Perlukah Lensa Blue-Blocking untuk Digital Eye Strain?

Oleh :
dr. Amani Sakinah Augiani

Saat ini, banyak produsen lensa mata memasarkan filter blue-blocking. Filter ini diklaim dapat mengurangi gejala Digital Eye Strain (DES), padahal belum ada bukti yang cukup untuk mendukung DES timbul sebagai akibat blue light yang dipancarkan layar elektronik.

Penjelasan Singkat Mengenai Digital Eye Strain

Perubahan drastis dalam gaya hidup, salah satunya penggunaan gawai dalam jangka waktu lama, baik untuk bekerja, belajar, maupun hiburan, memiliki efek yang signifikan bagi kesehatan. Dalam aspek kesehatan mata, penggunaan gawai telah dikaitkan dengan meningkatnya keluhan eye strain atau ketegangan mata. Meskipun kemungkinan besar tidak mengakibatkan kerusakan penglihatan permanen, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Beratnya keluhan dilaporkan berbanding lurus dengan waktu penggunaan gawai.[1-4]

Perlukah Lensa Blue Blocking untuk Digital Eye Strain-min

Digital eye strain (DES) atau Computer Vision Syndrome (CVS) adalah sekelompok keluhan pada mata dan penglihatan yang berhubungan dengan penggunaan gawai dengan durasi lebih dari 3 jam dan jarak kurang dari 6 meter. Pasien dengan DES dapat mengeluhkan mata nyeri, lelah, buram, kering, penglihatan ganda, hingga hilangnya penglihatan sementara. Selain itu, keluhan ekstraokular seperti nyeri kepala, bahu, dan punggung dapat pula dikeluhkan.[3,5-7]

Penjelasan Singkat Mengenai Lensa Blue-Blocking

Dalam dua dekade terakhir, terdapat perdebatan terkait aplikasi klinis penggunaan lensa yang menghambat transmisi cahaya gelombang pendek, termasuk blue light.[8,9]

Meskipun sumber utama blue light adalah sinar matahari, cahaya gelombang pendek ini juga dipancarkan dengan jumlah lebih sedikit dari gawai seperti komputer, tablet, dan smartphone. Beberapa produsen alat optik saat ini menyediakan lensa dengan filter blue-blocking (BB).

Lensa blue-blocking (BB) tidak hanya mengurangi paparan terhadap blue light (440-500nm), tapi juga cahaya gelombang pendek lain, termasuk violet (380-440 nm) dan ultraviolet (200-400 nm). Tidak hanya digunakan pada kacamata, lensa BB juga tersedia dalam bentuk lensa kontak dan lensa intraokular untuk pasien katarak. Lensa ini diklaim dapat mengurangi keluhan eye strain, melindungi dari kerusakan retina, hingga memperbaiki kualitas tidur.[8,10,11]

Efek Blue Light pada Mata

Meskipun berperan penting dalam persepsi visual, cahaya memiliki energi elektromagnetik dan berpotensi mengancam kesehatan mata. Dari spektrum yang dapat dilihat manusia, cahaya gelombang pendek berhubungan erat dengan kerusakan mata, termasuk meningkatkan risiko katarak hingga degenerasi makula terkait usia. Objek yang dilihat dalam jarak dekat dan gelombang pendek blue light akan difokuskan di depan retina, sehingga paparan dalam waktu lama diduga dapat menyebabkan terjadinya mata lelah dan myopic shift.[5,12]

Beberapa studi terdahulu menunjukkan epitel kornea yang terpapar radiasi blue light akan mengalami penurunan kesintasanpeningkatan produksi reactive oxygen species (ROS), dan mengurangi efikasi antioksidan dalam mengeliminasi radikal bebas. Hal ini kemudian dapat menginduksi proses inflamasi dan mata kering. Blue light juga ditemukan memiliki efek inhibisi yang signifikan pada stroma kornea.

Blue light juga dapat menginduksi lensa untuk kehilangan transparansinya, yang merupakan awal terjadinya katarak. Setelah melalui proses penyaringan di lensa, blue light kemudian akan melakukan penetrasi ke retina dan dapat menyebabkan kerusakan fototermal, fotomekanikal, dan fotokimia. Blue light dapat menyebabkan degenerasi serta perubahan morfologi retina, serta mengganggu fungsi sawar darah retina.[12]

Peran Blue Light dan Lensa Blue-blocking pada Digital Eye Strain

Sampai saat ini, bukti yang mendukung digital eye strain (DES) terjadi karena paparan blue light dari gawai masih terbatas, sehingga manfaat lensa blue blocking (BB) pada DES pun masih menuai perdebatan.[11]

Bukti Ilmiah yang Mendukung

Cheng et al mengamati apakah memakai filter blue light meningkatkan produksi air mata dan mengurangi gejala terkait digital eye strain (DES). Dalam studi ini, terdapat dua kelompok perlakuan, yaitu partisipan dengan dan tanpa dry eye. Filter blue light dengan kepadatan rendah, sedang, dan tinggi, dipakai secara berurutan masing-masing selama 1 minggu. Pada akhir setiap minggu dan setelah 2 jam kerja komputer terus menerus pada hari terakhir, dilakukan tes Schirmer dan pengisian kuesioner derajat keluhan mata. Hasil studi menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai uji Schirmer seiring penggunaan filter dengan kepadatan lebih tinggi. Partisipan dalam kelompok dry eye juga menyampaikan adanya rasa lebih nyaman dengan penggunaan filter.[13]

Studi lain dilakukan untuk menentukan apakah subjek yang memakai kacamata dengan filter selama menggunakan komputer menunjukkan lebih sedikit kelelahan visual dan gejala ketidaknyamanan visual. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan kacamata dengan filter berhubungan dengan penurunan ketegangan mata (eye strain) dan kelelahan mata yang berkaitan dengan penggunaan komputer.[14]

Meski demikian, kedua studi di atas memiliki berbagai limitasi. Sampel yang digunakan kecil sehingga tentu mengurangi kekuatan bukti. Selain itu, sulit untuk memastikan apakah efek perbaikan yang diberikan memang secara langsung berkaitan dengan penggunaan lensa blue blocking (BB)  atau tidak. Studi tersebut juga memiliki risiko bias yang tinggi, karena tidak adanya kelompok kontrol maupun penyamaran terhadap intervensi.

Bukti Ilmiah yang Tidak Mendukung

Sebuah studi eksperimental mengamati 23 pasien usia muda dengan visus normal dan diberikan intervensi berupa membaca dari komputer tablet selama 30 menit. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peran lensa blue blocking (BB) 99% tidak lebih efektif dibandingkan neutral-density filter. Studi ini juga menyatakan bahwa hanya karena gawai memancarkan blue light lebih tinggi dibanding sumber cahaya lain dan adanya keluhan terkait mata dengan penggunaan gawai, tidak dapat disimpulkan bahwa blue light yang menjadi penyebab terjadinya DES.[11]

Studi serupa dilakukan Redondo et al pada 19 subjek dewasa muda sehat. Intervensi yang diberikan adalah membaca paragraf sepanjang 30 menit dari layar komputer yang diletakkan pada jarak 50 cm. Setiap subjek membaca menggunakan dan tidak menggunakan lensa BB pada hari yang berbeda. Berdasarkan pengukuran akomodasi dan keluhan subjektif, tidak ada efek yang signifikan dari lensa BB terhadap dinamika akomodasi maupun gejala visual. Peneliti tidak menyarankan penggunaan lensa BB untuk mengurangi keluhan visual yang diakibatkan gawai pada kelompok dewasa muda yang sehat.[15]

Salah satu bukti ilmiah terbaru disajikan oleh Singh et al melalui sebuah uji klinis di Australia. Dibandingkan studi lain yang telah disebutkan sebelumnya, studi ini memiliki jumlah sampel lebih besar (120 subjek simptomatik pengguna komputer). Partisipan secara acak diberikan dan tidak diberikan intervensi lensa BB dengan perbandingan 1:1. Baik peneliti maupun partisipan tidak mengetahui intervensi mana yang digunakan (blinded). Semua partisipan kemudian diminta untuk melakukan pekerjaan di depan komputer selama 2 jam. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna terkait gejala visual dengan atau tanpa penggunaan lensa BB.[16]

Apakah Penggunaan Lensa Blue Blocking Patut Disarankan?

Meskipun terdapat beberapa studi dan rekomendasi menyimpulkan adanya peran blue light dan lensa blue blocking (BB) pada digital eye strain (DES), hingga kini penggunaan lensa BB untuk pencegahan maupun tata laksana DES masih kontroversial dan membutuhkan studi lebih lanjut. Bukti yang kuat masih kurang untuk mendukung peran lensa BB dalam meningkatkan performa visual, meringankan eye strain, maupun menjaga kesehatan makula.[9-11,17]

Pencegahan dan Tata Laksana Digital Eye Strain

Pencegahan merupakan strategi utama dalam tata laksana digital eye strain (DES). Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya DES, yaitu:

  • Pastikan jarak antara mata dan layar minimal 50-63 cm
  • Pastikan posisi mata melihat layar sedikit menunduk, dengan pusat layar berada 10-15 cm di bawah pandangan lurus mata
  • Pastikan pencahayaan ruangan cukup
  • Posisikan layar komputer terhindar dari bayangan dari jendela atau lampu
  • Turunkan kontras layar komputer
  • Istirahatkan mata dengan aturan 20-20-20 (istirahat setiap 20 menit dengan melihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik) atau diistirahatkan selama 15 menit setelah menggunakan komputer terus menerus selama dua jam
  • Untuk kegiatan di depan komputer atau layar, disarankan untuk menggunakan kacamata dibandingkan lensa kontak untuk koreksi refraksi
  • Pastikan mengedip berkala untuk mencegah mata kering (normalnya 14 kali/menit)[7,17]

Kesimpulan

Cahaya blue light dari gawai diduga dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan digital eye strain (DES). Penggunaan lensa blue blocking (BB) banyak dipasarkan oleh produsen mampu mencegah hal ini. Meski demikian, bukti ilmiah yang tersedia masih saling bertentangan. Hingga artikel ini dipublikasikan, tidak ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk mendukung bahwa blue light dari gawai secara langsung memiliki hubungan kausatif dengan DES, maupun penggunaan lensa BB dapat mencegah atau mengobati DES.

Referensi