Penanganan Insomnia di Faskes Tingkat Pertama - Jiwa Ask the Expert - Diskusi Dokter

general_alomedika

Alo Dokter, ijin tanya, saya dan teman sejawat sering bingung jika kita menemukan pasien dengan gangguan tidur atau insomnia di faskes tingkat pertama.. bila...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Penanganan Insomnia di Faskes Tingkat Pertama - Jiwa Ask the Expert

    Dibalas 15 November 2022, 09:24
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    Alo Dokter, ijin tanya, saya dan teman sejawat sering bingung jika kita menemukan pasien dengan gangguan tidur atau insomnia di faskes tingkat pertama.. bila kita sudah edukasi mengenai sleep hygiene, namun pasien tetap masih ada keluhan yang sama.. obat lini awal mana ya Dok yang bisa kita berikan sebagai GP di faskes tingkat pertama? Atau langsung rujuk sajakah Dok bila obat-obatannya terbatas? Beberapa teman akhirnya memberikan CTM karena di faskes mereka tidak tersedia obat-obatan lain...

15 November 2022, 09:24
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Terima kasih atas pertanyaan yang menarik.

Untuk kasus insomnia, maka sebaiknya dibedakan insomnia sebagai gangguan primer dan insomnia sebagai gejala dari gangguan psikiatri lainnya.

Bila insomnia adalah bagian dari gangguan psikiatri lainnnya (misalnya cemas, depresi, atau psikotik), maka obat yang diperlukan bukanlah "obat tidur", tapi obat yang sesuai dengan gangguan utama dan adjuvan obat dengan efek samping sedasi (misalnya untuk psikotik adalah chlorpormazine, untuk depresi adalah amitriptilin, dan untuk cemas adalah golongan benzodiazepine). Tapi untuk golongan benzodiazepine, mohon berhati-hati karena risiko adiksi.

Bila insomnia sebagai gangguan primer, maka sleep hygiene adalah solusi pertama, sebaiknya diedukasikan dan diminta ke pasien untuk melakukan dengan baik dan dievaluasi minimal 1 minggu. Bila sleep hygiene tidak membantu, maka farmakoterapi boleh dipertimbangkan. Idealnya, obat disesuaikan dengan pola insomnia pasien. Misalnya pada pasien yang kesulitan untuk memulai tidur, maka benzodiazepine short acting menjadi pilihan. Bila kesulitan untuk mempertahankan tidur, maka benzodiazepine long acting menjadi pilihan.

Bila tidak tersedia benzodiazepine atau ditakutkan timbul adiksi, maka lini ke dua yang bisa dipilih adalah antidepresan golongan trisiklik (misalnya amitriptilin 12,5 mg atau maproptilin 25 mg). Bila obat ini dicoba selama satu minggu, tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan, maka bisa dipilih antipsikotik dengan efek samping sedatif (misalnya klorpromazine 25 mg atau clozapine 25 mg).

Tentunya, selain obat, pasien tetap diedukasi untuk tetap melakuka sleep hygiene dan meminimalkan konsumsi obat. Bila keluhan sudah membaik, maka benzodiazepine harus dilakukan tappering off, sementara obat yang lain bisa langsung dihentikan.

semoga bisa menjawab pertanyaannya.