Mamografi Vs Ultrasonografi untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

Oleh :
dr.Dina Wati Amaliah Rahman

Mamografi dan ultrasonografi (USG) payudara dapat berperan untuk deteksi dini kanker payudara. Selain untuk deteksi dini, modalitas radiologi juga digunakan untuk menilai perluasan/metastasis kanker payudara. Namun, seringkali timbul pertanyaan, pemeriksaan radiologi manakah yang lebih baik ketika dokter mengarah diagnosis kanker payudara. Artikel ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut.[1-3]

Modalitas untuk Breast Imaging

Secara garis besar, modalitas untuk breast imaging adalah mamografi, ultrasonografi (USG), magnetic resonance imaging (MRI), gamma radiation (nuclear medicine), dan non-ionizing radiation. Namun, di Indonesia umumnya menggunakan mamografi, USG, dan MRI. Pemeriksaan breast MRI dipercaya akan lebih akurat, tetapi ketersediaan MRI terbatas dan biaya yang mahal.[1,4]

deteksi kanker payudara

Hasil pemeriksaan mamografi, USG, dan MRI payudara akan memberikan skala interpretasi BI-RADS (breast imaging-reporting and data system) yang menentukan tata laksana kanker payudara selanjutnya, termasuk perlu tidaknya biopsi.[5,6]

Sekilas tentang Mamografi

Pemeriksaan mamografi menggunakan radiasi X-ray dosis rendah, yaitu 20‒32 kVp. Perlu diketahui, prosedur mamografi menggunakan plate untuk mengkompresi payudara secara bergantian, yang seringkali membuat pasien merasa kurang nyaman. Mamografi saat ini menjadi gold standar untuk deteksi dini atau skrining kanker payudara.[2]

Mamografi utamanya dapat menampilkan karakteristik dari mikrokalsifikasi pada payudara, dengan/tanpa adanya massa yang seringkali merupakan temuan awal kanker payudara. Gambaran mikrokalsifikasi ini tidak dapat dinilai dengan USG. Mamografi dipercaya dapat membantu deteksi kanker payudara sebelum tumor teraba pada pemeriksaan fisik payudara, sehingga keputusan tata laksana dapat dilakukan lebih dini.[1-7]

Sekilas tentang USG Payudara

Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi (sekitar 3‒12 MHz) yang ditransmisikan ke jaringan melalui probe. USG payudara tentu tidak sama dengan mamografi. Umumnya, USG payudara dilakukan setelah adanya temuan abnormal pada mamografi, atau dilakukan pada pasien yang memiliki faktor risiko tetapi terlihat normal pada mamografi.[1-8]

Terdapat kondisi tertentu di mana USG payudara atau breast ultrasound dinilai lebih baik daripada mamografi, misalnya pasien hamil karena USG tanpa radiasi. Selain itu, USG lebih baik untuk pasien wanita muda usia <30 tahun, yang memiliki densitas payudara tinggi akibat jaringan fibroglandular yang lebih banyak dan jaringan adiposa yang sedikit.[3,7]

Keunggulan USG payudara lainnya adalah dapat menilai komposisi massa, apakah solid, kistik, atau campuran. USG payudara juga dapat digunakan untuk guided biopsy.[1]

Perbedaan Mamografi dan USG Payudara

Mamografi dan USG payudara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti yang telah dijelaskan di atas, mamografi merupakan gold standar untuk diagnosis kanker payudara, sedangkan USG payudara biasanya dilakukan sebagai pemeriksaan lanjutan setelah mamografi.[1,8-10]

Kualitas pencitraan mamografi adalah:

  • Dapat melihat keseluruhan payudara dengan posisi yang berbeda
  • Dapat menilai mikrokalsifikasi dengan/tanpa massa yang seringkali merupakan temuan awal dari kanker payudara
  • Dapat melihat massa yang terletak lebih dalam
  • Dapat menilai asimetris dan distorsi payudara
  • Dapat lebih mudah menilai perkembangan payudara secara keseluruhan atau massa pada waktu yang berbeda (follow up)

  • Dapat lebih mudah menilai kelenjar getah bening di aksila[1,8-10]

Sementara itu, kualitas pencitraan dari USG payudara adalah:

  • Dapat melihat massa pada pasien yang memiliki densitas payudara yang tinggi
  • Dapat menilai komposisi massa, yaitu solid, kistik, atau campuran
  • Tidak dapat menilai mikrokalsifikasi pada payudara
  • Dapat diandalkan pada kondisi teraba benjolan dengan hasil mammografi normal[1-10]

Tabel 1. Perbedaan Mamografi dan Ultrasonografi untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

Mamografi USG Payudara
Cara Kerja Menggunakan radiasi X-Ray dosis rendah Menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi dan tanpa radiasi
Limitasi

-   Tidak untuk pasien hamil

-   Sulit melihat massa pada pasien yang memiliki densitas payudara tinggi

-   Tidak dapat membedakan massa solid/kistik

-   Pasien merasa kurang nyaman dengan teknik pengambilan gambar

-   Potensi overdiagnosis

-   Tergantung keahlian operator

-   Tidak dapat menilai mikrokalsifikasi

-   Sulit melihat massa yang terletak lebih dalam

-   Potensi misdiagnosis kanker payudara stadium dini

-   Sulit menilai payudara dan massa berukuran besar dengan akurat,  terutama pada pasien obesitas yang memiliki payudara besar

-   Sulit menilai perkembangan keseluruhan payudara dan massa pada waktu yang berbeda

Sumber: Dina WA Rahman, 2024.[1,8-10]

Penelitian Penggunaan Mamografi dan USG Payudara

Penelitian yang membandingkan mammografi dan USG payudara dalam diagnosis kanker payudara telah banyak dilakukan. Berikut dua penelitian pada tempat yang dan kondisi yang berbeda dalam lingkup Asia, yaitu penelitian di China dan Indonesia.

Penelitian Mamografi Vs USG Payudara di China

Penelitian di Tiongkok pada bulan November 2019 hingga November 2021 melibatkan 2.737 wanita Tiongkok berusia 35‒70 tahun, yang memiliki setidaknya satu lesi ganas yang mencurigakan melalui pemeriksaan klinis atau pencitraan dan memutuskan untuk melakukan biopsi yang akhirnya (2.844 lesi). Hasil penelitian ini menemukan 1.935 lesi keganasan yang dikonfirmasi secara patologis, di mana 1.851 (95,7%) kasus positif pada USG, 1.527 (78,9%) kasus positif pada mamografi, dan 1.483 (76,6%) kasus positif pada kedua pemeriksaan radiologi.

Selanjutnya, 368 (19,0%) kanker payudara memiliki hasil USG positif dan mamografi negatif, sedangkan 44 (2,3%) kanker payudara memiliki hasil mamografi positif dan USG negatif. Di antara 1.935 kasus kanker payudara, didapatkan 180 (9,3%) kasus kanker non-invasif dan 1.755 (90,7%) kasus kanker invasif.

Penelitian ini merupakan perbandingan prospektif berpasangan head-to-head terbesar antara USG dan mamografi dalam diagnosis dini kanker payudara. Berdasarkan penelitian ini, tampaknya USG lebih sensitif dan akurat daripada mamografi dalam mendeteksi kanker payudara, dengan spesifisitas yang lebih rendah.[11]

Penelitian Mamografi Vs USG Payudara di Indonesia

Penelitian di Indonesia pada bulan Oktober‒November 2021 melibatkan 30 wanita tanpa gejala berusia 40‒60 tahun. Subjek tidak memiliki riwayat kanker payudara sebelumnya, tetapi memiliki risiko terkena kanker payudara. Semua subjek menjalani mamografi dan USG payudara. Penelitian ini menemukan 33,33% peserta dengan skala BI-RADS 1 (negatif dari hasil USG payudara) berubah menjadi BI-RADS 2 karena ditemukan kalsifikasi jinak pada mamografi.[10]

Perubahan hasil skala BI-RADS ini sesuai dengan literatur, di mana mamografi lebih sensitif untuk mendeteksi kalsifikasi payudara (termasuk menemukan kalsifikasi jinak atau ganas). Hal ini dapat mengarah pada diagnosis dini, tetapi juga mengarah pada banyak biopsi yang tidak perlu pada wanita dengan kalsifikasi jinak.[12]

Kesimpulan

Umumnya, mamografi menjadi pemeriksaan pertama untuk deteksi dini atau skrining kanker payudara. Namun, beberapa kondisi memerlukan USG payudara daripada mamografi, misalnya pasien hamil dan pasien wanita muda usia <30 tahun. Selain itu, USG payudara dapat digunakan untuk guided biopsy.

Mamografi dan USG payudara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pemeriksaan keduanya dapat membantu diagnosis yang lebih akurat. Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan USG dan mammografi secara bersamaan/kombinasi menghasilkan sensitivitas tes untuk diagnosis sebesar 97%.

Akan tetapi, mamografi secara rutin tidak menurunkan mortalitas kanker payudara, sehingga pemeriksaan radiologi ini hanya dianjurkan untuk pasien dengan risiko tinggi kanker payudara atau dengan tanda bahaya benjolan payudara.

Referensi