Efek Tabu Terhadap Nutrisi Saat Kehamilan

Oleh :
dr.Kurnia Agustina Sitompul, M.Gizi, Sp.GK

Selama kehamilan, berbagai kelompok budaya di Indonesia memiliki makanan yang secara tradisional direkomendasikan atau dilarang. Hal ini tentunya akan mempengaruhi status nutrisi ibu hamil. Berbagai bukti ilmiah telah menunjukkan adanya hubungan status nutrisi ibu yang buruk dengan prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR), makrosomia, gangguan kesehatan ibu dan bayi, serta komplikasi persalinan.

Makanan yang Dianggap Tabu Saat Kehamilan

Status nutrisi selama kehamilan erat kaitannya dengan asupan makanan ibu, yang pada beberapa komunitas sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya. Budaya tabu yang mendukung atau melarang jenis makanan tertentu akan mengakibatkan seorang ibu hamil membatasi asupan makanannya.[1–3]

Efek Tabu Terhadap Nutrisi Saat Kehamilan-min

Tabu atas makanan tertentu saat kehamilan terjadi di hampir seluruh negara termasuk Indonesia. Terdapat beberapa alasan suatu makanan dianggap tabu, misalnya karena makanan dianggap akan berdampak negatif secara langsung pada janin, berdampak negatif terhadap proses persalinan, berdampak negatif pada ibu hamil, serta pada keduanya yaitu ibu dan bayi.[1,2]

Makanan yang Dianggap Tabu Di Indonesia Saat Kehamilan

Di Indonesia, makanan yang dianggap tabu selama kehamilan berbeda-beda di setiap daerah dan budaya. Sebuah penelitian terhadap 450 ibu hamil di Jawa Tengah melaporkan bahwa beberapa makanan yang dilarang antara lain buah nanas, nangka, tape, gula jawa, kerak nasi, daun pohon kemiri, kluwih, belut, ikan, udang, es batu, dan telur ayam.

Studi lain pada suku Kaili di kota Palu juga menunjukkan kesamaan. Dalam studi ini dilaporkan bahwa makanan yang dianggap harus dihindari antara lain buah seperti pisang, durian, nangka, nanas, dan mangga; protein hewani seperti udang, bebek, kepiting, ikan laut, cumi-cumi, dan ikan asin; sayur seperti kol, daun kelor, dan daun singkong; serta nasi, sago, gula coklat, dan kaledo.[4]

Di Madura, makanan seperti nasi, nasi jagung, cakalang, ikan nila, bandeng, telur, daun kelor, apel, dan air kelapa justru dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Sementara itu, cumi-cumi, udang, nanas, kedondong, kol, air dingin, dan mi instan adalah makanan yang dilarang dikonsumsi. Selain itu, dikenal pula istilah makanan “panas” dan “dingin”. Makanan panas dianggap perlu dihindari selama trimester pertama karena dianggap dapat memicu rasa panas dalam rahim yang menyebabkan keguguran; sedangkan makanan dingin justru dianjurkan terutama pada trimester ketiga kehamilan karena diyakini dapat membuat kulit bayi menjadi bersih saat lahir.[5]

Untung Rugi Tabu Makanan pada Kehamilan

Secara ilmiah, tabu dapat memberikan kerugian pada perempuan yang membutuhkan nutrisi lebih tinggi selama fase kehamilan. Tabu terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan restriksi atau pembatasan asupan nutrisi ibu hamil. Dalam sebuah studi pada hewan, restriksi makanan selama kehamilan akan mempengaruhi fertilitas keturunan. Dalam studi ini dilaporkan bahwa restriksi makanan selama hamil dapat menginduksi terbentuknya folikel abnormal di ovarium. Hal ini diduga akan mempengaruhi awitan pubertas dan menopause.[6]

Beberapa makanan yang dianggap tabu selama kehamilan seperti daging, telur, sayur dan buah justru merupakan makanan bernutrisi yang berkontribusi pada asupan makro dan mikronutrien. Dengan demikian, mencegah konsumsi makanan bernutrisi tersebut selama kehamilan akan menempatkan perempuan pada risiko buruknya nutrisi maternal dan janin. Namun di sisi lain, pembatasan makan selama kehamilan juga memberikan perlindungan bagi yang menjalaninya. Contohnya adalah pelarangan konsumsi makanan berlemak untuk menghindari penambahan berat badan berlebih.[1]

Untung Rugi Tabu Makan Telur dan Daging

Telur dan daging yang dianggap tabu pada beberapa daerah di Indonesia merupakan salah satu sumber protein yang sangat direkomendasikan selama kehamilan. Berdasarkan angka kecukupan gizi, dianjurkan konsumsi protein sekitar 60 g/hari pada ibu hamil.

Pembatasan konsumsi telur dan daging yang dikenal sebagai sumber protein utama di negara berkembang akan menempatkan perempuan tidak hanya berisiko kekurangan protein, namun juga kalsium, zat besi, dan vitamin B kompleks. Di sisi lain, terdapat keuntungan pembatasan daging merah yang dikenal sebagai protein hewani tinggi lemak. Konsumsi daging merah berlebihan (di atas 86 g/hari) pada trimester kedua telah dilaporkan meningkatkan risiko diabetes gestasional.[1,7,8]

Untung Rugi Tabu Makan Makanan Laut

Larangan konsumsi ikan dan makanan laut lain juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Diyakini bahwa konsumsi beberapa jenis makanan laut berhubungan dengan deformitas dan kelemahan bayi saat lahir, perdarahan selama persalinan, dan plasenta yang sulit keluar.

Ikan dan makanan laut lainnya diketahui kaya nutrisi, sehingga American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan konsumsi ikan secara bervariasi setidaknya 2–3 porsi/minggu atau sekitar 8–12 ons/minggu. Namun, ACOG bersama dengan Food and Drug Administration (FDA) juga memberikan rekomendasi pembatasan jenis ikan yang diduga mengandung logam berat, seperti ikan hiu dan tuna. Keuntungan lainnya dalam membatasi konsumsi makanan laut adalah bagi ibu yang memiliki riwayat alergi.[4,5,9]

Untung Rugi Tabu Makan Sayur dan Buah

Beberapa daerah dan budaya meyakini bahwa konsumsi durian, nanas, dan nangka dapat memicu keguguran dan perdarahan. Secara medis, ketiga buah tersebut mengandung nutrisi dan zat yang berguna bagi kesehatan, tapi di lain pihak juga diketahui tinggi karbohidrat. Dalam 100 g durian, nanas, dan nangka masing-masing terkandung 28g, 10g, dan 11g karbohidrat. Hingga kini tidak ada bukti ilmiah yang kuat mengenai efek konsumsi buah-buahan tersebut terhadap luaran kehamilan pada manusia, sehingga belum ada batasan mengenai keamanan konsumsi buah yang dimaksud dalam kehamilan.

Selain itu, dipercayai bahwa beberapa jenis sayur hijau dan kacang dapat memicu kesulitan mengejan saat bersalin, kelainan pada tubuh bayi, hingga menyebabkan kematian mendadak pada bayi baru lahir. Faktanya, sayuran berdaun hijau kaya akan zat besi dan asam folat. Defisiensi zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia, gangguan metilasi homosistein menjadi metionin, gangguan biosintesis DNA dan RNA, serta gangguan metabolisme asam amino.[1,2,4,10]

Kesimpulan

Kehamilan merupakan salah satu fase penting kehidupan, sehingga dibutuhkan status nutrisi ibu yang baik. Adanya tabu terhadap jenis makanan tertentu menyebabkan ibu hamil membatasi asupan makanannya. Hal ini dapat merugikan karena beberapa makanan yang dianggap tabu justru merupakan sumber nutrisi penting dalam kehamilan, seperti sayur dan protein hewani. Konseling dan edukasi kesehatan saat pelayanan antenatal akan penting untuk menghilangkan kepercayaan yang tidak sesuai bukti ilmiah.

Referensi