Hubungan Konsumsi Kopi dengan Prognosis Kanker Kolorektal – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Saphira Evani

Association of Coffee Intake with Survival in Patients with Advanced or Metastatic Colorectal Cancer

Mackintosh C, Yuan C, Ou FS. Association of Coffee Intake with Survival in Patients with Advanced or Metastatic Colorectal Cancer. JAMA Oncol. 2020;6(11):1713-1721. PMID: 32940631

Abstrak

Latar Belakang: Senyawa yang terkandung dalam kopi menunjukkan efek antioksidan, antiinflamasi, dan sensitisasi insulin, yang dapat berkontribusi pada efek antineoplastik. Penelitian epidemiologi telah menemukan hubungan antara peningkatan konsumsi kopi dengan penurunan rekurensi dan mortalitas pasien kanker kolorektal. Namun, hubungan antara konsumsi kopi dengan survival pasien kanker kolorektal stadium lanjut atau metastasis belum diketahui pasti.

Tujuan: Mengevaluasi hubungan konsumsi kopi dengan progresivitas dan mortalitas pasien kanker kolorektal stadium lanjut atau metastasis.

Desain: Studi kohort observasional prospektif yang melibatkan 1711 pasien kanker kolorektal stadium lanjut lokal dan metastasis, yang sebelumnya belum diterapi. Pasien yang dilibatkan terdaftar pada Cancer and Leukemia Group B (Alliance)/SWOG 80505 trial, yakni suatu uji klinis fase 3 yang membandingkan penambahan cetuximab dan/atau bevacizumab pada kemoterapi standar.

Pasien melaporkan dietnya menggunakan kuesioner frekuensi makanan semikuantitatif saat studi dimulai. Pengumpulan data dilakukan dari periode 27 Oktober 2005 sampai 18 Januari 2018. Analisis data dilakukan dari 1 Mei 2018 sampai 31 Agustus 2018.

Paparan: Jumlah konsumsi kopi berkafein, kopi tanpa kafein, dan kopi total, yang diukur dalam satuan cangkir per hari.

Parameter: Luaran utama yang dinilai adalah overall survival (OS) dan progression-free survival (PFS).

Hasil: Dari total 1171 pasien yang dianalisis [694 pria (59%); rerata usia 59 tahun], 1092 pasien (93%) meninggal atau mengalami progresivitas penyakit. Rerata waktu follow-up pasien yang hidup adalah 5,4 tahun (jangkauan interkuartil atau IQR 3,2–6,3 tahun).

Peningkatan konsumsi kopi sebanyak 1 cangkir per hari dikaitkan dengan penurunan risiko progresivitas kanker (HR atau hazard ratio 0,95; 95% CI, 0,91–1,00; P = 0,04) dan penurunan risiko kematian (HR 0,93; 95% CI, 0,89–0,98; P = 0,004).

Pasien yang mengonsumsi 2–3 cangkir kopi per hari memiliki HR multivariabel untuk overall survival sebesar 0,82 dan untuk progression-free survival sebesar 0,82 bila dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi kopi.

Sementara itu, pasien yang mengonsumsi 4 cangkir kopi per hari memiliki HR multivariabel untuk overall survival sebesar 0,64 dan untuk progression-free survival sebesar 0,78. Hubungan signifikan ini tampak pada konsumsi kopi berkafein maupun tanpa kafein.

Kesimpulan: Konsumsi kopi berhubungan dengan penurunan risiko kematian dan progresivitas penyakit pada pasien kanker kolorektal stadium lanjut dan metastasis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui mekanisme biologis di balik asosiasi tersebut.

shutterstock_201258815-min

Ulasan Alomedika

Penelitian epidemiologi terdahulu telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi kopi berkaitan dengan penurunan rekurensi dan mortalitas pasien kanker kolorektal stadium III. Namun, selama ini belum ada cukup data yang membuktikan hubungan konsumsi kopi dengan angka survival pasien kanker kolorektal stadium lanjut atau metastasis. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi hal tersebut.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan penelitian observasional dengan desain kohort prospektif yang melibatkan sampel pasien dari suatu uji klinis fase III yang membandingkan pemberian terapi tambahan cetuximab dan/atau bevacizumab pada kemoterapi standar. Pasien memiliki kanker kolorektal stadium lanjut lokal dan metastasis yang sebelumnya belum diterapi.

Pasien mengisi kuesioner mengenai diet dan gaya hidup, termasuk kuesioner frekuensi makan semikuantitatif yang menanyakan frekuensi konsumsi makanan atau minuman tertentu selama 3 bulan terakhir.

Sebanyak 183 pasien dieksklusi karena mengalami progresivitas kanker atau mortalitas dalam waktu 90 hari sejak mengikuti penelitian, memiliki asupan kalori yang kurang atau berlebihan, atau tidak mengisi kuesioner mengenai konsumsi kopi secara lengkap. Hal ini menyisakan 1171 pasien yang datanya dapat dianalisis.

Frekuensi konsumsi kopi dibedakan menjadi tidak pernah minum, minum < 1 cangkir per bulan, minum 1–3 cangkir per bulan, minum 1 cangkir per minggu, minum 2–4 cangkir per minggu, minum 5–6 cangkir per minggu, minum 1 cangkir per hari, minum 2–3 cangkir per hari, minum 4–5 cangkir per hari, dan minum ≥ 6 cangkir per hari.

Ulasan Hasil Penelitian

Luaran utama penelitian ini adalah overall survival, yang didefinisikan sebagai waktu dari mulai randomisasi hingga terjadinya kematian oleh karena sebab apa pun. Rerata overall survival pada berbagai kelompok penelitian adalah sebagai berikut:

  • Pasien yang tidak minum kopi: 31 bulan
  • Pasien yang minum < 1 cangkir per hari: 30 bulan
  • Pasien yang minum 2–3 cangkir per hari: 32 bulan
  • Pasien yang minum 3–4 cangkir per hari: 39 bulan

Dibandingkan dengan pasien yang tidak minum kopi, pasien yang minum kopi 2–3 cangkir per hari memiliki hazard ratio (HR) multivariabel untuk overall survival sebesar 0,82. Hubungan ini tampak pada kopi yang berkafein maupun tanpa kafein.

Luaran lain dari studi ini adalah progressive-free survival (PFS), yakni waktu dari awal randomisasi sampai ditemukannya tanda progresivitas penyakit. HR multivariabel untuk progression-free survival adalah sebesar 0,82. Namun, saat kedua tipe kopi dibedakan, hanya kopi tanpa kafein yang ditemukan memiliki hubungan signifikan dengan PFS yang lebih baik.

Jumlah konsumsi kopi yang lebih banyak berhubungan dengan risiko progresivitas dan kematian yang makin menurun. Hal ini ditunjukkan oleh HR pasien yang mengonsumsi kopi minimal 4 gelas per hari yang lebih kecil untuk overall survival (0,64) dan untuk PFS (0,78). Peningkatan konsumsi kopi sebanyak 1 cangkir per hari berhubungan dengan penurunan risiko progresivitas kanker sebesar 5% dan risiko kematian sebesar 7%.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah jumlah sampel yang besar dan durasi observasi yang panjang, yang merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil overall survival yang valid. Luaran primer berupa overall survival merupakan parameter yang sesuai, signifikan secara klinis, dan merupakan baku emas luaran penelitian onkologi.

Luaran sekunder berupa progression-free survival (PFS) merupakan luaran yang dapat diamati lebih cepat daripada overall survival dan umumnya menggunakan kriteria penilaian yang seragam dari Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST).

Limitasi Penelitian

Limitasi penelitian ini adalah pengambilan data konsumsi kopi yang hanya dilakukan saat pasien sudah terdiagnosis kanker kolorektal. Padahal, seseorang umumnya sudah memiliki kebiasaan minum kopi sejak lama. Hal ini menimbulkan kerancuan apakah kopi benar dapat beraksi secara langsung pada tumor aktif atau hanya dapat mengurangi risiko tumor agresif jika telah dikonsumsi lama sebelum tumor muncul.

Faktor perancu lain seperti aktivitas fisik, kebiasaan tidur, dan pekerjaan yang dapat memengaruhi kebiasaan minum kopi setelah terdiagnosis kanker kolorektal juga tidak ditanyakan pada kuesioner, sehingga tidak dapat dievaluasi pengaruhnya. Selain itu, populasi penelitian ini (sampel dari Amerika Utara) mungkin tidak representatif untuk populasi umum pasien kanker kolorektal.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi kopi berkaitan dengan angka survival yang lebih baik pada pasien kanker kolorektal stadium lanjut dan kanker kolorektal metastasis. Namun, hasil ini diperoleh dari populasi di Amerika Utara yang mayoritas memiliki ras berbeda dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dampak konsumsi pada masyarakat Indonesia belum bisa dipastikan.

Penelitian lebih lanjut untuk memastikan mekanisme biologis di balik efek positif kopi terhadap penurunan mortalitas dan progresivitas masih diperlukan sebelum konsumsi kopi dapat dianjurkan secara rutin pada pasien kanker kolorektal. Penelitian dengan sampel populasi yang lebih bervariasi juga masih diperlukan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak perlu ada larangan minum kopi bagi pasien kanker kolorektal stadium lanjut.

Referensi