Mengunyah Permen Karet Dapat Meningkatkan Fungsi Gastrointestinal Pascabedah Abdomen

Oleh :
dr. Nurul Falah

Mengunyah permen karet diduga dapat meningkatkan fungsi saluran gastrointestinal pada pasien pascabedah abdomen. Hal ini dihipotesiskan terjadi karena mengunyah permen karet dapat menstimulasi motilitas saluran gastrointestinal meskipun pasien tidak menelan makanan. Mengembalikan motilitas saluran cerna berperan penting agar pasien terhindar dari ileus pascabedah abdomen.

Ileus adalah gangguan motilitas gastrointestinal yang ditandai dengan mual, muntah, distensi abdomen, dan hambatan pengeluaran flatus atau feses. Kondisi ini terutama terjadi pascabedah abdomen, dengan insidensi 10–30%. Ileus pascabedah dapat mengganggu proses penyembuhan dan membatasi toleransi pasien terhadap diet oral, sehingga meningkatkan durasi rawat inap dan biaya perawatan. Berbagai metode untuk mengembalikan motilitas saluran cerna telah diteliti dan salah satunya adalah dengan mengunyah permen karet.[1-4]

shutterstock_1148794622-min

Fisiologi Pengunyahan

Ileus pascabedah abdomen terjadi akibat respons neurologik terhadap irisan dinding abdomen dan manipulasi organ viseral di dalamnya. Tonus dan kontraktilitas otot polos usus akan menurun kemudian menyebabkan ileus. Mengunyah permen karet dapat mengaktivasi refleks cephalic-vagal yang sama dengan ketika seseorang memakan makanan. Refleks ini menstimulasi motilitas gaster, duodenum, dan rektum. Selain itu, proses pengunyahan juga meningkatkan sekresi gastrin, polipeptida pankreas, dan neurotensin.[5-7]

Efikasi Mengunyah Permen Karet terhadap Perbaikan Fungsi Gastrointestinal

Berbagai studi ilmiah telah mempelajari pengaruh mengunyah permen karet terhadap percepatan pemulihan fungsi gastrointestinal pada pasien pascabedah abdomen. Hasil yang ditunjukkan masih cukup bervariasi.

Studi Byrne et al

Uji klinis acak terkontrol oleh Byrne et al membandingkan efektivitas mengunyah permen karet pada 158 pasien pascabedah laparoskopi. Pada studi ini, 82 pasien mengunyah permen karet (MP) dan 76 pasien tidak mengunyah permen karet (TMP). Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rerata durasi rawat inap MP (5,8 hari) dan TMP (6,1 hari).

Perbedaan waktu pertama flatus antara MP (42 jam) dan TMP (58 jam) juga tidak signifikan. Namun, median waktu pertama defekasi (time to first bowel motion) lebih cepat pada kelompok MP (40 jam) daripada kelompok TMP (90 jam). Studi ini menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet dapat mengembalikan fungsi usus lebih cepat, tetapi tidak mempersingkat durasi rawat inap secara signifikan. Tidak ada komplikasi terkait mengunyah permen karet yang dilaporkan.[2]

Studi Cochrane

Meta analisis Cochrane menelusuri 81 uji klinis yang relevan dengan total lebih dari 9000 pasien. Berdasarkan studi ini, mengunyah permen karet pascabedah abdomen dapat membantu pemulihan fungsi gastrointestinal yang ditandai dengan waktu pertama flatus dan defekasi yang lebih cepat, serta kembalinya suara usus pada auskultasi yang lebih cepat. Namun, sebagian uji klinis yang dipelajari memiliki kualitas yang rendah, ukuran sampel yang kecil, dan berfokus hanya pada operasi kolorektal dan sectio caesarea.

Studi ini juga menunjukkan perbedaan durasi rawat inap yang tidak signifikan antara pasien yang mengunyah permen karet dan yang tidak mengunyah, di mana kelompok yang mengunyah permen karet hanya mengalami sedikit pengurangan durasi rawat inap. Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan antara komplikasi dan biaya perawatan pasien dari kedua kelompok tersebut.[8]

Studi Lee et al

Penelitian tentang mengunyah permen karet juga dilakukan oleh Lee et al melalui uji klinis acak terkontrol terhadap 59 pasien yang menjalani transplantasi hepar. Tidak ada perbedaan rerata waktu pertama flatus antara kelompok yang mengunyah permen karet (72 jam) dan kelompok kontrol (69 jam). Rerata durasi perawatan di ruang ICU juga dilaporkan tidak berbeda signifikan, yaitu 4,2 hari pada kelompok yang mengunyah permen karet dan 4 hari pada kelompok kontrol.[3]

Studi Atkinson et al

Atkinson et al melakukan uji klinis acak terkontrol pascareseksi kolorektal. Dari 402 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, 199 pasien (49,5%) diberikan permen karet untuk dikunyah dan sisanya dimasukkan ke kelompok kontrol. Median durasi perawatan kedua kelompok tersebut hampir sama, yaitu sekitar 7 hari.[4]

Meta-Analisis Roslan et al

Hasil meta-analisis oleh Roslan et al tahun 2020 menemukan bahwa insiden ileus pascabedah lebih rendah pada grup pasien yang mendapatkan permen karet. Durasi kembalinya flatus dan defekasi pascabedah juga ditemukan lebih pendek pada pasien yang mendapatkan permen karet. Namun, tidak ada perbedaan signifikan terkait durasi rawat inap dan mortalitas antara grup yang mendapatkan permen karet dengan grup kontrol.[12]

Tinjauan Sistematis Sammut et al

Berdasarkan tinjauan Sammut et al. tahun 2021, permen karet dinilai mengurangi kejadian ileus pascabedah kolorektal. Namun, studi-studi yang ditinjau mempunyai desain studi yang kurang baik.[13]

Jenis Permen Karet yang Dapat Digunakan

Saat ini mayoritas studi yang tersedia berfokus pada penggunaan permen karet bebas gula. Studi yang membandingkan permen karet bergula dan permen karet bebas gula secara spesifik belum tersedia.

Uji prospektif acak oleh Zaghiyan et al mencoba mengevaluasi efek mengunyah permen karet manis pascabedah kolorektal dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan luaran positif yang bermakna antara pasien yang mengunyah permen karet manis dengan pasien yang tidak diberikan permen karet. Namun, terjadi peningkatan insidensi bloatingindigestion, dan eructation pada kelompok yang diberikan permen karet (13% berbanding 2%).[9]

Studi oleh Lambrichts et al mencoba membandingkan outcome 40 pasien pascabedah kolorektal dengan menggunakan permen karet biasa dan permen karet bernikotin. Namun, tidak terdapat perbedaan outcome antara keduanya. Penggunaan permen karet nikotin tergolong aman, tetapi dilaporkan tidak efektif dalam meningkatkan pemulihan gastrointestinal maupun pencegahan ileus pascabedah.[10]

Efek Samping Mengunyah Permen Karet Pascabedah Abdomen

Hingga saat ini belum ada efek samping serius yang dilaporkan dari pasien yang mengunyah permen karet pascabedah abdomen. Efek samping ringan yang mungkin terjadi adalah bloatingindigestion, dan eructation seperti yang dilaporkan pada studi Zaghiyan et al di atas.[9]

Permen karet bebas gula biasanya menggunakan pemanis buatan dari golongan poliol, seperti seperti xylitol, sorbitol, mannitol, gliserol, dan glucitol. Salah satu tinjauan sistematik oleh Lenhart et al menemukan bahwa poliol mungkin dapat menimbulkan gejala gastrointestinal dose dependent seperti flatus, efek laksatif, dan rasa tidak nyaman pada abdomen.[11]

Kesimpulan

Ileus pascabedah abdomen dapat memperlambat pemulihan pasien, memperpanjang durasi rawat inap, dan meningkatkan biaya medis. Studi menunjukkan bahwa mengunyah permen karet dapat mengembalikan motilitas saluran gastrointestinal lebih awal, yang ditandai dengan percepatan waktu pertama flatus dan defekasi. Namun, metode ini tidak mempersingkat durasi rawat inap secara signifikan dan masih didukung oleh bukti ilmiah yang reliabilitasnya rendah.

Penelitian lebih lanjut dengan sampel populasi yang lebih besar masih diperlukan. Akan tetapi, karena mengunyah permen karet tidak menimbulkan efek samping yang serius serta tidak membutuhkan biaya yang besar, metode ini dapat dianjurkan bagi pasien yang baru selesai menjalani bedah abdomen.

Referensi