Hubungan antara Hasil Tes SARS-CoV-2 dan Luaran Kehamilan - Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

Association of SARS-CoV-2 Test Status and Pregnancy Outcomes

Ahlberg M, Neovius M, Saltvedt S, Soderling J, Pettersson K,Brandkvist C, Stephansson O. Association of SARS-CoV-2 test status and pregnancy outcomes. JAMA. doi:10.1001/jama.2020.19124

Abstrak

Tujuan: Studi ini meneliti perbandingan antara luaran kehamilan pada individual yang terinfeksi dengan SARS-CoV-2 dan individu yang tidak terinfeksi di sebuah rumah sakit di Swedia.

Metode: Peneliti mengidentifikasi setiap pasien in partu di Karolinska University Hospital, Stockholm, Swedia, dari tanggal 25 Maret–24 Juli 2020. Pemeriksaan swab nasofaring reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dilakukan pada semua pasien in partu, tanpa melihat gejalanya.

Apabila hasil tes positif, pasien akan ditanyakan mengenai keluhan dan akan dicatat di rekam medis. Apabila hasil positif didapatkan saat hamil (pada pasien poliklinik) tetapi menjadi negatif saat persalinan, pasien dinyatakan sebagai terpajan (n=11).

Selama periode studi, 3 pasien dinyatakan positif melalui tes antibodi terhadap SARS-CoV-2 selama kehamilan dan tidak dilakukan pemeriksaan RT-PCR; mereka juga dinyatakan terpajan. Data maternal dan neonatus dikumpulkan dari Daftar Kehamilan Swedish dan rekam medis.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Pasien yang memiliki hasil tes positif dibandingkan dengan pasien yang memilki hasil tes negatif pada kehamilan ganda dan skor kecenderungan (diestimasi dengan regresi logistik), termasuk usia, paritas, indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil, tingkat edukasi, negara kelahiran, merokok, tinggal bersama pasangan, dan komorbid sebelum hamil.

Data diolah menggunakan model persamaan estimasi dengan robust sandwich estimators yang dikelompokkan pada aplikasi SAS versi 9.4. Peneliti memperkirakan rasio prevalensi menggunakan distribusi Poisson untuk menguji hubungan antara infeksi SARS-CoV-2 dan luaran kehamilan yang buruk, persalinan, dan luaran neonatus.

Analisis sensitivitas dilakukan setelah mengeksklusi pasien dengan hasil tes positif selama kehamilan. P <0,05 pada dua sisi (two-sided) mengindikasikan signifikansi secara statistik. Studi ini disetujui oleh Swedish Ethical Review Authority, yang menganggap bahwa informed consent tidak diperlukan.

Hasil: Dari 2.682 pasien in partu yang datang, 156 (5,8%) pasien dinyatakan positif SARS-CoV-2. 142 pasien (91%) dinyatakan positif saat kedatangan dan 14 (9%) selama kehamilan. Gradien diamati pada seluruh tingkat pendidikan (edukasi <10 tahun 14,2%; 10–12 tahun 6,6%; dan >12 tahun 4,0%) dan negara kelahiran (Nordik 3,9%; Eropa lainnya 5,7%; dan Afrika/Tengah Timur 10,0%).

65% pasien dengan hasil tes positif tidak menunjukkan gejala. Peneliti mencocokkan 155 pasien yang memiliki hasil tes positif dengan 604 pasien yang memiliki hasil tes negatif. Setelah pencocokan, kedua grup ditemukan sebanding pada semua kovariat.

Pasien dengan hasil tes positif lebih mungkin mengalami preeklampsia (7,7% vs 4,3%); rasio prevalensi, 1,84; 95% CI, 1,004-3,36) dan lebih kecil kemungkinannya untuk menjalani induksi persalinan (18,7% vs 29,6%; rasio prevalensi, 0,64; 95% CI, 0,45-0,90).

Hasil luaran maternal lainnya, seperti metode persalinan, perdarahan postpartum, dan persalinan prematur, tidak berbeda secara signifikan antarkelompok. Pada neonatus, tidak terdapat perbedaan skor Apgar 5 menit dan berat lahir berdasarkan usia gestasi. Semua hasil sama ketika dilakukan analisis sensitivitas, meskipun hubungan dengan preeklampsia tidak signfikan (rasio prevalensi, 1,70; CI 95%, 0,89-3,25).

shutterstock_1814946050

 Ulasan Alomedika

Coronavirus disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang umumnya menyerang sistem pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit baru dan masih terus diteliti. Hubungan antara COVID-19 dan luaran kehamilan sampai saat ini masih belum jelas. Penelitian ini membandingkan ibu hamil in partu yang mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS) akibat SARS-CoV-2 dengan ibu hamil yang tidak terinfeksi.

Studi ini memiliki tujuan penelitian yang cukup luas, yaitu meneliti perbandingan antara luaran kehamilan pada ibu yang menderita COVID-19 dan ibu hamil yang tidak menderita COVID-19. Studi ini merupakan studi permulaan untuk melihat luaran kehamilan buruk, persalinan, dan postpartum yang mungkin terjadi akibat COVID-19.

Ulasan Metode Penelitian

Peneliti melakukan pemeriksaan swab RT-PCR kepada semua ibu hamil in partu yang datang ke Karolinska University Hospital, Swedia, pada tanggal 25 Maret­–24 Juli 2020, tanpa melihat keluhan atau gejala. Pasien yang sudah pernah dinyatakan positif selama kehamilan tetapi negatif pada saat in partu dinyatakan sebagai terpajan.

Pada studi ini, tidak didapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria inklusi dan eksklusi pasien, sehingga bisa terjadi banyak faktor perancu yang dapat memengaruhi hasil penelitian nantinya.

Pasien yang dinyatakan positif akan dibandingkan dengan pasien negatif. Peneliti menggunakan rasio prevalensi berdasarkan distribusi Poisson untuk melihat hubungan antara infeksi SARS-CoV-2 dan luaran kehamilan yang buruk, persalinan, dan luaran neonatus. Analisis penelitian menggunakan two-sided P<0,05 mengindikasikan hasil yang signifikan.

Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk meningkatkan sensitivitas. Pertama, perbandingan antara pasien yang terkena dan sudah pernah terkena SARS-CoV-2. Kedua, dilakukan pula analisis pada pasien dengan hasil tes positif hanya pada saat in partu (baru dinyatakan positif pada saat proses penelitian).

Ulasan Hasil Penelitian

Terdapat 2.682 pasien in partu yang datang ke RS dan didapatkan sebanyak 5,8% pasien dinyatakan positif COVID-19 pada saat kedatangan dan 9% selama kehamilan. 65% di antara pasien dengan hasil tes positif tidak mengalami keluhan apapun. Penelitian ini membandingkan 155 pasien positif dengan 604 pasien negatif.

Pada penelitian ini, tidak dijelaskan lebih lanjut mengapa jumlah sampel yang diikutsertakan hanya sebesar 759 pasien dari total 2682 pasien yang dilakukan pemeriksaan.

Luaran primer dan sekunder studi ini tidak jelas dan terlalu luas. Tujuan studi awalnya hanya menelitu luaran kehamilan pada pasien COVID-19. Berdasarkan definisinya, luaran kehamilan adalah hasil akhir dari kejadian fertilisasi, sehingga yang dimaksud dengan luaran kehamilan seharusnya meliputi kelahiran hidup (lahir cukup bulan atau prematur), lahir mati, abortus spontan, atau abortus yang diinduksi, malformasi kongenital, berat badan lahir bayi.[2]

Namun, pada penelitian ini, data yang diobservasi adalah kejadian preeklampsia, induksi persalinan, metode persalinan, perdarahan postpartum, kelahiran prematur, dan luaran neonatus.

Hasil studi ini menyatakan bahwa pasien dengan hasil tes positif terhadap SARS-CoV-2 memiliki risiko untuk mengalami preeklampsia sebesar 7,7%, jika dibandingkan dengan pasien dengan hasil tes negatif (4,4%). Rasio prevalensi preeklampsia pada grup positif adalah sebesar 1,84. Akan tetapi, pada analisis sensitivitas, didapatkan bahwa hubungan antara hasil tes SARS-CoV-2 yang positif dan preeklampsia tidak signifikan.

Pada grup positif SARS-CoV-2, didapatkan angka induksi persalinan lebih rendah daripada grup negatif. (18,7% dan 29,6%). Hasil luaran lain, seperti metode persalinan, perdarahan postpartum, dan kelahiran prematur tidak berbeda bermakna antara kedua grup. Pada kedua grup juga tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada luaran neonatus.

Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 lebih ringan daripada infeksi coronavirus terdahulu, yaitu severe acute respiratory syndrome (SARS) dan middle east rerspiratory syndrome (MERS). Meskipun demikian, tetap ditemukan laporan bahwa ada pasien hamil dengan COVID-19 yang membutuhkan pelayanan intensif. Selain itu, dilaporkan pula terdapat kematian ibu dan anak yang berhubungan dengan infeksi COVID-19.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini melakukan pemeriksaan secara universal, yaitu setiap ibu hamil in partu yang datang segera dilakukan pemeriksaan swab RT-PCR. Selain itu, penelitian ini melakukan perbandingan dengan grup kontrol, yaitu grup ibu hamil dengan hasil tes COVID-19 negatif. Studi-studi sebelumnya cenderung dalam bentuk laporan kasus, atau rangkaian kasus, sehingga tidak ada grup kontrol atau pembanding.

Kekurangan Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat, yaitu Karolinska University Hospital, Swedia. Oleh karena itu, penelitian ini belum tentu dapat digeneralisasikan karena ada beberapa faktor yang mungkin dapat memengaruhi, seperti kualitas pelayanan obstetrik, waktu pemeriksaan swab RT-PCR, dan terbatasnya kekuatan statistik untuk hasil luaran yang jarang.

Aplikasi Penelitian di Indonesia

Studi ini meneliti tentang hubungan antara infeksi SARS-CoV-2 dan luaran kehamilan dan persalinan. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 tidak seberat infeksi coronavirus terdahulu, seperti MERS dan SARS. Namun, didapatkan bahwa ada kemungkinan peningkatan kejadian preeklampsia pada pasien dengan riwayat positif COVID-19.

Oleh karena itu, sebagai dokter umum maupun dokter kandungan, kita sebaiknya tetap mendorong setiap wanita hamil untuk melakukan upaya pencegahan COVID-19, yaitu membatasi aktivitas di luar rumah, menjaga jarak, dan memakai masker setiap beraktivitas di luar rumah. Pemeriksaan antenatal saat pandemi COVID-19 sebaiknya tetap dilakukan dengan pertimbangan khusus agar aman dan efektif.

Referensi