Peran Formula Hidrolisat Parsial terhadap Pencegahan Alergi pada Anak

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna

Formula hidrolisat parsial merupakan formula yang sudah terbukti efektif dalam mencegah alergi dan mendukung nutrisi dan pertumbuhan pada anak yang tidak mendapatkan ASI.

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme imunologis. Beberapa penyakit alergi yang sering timbul pada anak-anak adalah dermatitis atopik, asthma, rhinitis alergi, dan alergi makanan yang umumnya disebabkan oleh alergi susu sapi.[1]

shutterstock_434020822

Prevalensi penyakit alergi di seluruh dunia meningkat secara dramatis, baik di negara maju maupun negara berkembang. Secara global, estimasi prevalensi penyakit alergi adalah sekitar 10 – 40% dari seluruh populasi.[2] Dermatitis atopik ditemukan pada 7-27% anak usia di bawah 2 tahun di berbagai negara di Asia.[3] Di Indonesia, prevalensi dermatitis atopik, yang merupakan salah satu bentuk penyakit alergi yang paling umum, adalah sekitar 11% di antara bayi berusia 0-4 bulan.[4]

Alergi pada anak tidak hanya dapat memengaruhi pertumbuhan dan kualitas hidupnya, tetapi juga dapat berdampak pada beban mental serta finansial orang tua dan masyarakat. Oleh sebab itu, pengenalan dan pencegahan alergi dini sangat penting untuk mengurangi beban ini.[4-8]

Penentuan Risiko Alergi pada Anak

Aspek penting dalam menentukan risiko alergi pada bayi adalah dengan mengetahui riwayat alergi pada keluarga. Seorang anak dapat tergolong mempunyai risiko alergi jika minimal salah satu anggota keluarga derajat pertama (ayah, ibu, atau saudara kandung) memiliki riwayat penyakit atopik, seperti dermatitis atopik, asthma, alergi makanan, dan rhinitis alergi.[8,9] Dibandingkan dengan bayi tanpa riwayat alergi pada keluarga, bayi dengan riwayat alergi pada keluarga memiliki kejadian alergi makanan yang lebih tinggi sebesar 2 kali lipat.[10]

Pencegahan alergi sedini mungkin diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya alergi. Skrining risiko alergi dapat dilakukan sejak perawatan antenatal pada ibu hamil. Salah satu modalitas yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat risiko alergi bayi adalah Kartu Deteksi Dini Risiko Alergi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Penilaian pada kartu ini merujuk pada riwayat alergi (‘dinyatakan’, ‘diduga’, dan ‘tanpa riwayat’) pada keluarga derajat pertama. Pada masing-masing komponen keluarga (ibu, bapak, saudara kandung) akan diberikan skor, yaitu skor 2 apabila keluarga ‘dinyatakan’ secara medis memiliki alergi, skor 1 pada keluarga yang ‘diduga’ memiliki alergi, dan skor 0 pada keluarga ‘tanpa riwayat’ alergi.

Hasil penilaian akan dikategorikan sebagai risiko kecil (skor 0), risiko sedang (skor 1-3), dan risiko tinggi (skor 4-6). Adanya riwayat diduga alergi dari satu saja anggota keluarga derajat pertama sudah dapat menjadikan bayi setidaknya memiliki risiko sedang. Kartu ini telah diteliti dan memberikan hasil yang signifikan, di mana angka kejadian dermatitis atopik bayi dengan risiko sedang lebih tinggi 22,5 kali lipat daripada bayi dengan risiko rendah (tidak punya riwayat keluarga yang terkonfirmasi atau terduga atopi).[11]

Pemilihan Susu Formula untuk Mencegah Alergi pada Anak

WHO dan IDAI merekomendasikan agar ASI eksklusif, sebagai nutrisi yang optimal, diberikan pada bayi sampai 6 bulan jika kondisi memungkinkan.[12,13] Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, susu formula merupakan pilihan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Formula standar terbuat dari susu sapi sebagai bahan dasar, sedangkan susu sapi merupakan salah satu penyebab alergi makanan yang paling umum. Sekitar 2-5% dari semua bayi yang diberikan formula susu sapi standar mengalami alergi makanan.[14]

Salah satu strategi untuk mencegah penyakit alergi pada bayi yang mengonsumsi susu formula dan berisiko tinggi alergi adalah dengan memberikan formula terhidrolisa. Formula khusus ini dikembangkan untuk mengurangi alergenisitas protein melalui suhu panas dan hidrolisis, sehingga menghasilkan berat molekul yang lebih ringan dan ukuran peptida yang lebih kecil. Formula hidrolisat parsial mengandung peptida lebih sedikit daripada formula standar, dengan berat molekul <5000 Da. Sedangkan formula hidrolisat ekstensif hanya mengandung peptida dengan berat molekul <3000 Da.

Formula hidrolisat ekstensif direkomendasikan sebagai manajemen alergi susu sapi dan alergi makanan multipel. Meskipun formula hidrolisat parsial tidak tergolong dalam formula hipoalergenik, studi menunjukkan bahwa formula ini memiliki alergenitas yang rendah dan efektif dalam mencegah alergi. Di lain sisi, formula hidrolisat ekstensif relatif lebih mahal sehingga dapat memengaruhi kepatuhan penggunaan.[14-16]

Efektivitas Formula Hidrolisat Parsial untuk Mencegah Alergi pada Anak

Studi meta analisis oleh Sauser et al mengkaji perbandingan luaran antara bayi yang mengonsumsi formula hidrolisat parsial dan bayi yang mengonsumsi formula susu sapi standar selama 4–6 bulan. Hasil studi menunjukkan bahwa bayi yang diberikan formula hidrolisat parsial mengalami penurunan risiko dermatitis atopik yang signifikan. Lebih jauh lagi, literatur ini mengonfirmasi bahwa formula hidrolisat parsial juga mampu mendukung pertumbuhan normal bayi. Kelemahan studi ini adalah pemilihan sampel pada beberapa penelitian tidak diacak dan beberapa penelitian tidak melaporkan metode pengumpulan data yang digunakan.[24]

Namun, tidak semua formula hidrolisat parsial sama. Efektivitas tiap formula hidrolisat parsial harus dievaluasi secara terpisah karena beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada efektivitasnya, seperti sumber protein (whey dan kasein), metode hidrolisis, dan derajat proses hidrolisis.

Sebuah studi meta analisis bersampel besar yang dilakukan oleh Szajewska et al menilai perbandingan antara efektivitas formula hidrolisat parsial dengan protein whey 100% dan formula susu sapi standar. Jika dibandingkan dengan kelompok formula susu sapi standar, kelompok formula hidrolisat parsial menunjukkan efek penurunan yang signifikan pada seluruh penyakit alergi, khususnya dermatitis atopik.[18]

Peran Prebiotik, Probiotik, dan Sinbiotik terhadap Pencegahan Alergi pada Anak

1000 hari pertama kehidupan merupakan masa yang penting pada anak karena pada masa ini mikrobiota usus anak akan melakukan kolonisasi dan mencapai komposisi dewasa pada usia sekitar 3 tahun.[19] Pada beberapa minggu setelah kelahiran, bayi mulai mengenal berbagai bakteri yang akan menjadi mikrobiota usus yang berperan dalam proses perkembangan sistem imunnya, sebagai salah satu bentuk pencegahan terhadap alergi.[20] Terdapat perbedaan kolonisasi mikrobiota usus pada bayi sehat dan bayi alergi.[21]

Salah satu manfaat dari mikrobiota usus yang sehat adalah produksi asam lemak rantai pendek atau short chain fatty acid (SCFA). Asam lemak ini diproduksi melalui fermentasi anaerobik serat makanan oleh mikrobiota usus.[22] SCFA merupakan sumber energi utama untuk sel-sel di kolon dan berperan pada sistem imun melalui beberapa mekanisme, seperti memperkuat mukosa usus dengan meningkatkan fungsi tight junction dan produksi mukus, meningkatkan sel Treg (sel T regulator) dan sitokin yang meregulasinya, menurunkan sitokin proinflamasi, serta menghambat aktivitas deasetilase histon yang dapat berujung pada toleransi imun.[23] Salah satu SCFA yang berperan dalam mengurangi alergi makanan adalah butirat. Defisiensi butirat pernah ditemukan pada anak-anak dengan alergi.[24]

Studi prospektif yang dilakukan oleh Dong et al mengkaji mikrobiota usus pada bayi dengan alergi susu sapi. Hasil studi menunjukkan penurunan jumlah Bacteroides dan peningkatan Enterobacteriaceae. Hal ini berkebalikan dengan mikrobiota usus bayi normal.[25]

Studi komparatif yang dilakukan oleh Reddel et al membandingkan antara mikrobiota usus 19 anak dengan dermatitis atopik dan 18 anak yang sehat dalam kelompok usia 0–6 bulan. Pada kelompok dermatitis atopik ditemukan adanya disbiosis, dengan karakteristik adanya peningkatan mikrobiota, seperti Faecalibacterium, Oscillospira, dan Bacteroides; serta penurunan jumlah bakteri yang memproduksi asam lemak rantai pendek, seperti Bifidobacterium, Blautia, Coprococcus, dan Eubacterium.[26]

Manfaat Kombinasi Formula Hidrolisat Parsial dan Sinbiotik terhadap Pencegahan Alergi pada Anak

Prebiotik, seperti galakto-oligosakarida dan frukto-oligosakarida (scGOS/lcFOS) menyerupai human milk oligosaccharides yang berfungsi dalam mengurangi perkembangan penyakit atopik. Kombinasi scGOS/lcFOS dengan Bifidobacterium breve M-16 sebagai suplemen ditemukan meningkatkan Galektin-9, yang mengatur degranulasi sel mast dan diferensiasi sel-T.

Mekanisme kerja dari kombinasi B. breve M-16V dengan scGOS/lcFOS (9:1) adalah dengan memengaruhi degranulasi sel mast dan dapat menginduksi polarisasi sel Th1 dan sel Treg.[27] Selain itu, kombinasi ini dapat meningkatkan Galektin-9, protein larut air yang ada pada sel epitel usus, yang dapat memengaruhi pengaturan respons imun dan induksi toleransi imun. Galektin-9 mengikat kuat IgE dan mencegah terbentuknya kompleks antigen-IgE sehingga dapat mengurangi degranulasi sel mast, yang lebih lanjut lagi dapat diasosiasikan dengan pencegahan gejala alergi.[28]

Studi yang dilakukan oleh Wopereis et al menemukan bahwa kombinasi formula hidrolisat parsial dan prebiotik memberikan keuntungan dibandingkan dengan formula susu sapi standar pada anak dengan dermatitis atopik. Hal ini dapat dilihat dari komposisi mikrobiota usus kelompok bayi yang mendapat asupan formula hidrolisat parsial dengan prebiotik lebih mendekati kelompok bayi yang mengonsumsi ASI daripada bayi yang mengonsumsi formula susu sapi standar. Peningkatan Bifidobacterium dan penurunan Clostridium ditemukan pada bayi yang mengonsumsi formula hidrolisat parsial selama 4–26 minggu.[29]

Pemberian sinbiotik, yang merupakan gabungan prebiotik dan probiotik, memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pemberian prebiotik saja atau probiotik saja. Ketika diberikan bersamaan, prebiotik dapat mendukung dan meningkatkan ketahanan probiotik yang berada pada sediaan yang sama sehingga diharapkan efektivitasnya juga meningkat. Namun sayangnya, sampai saat ini belum ada bukti pasti mengenai efektivitas formula hidrolisat parsial yang dikombinasikan dengan sinbiotik.[30]

Rekomendasi terkait Pencegahan Alergi pada Anak

Seluruh pedoman yang ada, termasuk WHO dan IDAI, merekomendasikan agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 4–6 bulan pertama kehidupan. Laktasi dan pilihan nutrisi selama 1000 hari pertama kehidupan dapat memengaruhi pengembangan alergi di masa mendatang. [31-33]

Jika menyusui tidak cukup atau tidak memungkinkan, bayi dengan risiko tinggi alergi dapat diberikan formula khusus, baik sebagai pengganti maupun tambahan, untuk mencegah terjadinya alergi. Beberapa pedoman, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), European Journal of Allergy and Clinical Immunology (EAACI), dan American Academy of Pediatrics (AAP), merekomendasikan pemberian formula hidrolisat parsial atau formula hidrolisat ekstensif untuk pencegahan alergi pada anak.[8,32,33]

Pemberian formula hidrolisat parsial akan memberikan efek penurunan risiko pengembangan penyakit alergi yang bermakna pada bayi dengan risiko sedang hingga berat, bila diberikan sebelum usia 6 bulan.[34]

Sampai saat ini, formula hidrolisat parsial hanya ditujukan untuk pencegahan alergi saja, bukan sebagai manajemen alergi. Hal ini dikarenakan formula ini tidak tergolong sebagai formula hipoalergenik dan kandungan whey dan kasein pada formula hidrolisat parsial lebih tinggi daripada formula hidrolisat ekstensif.[35,36]

Sementara itu, terkait dengan manfaatnya terhadap pencegahan alergi pada bayi, World Allergy Organization (WAO) merekomendasikan suplementasi prebiotik pada bayi dengan risiko alergi, baik tinggi maupun rendah, yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. WAO juga menganjurkan penggunaan probiotik pada bayi dengan risiko tinggi alergi.[37,38]

Kesimpulan

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang pada anak-anak sering timbul sebagai dermatitis atopik, asthma, alergi makanan terkait IgE dan rhinitis alergi. Deteksi dini risiko alergi pada bayi dilakukan dengan menilai riwayat alergi pada keluarga derajat pertama.

Pada bayi dengan risiko alergi yang diberikan susu formula, formula protein terhidrolisat, baik ekstensif maupun parsial, dapat diberikan untuk mencegah penyakit alergi. Formula hidrolisat parsial memberikan efek penurunan yang signifikan pada angka alergi dibandingkan dengan formula susu sapi standar. Selain itu, formula khusus ini juga dapat mendukung pertumbuhan bayi.

Beberapa pedoman, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), European Journal of Allergy and Clinical Immunology (EAACI), dan American Academy of Pediatrics (AAP), merekomendasikan pemberian formula hidrolisat parsial atau formula hidrolisat ekstensif untuk pencegahan alergi pada anak.

Hasil studi menunjukkan bahwa bayi dengan penyakit alergi memiliki mikrobiota usus yang tidak normal, atau disbiosis. Dengan kondisi tersebut, kolonisasi usus akan mencapai komposisi seperti dewasa dalam 1000 hari pertama kehidupan. Formula hidrolisat parsial yang ditambahkan dengan prebiotik telah diteliti menjadikan mikrobiota usus bayi yang berisiko mengalami alergi menjadi serupa dengan bayi sehat.

Sinbiotik, yang merupakan kombinasi probiotik, seperti B. breve M-16V; dan prebiotik, seperti scGOS/lcFOS (9:1) dapat dapat meningkatkan Galektin-9 yang mencegah terbentuknya kompleks antigen-IgE sehingga mengurangi degranulasi sel mast, yang lebih lanjut lagi akan mencegah terjadinya alergi.[27]

World Allergy Organization merekomendasikan penggunaan probiotik pada bayi yang berisiko tinggi alergi. Suplementasi prebiotik direkomendasikan pada bayi berisiko tinggi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.[37,38]

Gabungan prebiotik dan probiotik, yaitu sinbiotik, yang ditambahkan ke formula hidrolisat parsial dapat berpotensi menjadi regimen untuk pencegahan alergi pada anak. Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain studi yang baik untuk mengonfirmasinya.

Referensi