Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Tenggelam?

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan

Tenggelam merupakan peristiwa yang kompleks dan multifaset, di mana pemahaman mengenai jendela kritis intervensi dapat mengubah luaran klinis pasien. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tenggelam memerlukan pengetahuan dasar mengenai proses fisiologis, faktor yang berkontribusi, dan hasil potensial yang terkait dengan durasi dari terendam atau submersion.

Tenggelam merupakan penyebab tersering ketiga kematian yang tidak disengaja di seluruh dunia. Tenggelam adalah pengalaman gangguan pernapasan akibat perendaman pada media cair, menyebabkan kondisi hipoksia. Prognosis dari tenggelam terbagi menjadi 3, yakni tidak fatal, tidak fatal namun dengan cedera, serta fatal dengan kematian atau morbiditas jangka panjang.

WaktuTenggelam

Memahami aspek penting, tahapan fase tenggelam, dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran dari kejadian tenggelam penting untuk pengembangan strategi pencegahan dan respon atau intervensi yang efektif dalam pencegahan kematian.[1,2]

6 Fase Kejadian Tenggelam dan Waktu yang Diperlukan untuk Tenggelam

Terdapat 6 fase kejadian tenggelam, yakni:

  1. Kesulitan mempertahankan saluran napas tetap bebas
  2. Perendaman awal dan menahan napas
  3. Aspirasi
  4. Penurunan kesadaran
  5. Henti jantung dan henti napas

  6. Kematian[1]

Fase 1: Kesulitan Mempertahankan Saluran Napas Tetap Bebas

Fase 1 tidak ditemukan pada korban yang dipaksa mengalami tenggelam, misalnya berada di dalam kapal yang tenggelam. Pada individu yang tidak dapat berenang, durasi fase ini relatif pendek yakni 20-60 detik. Pada individu yang dapat berenang, fase ini tidak akan dimulai hingga terjadinya kegagalan berenang.

Kondisi ini dapat terjadi berjam-jam pada air hangat, berbeda dengan air dingin yang dapat terjadi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Hal ini disebabkan oleh kegagalan otot dan saraf yang terjadi lebih cepat pada air dingin.

Fase ini ditandai dengan posisi tubuh yang cenderung tegak, dengan saluran napas yang berulang terendam, dengan pergerakan tangan secara horizontal berada di bawah air. Situasi ini harus dikenali oleh para penjaga yang bertanggung jawab untuk segera melakukan protokol penyelamatan.[1]

Fase 2: Perendaman Awal dan Menahan Napas

Durasi fase 2 sangat bervariasi bergantung pada suhu air, pakaian yang digunakan, keahlian dari korban, kebugaran aerobik, dan pengalaman. Pada kasus individu yang tenggelam dalam suhu dingin dan menggunakan pakaian umum, rata-rata durasi menahan napas adalah 9,5 detik. Di sisi lain, seorang ahli dengan pakaian khusus dapat menahan napas mencapai 20 detik.[1]

Fase 3: Aspirasi

Pada akhir menahan napas, air akan tertelan. Sesaat setelah air tertelan, air akan mencapai faring dan menyebabkan refleks menelan, kadang disertai refleks batuk. Air akan masuk ke paru-paru dan kondisi hipoksia akan menginduksi terjadinya relaksasi laring, serta menyebabkan air lebih banyak yang teraspirasi. Dosis letal terhadap paru diperkirakan sekitar 22 ml/kg air laut dan 44 ml/kg air tawar. Air laut tidak dapat diabsorpsi oleh paru, menyebabkan peningkatan tekanan paru dan kegagalan ventrikel kanan.[1]

Fase 4: Penurunan Kesadaran

Hipoksia derajat sedang dengan saturasi 60–80% tidak menyebabkan gangguan kesadaran, namun dapat mempengaruhi fungsi otak dan saraf. Semakin banyak air yang masuk ke saluran pernapasan menyebabkan makin beratnya kondisi hipoksia, hipoksemia, dan pada akhirnya anoksia. Gangguan kesadaran pada umumnya muncul ketika saturasi oksigen darah menurun hingga 50–60% atau PaO2 kurang dari 3,6 kPA (27 mmHg) atau PaCO2 12–16 kPa (90–120 mmHg).

Sekitar 40% oksigen di dalam tubuh didapatkan pada paru. Pada keadaan tenggelam, oksigen tersebut akan digantikan oleh air. Pada individu yang tenggelam, waktu yang diperlukan untuk terjadinya gangguan kesadaran bergantung pada cadangan oksigen di dalam tubuh dan kecepatan penggunaan oksigen. Penggunaan oksigen didapatkan meningkat seiring penurunan suhu air, kurangnya pakaian proteksi, dan meningkatnya gerakan fisik. Rata-rata waktu yang diperlukan adalah sekitar 75 detik.[1]

Fase 5: Henti Jantung dan Henti Napas

Pada fase kelima, didapatkan adanya penurunan dari tekanan darah secara signifikan dalam 130 detik setelah perendaman. Ketika seseorang mengalami perendaman dalam media cair, organ vital akan mengalami hipoksia dan asidosis yang akhirnya menyebabkan disritmia jantung. Ini akan berkembang menjadi takikardia, bradikardia, aktivitas listrik tanpa denyut, dan asistol.

Pernapasan ireguler atau apneu juga terjadi pada fase ini. Tekanan darah terus menurun hingga mencapai angka nol, dan rata-rata terjadi dalam 262 detik.[1,3]

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesintasan Korban Tenggelam

Kesintasan korban tenggelam sangat dipengaruhi oleh lamanya perendaman atau submersion. Kondisi lain yang juga mempengaruhi adalah kondisi korban saat ditemukan, serta suhu air tempat korban mengalami perendaman.[2-5]

Kejadian yang tidak disaksikan, resusitasi yang tertunda, kebutuhan resusitasi di tempat kejadian maupun di unit gawat darurat, dan koma yang berkepanjangan merupakan faktor prognostik yang buruk. Dalam waktu 2 menit, sebagian besar korban akan kehilangan kesadaran. Dalam waktu 4–6 menit, korban akan mengalami cedera otak yang tidak dapat disembuhkan.[2-4]

Durasi Tenggelam

Faktor prediktor yang ideal mempengaruhi kesintasan atau survival adalah durasi tenggelam. Prognosis yang baik ditemukan pada korban yang mengalami kondisi perendaman kurang dari 6 menit dan kesintasan semakin menurun seiring makin lamanya durasi tenggelam.[2-4]

Kondisi Korban Saat Ditemukan

Pada umumnya, korban yang ditemukan dalam keadaan sadar atau kebingungan ringan memiliki prognosis yang baik. Korban yang ditemukan dalam kondisi tidak sadar biasanya memiliki prognosis yang buruk. Korban yang tidak sadar dan memerlukan resusitasi pada umumnya memiliki jejas otak yang berat dan terjadi ensefalopati hipoksik.[2-4]

Kecepatan Resusitasi

Selain itu, resusitasi dan perawatan medis sangat berperan penting dalam prognosis. Usaha resusitasi yang segera dan efektif di tempat kejadian, bersama dengan perawatan medis yang tepat waktu, dapat secara signifikan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup.

Respons cepat dan upaya penyelamatan secara signifikan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup. Intervensi pengamat dan penjaga pantai yang tepat memiliki peran penting dalam mengurangi kematian akibat tenggelam.[4,5]

Suhu Air

Suhu dari air sering dihubungkan sebagai faktor prognosis. Tenggelam dalam air dingin diduga dapat meningkatkan prognosis terkait dengan aktivasi diving reflex, yang akan menurunkan detak jantung dan resirkulasi aliran darah ke organ vital. Respon ini mempertahankan sirkulasi ke jantung dan otak, serta menghemat oksigen, sehingga memperpanjang kelangsungan hidup.

Meski begitu, terdapat studi yang menyimpulkan bahwa suhu dari air tidak mempengaruhi kesintasan. Hal ini karena kondisi hipotermia sentral yang diharapkan protektif, baru muncul setelah terendam 30 menit di air dingin. Korban yang telah tenggelam dengan durasi >30 menit telah mengalami kerusakan organ akibat anoksia yang ireversibel.[2-4]

Kesimpulan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesintasan korban tenggelam. Kesadaran akan faktor-faktor ini penting untuk strategi pencegahan, meningkatkan protokol tanggap darurat, dan mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait tenggelam.

Secara garis besar, durasi tenggelam memegang peranan penting dalam menentukan luaran klinis. Perendaman atau submersion kurang dari 6 menit memiliki prognosis lebih baik dibandingkan lebih dari 6 menit. Selain itu, korban yang ditemukan dalam keadaan sadar dan korban yang langsung mendapat penanganan juga memiliki kesintasan lebih baik.

Referensi