Duration of Cardiopulmonary Resuscitation and Outcomes for Adults with In-Hospital Cardiac Arrest: Retrospective Cohort Study
Okubo M, Komukai S, Andersen LW, Berg RA, Kurz MC, Morrison LJ, Callaway CW; American Heart Association’s Get With The Guidelines—Resuscitation Investigators. Duration of cardiopulmonary resuscitation and outcomes for adults with in-hospital cardiac arrest: retrospective cohort study. BMJ. 2024 Feb 7;384:e076019. PMID: 38325874.
Abstrak
Tujuan: Untuk mengukur luaran yang mungkin tergantung pada waktu resusitasi pada pasien henti jantung di rumah sakit sebagai fungsi durasi resusitasi jantung paru, yang didefinisikan sebagai interval antara dimulainya kompresi dada dan kembalinya sirkulasi spontan pertama atau penghentian resusitasi.
Metode: Penelitian kohort retrospektif multisenter dengan data henti jantung di rumah sakit di Amerika Serikat. Subyek penelitian 348.996 pasien dewasa (≥18 tahun) dengan indeks henti jantung di rumah sakit yang menerima resusitasi jantung paru dari tahun 2000 hingga 2021.
Hasil: Di antara 348.996 pasien yang diikutsertakan, 233.551 (66,9%) berhasil kembali ke sirkulasi spontan dengan interval median 7 (rentang interkuartil 3-13) menit antara dimulainya kompresi dada dan kembalinya sirkulasi spontan pertama. Sementara itu, 115.445 (33,1%) pasien tidak mencapai kembalinya sirkulasi spontan dengan interval median 20 (14-30) menit antara dimulainya kompresi dada dan berakhirnya resusitasi.
Sebanyak 78.799 (22,6%) pasien bertahan hidup hingga keluar dari rumah sakit. Probabilitas survival dan luaran fungsional baik (yang tergantung waktu) pada pasien yang menunggu kembalinya sirkulasi spontan dengan durasi resusitasi 1 menit adalah 22,0% (75.645/343.866) dan 15,1% (49.769/328.771), masing-masing. Probabilitas bisa menurun seiring waktu dan tampak <1% untuk survival pada 39 menit dan <1% untuk luaran fungsional yang baik pada durasi resusitasi 32 menit.
Kesimpulan: Analisis pada data multisenter besar tentang henti jantung di rumah sakit ini mengukur probabilitas luaran pasien yang tergantung pada waktu dalam setiap menit durasi resusitasi jantung paru. Temuan ini memberikan wawasan pada tim resusitasi, pasien, dan pengasuh tentang kemungkinan luaran yang baik jika pasien yang belum mengalami kembalinya sirkulasi spontan pertama terus menerima resusitasi jantung paru lebih lanjut.
Ulasan Alomedika
Mencapai kembalinya sirkulasi spontan adalah langkah pertama menuju survival jangka panjang dan pemulihan fungsional yang baik. Namun, untuk hampir setengah dari pasien dengan henti jantung di rumah sakit, upaya resusitasi dihentikan tanpa tercapainya kembalinya sirkulasi spontan.
Ketika pasien tidak mencapai kembalinya sirkulasi spontan meskipun telah dilakukan resusitasi jantung paru, klinisi menghadapi tantangan untuk memutuskan berapa lama resusitasi jantung paru harus dilanjutkan. Untuk pasien dengan henti jantung di luar rumah sakit, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa durasi resusitasi jantung paru pra-rumah sakit yang lebih lama sebelum kembalinya sirkulasi spontan dikaitkan dengan hasil yang buruk bagi pasien.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengukur probabilitas luaran yang mungkin tergantung pada waktu resusitasi pada pasien henti jantung di rumah sakit (sebagai fungsi durasi resusitasi), yang didefinisikan sebagai interval antara dimulainya kompresi dada dan kembalinya sirkulasi spontan pertama atau penghentian resusitasi.
Tujuan kedua adalah untuk mengukur probabilitas luaran yang menguntungkan yang tergantung pada waktu (sebagai fungsi durasi resusitasi) pada pasien yang mengalami kembalinya sirkulasi spontan pertama sebelum atau pada setiap titik waktu.
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini adalah analisis registri Get With The Guidelines-Resuscitation (GWTG-R) di Amerika Serikat. Data dikumpulkan dari semua pasien henti jantung di rumah sakit yang berpartisipasi yang tidak memiliki perintah tidak melakukan resusitasi dan yang menerima resusitasi jantung paru. Henti jantung didefinisikan sebagai tidak adanya denyut nadi, yang perlu kompresi dada, defibrilasi, atau keduanya.
Beberapa metode penemuan kasus dipakai untuk mengumpulkan kasus henti jantung di rumah sakit secara berurutan, termasuk pengumpulan lembar alur henti jantung, peninjauan sistem pemanggilan rumah sakit, pemeriksaan keranjang kode resusitasi jantung paru, catatan pengobatan pelacak apotek, dan biaya tagihan rumah sakit untuk penggunaan pengobatan resusitasi.
Paparan utama adalah durasi resusitasi jantung paru dalam menit, yang didefinisikan sebagai interval dalam menit penuh antara dimulainya kompresi dada dan kembalinya sirkulasi spontan pertama atau penghentian resusitasi. Kembalinya sirkulasi spontan didefinisikan sebagai kembalinya denyut nadi yang memadai melalui palpasi, Doppler, atau bentuk gelombang tekanan darah arteri.
Data tentang permulaan resusitasi jantung paru, kembalinya sirkulasi spontan pertama, dan penghentian resusitasi awalnya dikode ulang pada saat kejadian henti jantung di rumah sakit oleh tim klinis, kemudian dimasukkan ke dalam basis data GWTG-R oleh staf penelitian atau jaminan mutu.
Luaran adalah survival hingga keluar dari rumah sakit dan hasil fungsional yang baik saat keluar dari rumah sakit, yang didefinisikan sebagai skor kategori kinerja otak (CPC) 1 atau 2. CPC adalah skala fungsional 5 poin; skor CPC 1 menunjukkan kinerja otak baik, 2 menunjukkan disabilitas otak sedang, 3 menunjukkan disabilitas otak berat, 4 menunjukkan koma atau keadaan vegetatif, dan 5 menunjukkan kematian otak.
Ulasan Hasil Penelitian
Di antara 348.996 pasien yang diikutsertakan, 233.551 (66,9%) mencapai kembalinya sirkulasi spontan dan 78.799 (22,6%) survival hingga keluar dari rumah sakit. Interval median antara dimulainya kompresi dada dan kembalinya sirkulasi spontan pertama adalah 7 (kisaran interkuartil 3-13) menit di antara pasien yang mengalami kembalinya sirkulasi spontan.
Interval median antara dimulainya kompresi dada dan berakhirnya resusitasi adalah 20 (14-30) menit di antara pasien yang tidak mengalami kembalinya sirkulasi spontan. Di antara 333.351 pasien tanpa kehilangan hasil fungsional saat keluar dari rumah sakit, 52.104 (15,6%) memiliki hasil fungsional yang baik.
Hampir semua (99%) pasien yang selamat hingga keluar dari rumah sakit mengalami kembalinya sirkulasi spontan pertama dalam durasi CPR selama 44 (95% interval kepercayaan 43 hingga 45) menit. Hampir semua (99%) pasien yang memiliki hasil fungsional yang baik saat keluar dari rumah sakit mengalami kembalinya sirkulasi spontan pertama dalam waktu 43 (41 hingga 44) menit.
Probabilitas survival dan hasil fungsional yang baik di antara mereka yang menunggu kembalinya sirkulasi spontan pertama pada durasi resusitasi 1 menit adalah 22,0% dan 15,1%, masing-masing. Seiring dengan meningkatnya durasi resusitasi, probabilitas survival dan hasil fungsional yang baik menurun. Probabilitas survival pada 39 menit dan status fungsional yang baik pada durasi resusitasi 32 menit <1%.
Dalam hal klinis, usia <60 tahun, henti jantung yang disaksikan, dan ritme awal yang dapat dilakukan defibrilasi menunjukkan probabilitas survival tergantung waktu yang lebih tinggi dan hasil fungsional yang baik.
Kelebihan Penelitian
Penelitian ini melibatkan banyak pusat penelitian dengan data henti jantung di rumah sakit terbesar. Selain itu, penelitian ini melibatkan jumlah subyek penelitian yang besar (333.351 pasien) dari jangka waktu yang panjang (2000-2021).
Limitasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua definisi untuk penyebut probabilitas survival yang tergantung pada waktu dan hasil fungsional yang baik di antara pasien yang menunggu kembalinya sirkulasi spontan pertama pada setiap titik waktu. Penyebut yang mencakup pasien yang menjalani resusitasi jantung paru dan pasien yang telah menghentikan resusitasi tergantung pada asumsi bahwa semua penghentian resusitasi adalah tepat. Namun, pembuktian asumsi ini tidak mungkin dilakukan.
Dalam penyebut yang mengecualikan mereka yang telah menghentikan resusitasi, hasil pasien yang telah dihentikan resusitasi tanpa kembalinya sirkulasi spontan disensor. Karena durasi resusitasi dikaitkan dengan hasil pasien, keputusan untuk menghentikan upaya resusitasi kemungkinan dipengaruhi oleh durasi resusitasi jantung paru.
Pengumpulan variabel waktu selama resusitasi sulit dilakukan. Selain itu, peneliti tidak dapat memperhitungkan tingkat keparahan penyakit penyerta sebelum henti jantung, yang dapat menjadi salah satu faktor ketika resusitasi diputuskan untuk dihentikan.
Kualitas resusitasi jantung paru tidak terukur (misalnya metrik kompresi dada) dan perawatan pasca resusitasi mungkin berbeda di antara tim perawatan. Faktor-faktor tersebut mungkin berkorelasi dengan durasi resusitasi jantung paru dan luaran pasien.
Generalisasi temuan merupakan keterbatasan penting karena GWTG-R adalah registri sukarela dan partisipasi dalam pendaftaran dapat mencerminkan kepentingan dalam peningkatan kualitas resusitasi setiap rumah sakit.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Hasil penelitian ini memberikan wawasan kepada tim resusitasi, pasien, dan pengasuh pasien tentang kemungkinan luaran yang lebih baik jika pasien yang belum mengalami kembalinya sirkulasi spontan pertama terus menerima resusitasi jantung paru lebih lanjut. Hasil ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di Indonesia. Namun, studi lebih lanjut mungkin masih diperlukan untuk konfirmasi, terutama mengingat cukup banyaknya limitasi dalam penelitian ini.