,Brain,Stroke,And,Canaliths

Vertigo adalah sensasi seolah diri bergerak, padahal sesungguhnya tidak terjadi gerakan. Terminologi ini mencakup sensasi berputar maupun tidak berputar, melayang, miring, berayun, bergeser, atau berloncatan. Vertigo dapat terjadi spontan maupun dipicu oleh pemicu (triggered), seperti posisi tubuh, gerakan kepala, suara, visual, atau ortostatik. Sementara, dizziness merupakan sensasi orientasi spasial yang terganggu, tanpa adanya sensasi gerakan.[1,2,4]

Gejala vestibulovisual adalah sensasi yang salah seolah lingkungan bergerak atau miring, akibat gangguan vestibular yang menyebabkan distorsi, ilusi, halusinasi, atau perasaan objek bergerak pada lingkungan yang statis. Gejala postural adalah gangguan keseimbangan yang berhubungan dengan gangguan pemeliharaan stabilitas postural pada posisi tegak, seperti duduk, berdiri, atau berjalan.[1,2,4]

Pendekatan Diagnosis Gangguan Vestibular

Berdasarkan pedoman The International Classification of Vestibular Disorders (ICVD),  pendekatan diagnosis gangguan vestibular melalui 4 lapisan yang sistematis. Lapisan I adalah gejala dan tanda klinis, sedangkan lapisan II adalah sindrom klinis yang membedakan gangguan vestibular berdasarkan waktu dan pencetus.[1]

Selanjutnya, lapisan III terdiri dari III-A yang mengklasifikasikan gangguan berdasarkan etiologi (penyakit/kondisi), dan III-B yang mengklasifikasikan gangguan berdasarkan mekanisme patofisiologis. Setiap lapisan saling terkait dan penting untuk menentukan manajemen vertigo selanjutnya. Lihat Gambar 1.[1]

g1vertigo

Gambar 1. Lapisan dalam Diagnosis Vertigo[1]

Klasifikasi Gangguan Vestibular Berdasarkan Waktu dan Pencetus

Berdasarkan waktu dan pencetusnya, ICVD mengklasifikasikan gangguan vestibular (lapis II) menjadi 3 kelompok, yaitu sindrom vestibular akut, sindrom vestibular episodik, dan sindrom vestibular kronis. Untuk membedakan ketiga sindrom ini dapat digunakan pendekatan TiTrATE (time, trigger, targeted examinations).[1,2,5]

Sindrom Vestibular Akut

Sindrom vestibular akut muncul secara tiba-tiba, dengan durasi 24 hingga beberapa minggu, dan berlangsung terus menerus. Gejala yang dominan pada sindrom ini berupa vertigo dan nistagmus.[2,6,7]

g2SVA

Gambar 2. Pendekatan Diagnosis Sindrom Vestibular Akut [1]

Sindrom vestibular akut dapat terjadi secara spontan atau terdapat pemicu tertentu (triggered). Untuk membedakan sindrom vestibular akut spontan akibat stroke atau neuritis vestibularis, dilakukan pemeriksaan HINTS atau HINTS plus, yaitu head impulse test, nystagmus, test of skew, dan acute onset hearing loss.[2,5]

Tabel 1. Pemeriksaan HINTS Plus

Pemeriksaan Stroke Neuritis Vestibularis
Head impulse test Sakadik negatif Sakadik positif
Nystagmus

Vertical-torsional,

no fatigue, bidirectional

Horizontal torsional, unidirectional
Test of skew Abnormal Normal
Acute onset hearing loss Ada Tidak ada

Sumber: dr. Ade Wijaya, Sp.S, 2023.[5]

Sindrom Vestibular Episodik

Sindrom vestibular episodik timbul secara intermiten, yang berlangsung beberapa detik hingga beberapa jam dengan periode remisi antar serangan. Sindrom vestibular episodik dapat terjadi spontan maupun dengan pemicu.

g3SVE

Gambar 3. Pendekatan Diagnosis Sindrom Vestibular Episodik [1]

Dix-Hallpike merupakan teknik pemeriksaan yang penting untuk membedakan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) dengan central paroxysmal positional vertigo (CPPV). BPPV merupakan sindrom vestibular episodik dengan pemicu yang sering dilaporkan.[1-3].

Manuver Dix-Hallpike dilakukan dengan cara memposisikan pasien duduk di atas tempat tidur kemudian kepala dirotasikan 45° ke satu sisi. Kemudian, pasien dibaringkan secara cepat dengan kepala menggantung pada tepi tempat tidur dengan sudut 30° di bawah garis horizontal. Perhatikan adanya nistagmus. Pada BPPV akan muncul nistagmus upward-beating atau torsional dengan latensi dan fatigue.

Sindrom Vestibular Kronik

Sindrom vestibular kronik muncul secara persisten, dalam durasi bulan hingga tahun. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan koklear maupun sentral. Kondisi tersering yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah persistent postural perceptual dizziness dan bilateral vestibulopathy. Kemungkinan lain adalah neoplasma pada fosa posterior otak atau manifestasi psikologis/perilaku dari gangguan vestibuler. [1-3]

Pemeriksaan Penunjang untuk Pasien Pusing atau Vertigo

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat bermanfaat pada kasus-kasus vertigo dan dizziness, misalnya CT scan kepala (computed tomography scan) atau MRI otak (magnetic resonance imaging), yang terutama ditujukan pada pasien dengan kecurigaan vertigo sentral.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat sangat bermanfaat dalam menyeleksi pasien dengan vertigo atau dizziness yang perlu pemeriksaan lanjutan pencitraan tersebut. Pemeriksaan fisik yang penting antara lain pemeriksaan HINTS plus, manuver Dix-Hallpike, serta pemeriksaan neurologis secara umum.[5]

Medikamentosa untuk Pasien Pusing atau Vertigo

Tata laksana vertigo dan dizziness perlu disesuaikan dengan etiologinya. Sebelum memberikan terapi simtomatik, satu hal yang penting adalah mengeksklusi penyebab vertigo yang berbahaya, seperti stroke, tumor, atau abses di serebelum.

Keluhan vestibular dapat diredakan dengan pemberian jangka pendek obat golongan supresan vestibular, yaitu betahistine, dimenhydrinat, maupun benzodiazepine. Kortikosteroid jangka pendek dapat bermanfaat pada kasus neuritis vestibularis. Pada BPPV, tata laksana meliputi terapi reposisi kanalit dan obat-obatan migren untuk meredakan migrain vestibular.[2]

Kesimpulan

Keluhan vestibular dapat merupakan kondisi yang benigna atau mengindikasikan kondisi yang serius dan berbahaya seperti stroke. Kemampuan mendiagnosis yang baik sangat diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang berbahaya dan memastikan etiologi sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara optimal.

Pemeriksaan penunjang, seperti CT scan kepala atau MRI otak, tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada setiap kasus vertigo/dizziness. Pemeriksaan lanjutan ini hanya dianjurkan pada pasien dengan klinis vertigo sentral. Untuk menyeleksi pasien yang memerlukan pemeriksaan CT Scan/MRI, pemeriksaan fisik yang sangat bermanfaat adalah manuver Dix-Hallpike dan pemeriksaan HINTS plus.

Referensi