Divertikulitis Akut setelah Kolonoskopi

Oleh :
dr. Reren Ramanda

Pasien divertikulitis akut sering menjalani kolonoskopi untuk menyingkirkan diagnosis banding kanker kolorektal setelah resolusi gejala. Namun, beberapa laporan kasus menyatakan bahwa kolonoskopi justru dapat memicu divertikulitis akut kembali. Studi lebih lanjut akhirnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besarkah risiko divertikulitis akut setelah kolonoskopi.

Divertikulitis adalah kondisi inflamasi akut divertikula. Divertikula sendiri merupakan suatu bentuk herniasi mukosa di lapisan otot dinding usus, yang menembus atau memasuki jalur pembuluh darah yang relatif lebih lemah pada dinding usus. Divertikula multiple (divertikulosis) paling sering ditemukan pada dinding kolon sigmoid.[1,2]

Closeup,Ill,Young,Woman,On,Sofa.,Concept,Suffering,From,Abdominal

Kolonoskopi pada Pasien Divertikulitis Akut

Kolonoskopi umumnya dianjurkan sebagai follow-up setelah resolusi divertikulitis untuk menyingkirkan diagnosis banding kanker kolorektal. Kanker kolorektal perforasi dapat memberikan gambaran klinis yang mirip divertikulitis akut, sehingga berbagai pedoman terapi divertikulitis menyarankan kolonoskopi untuk menghindari misdiagnosis.[3-6]

Namun, bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa pasien divertikulitis akut tanpa komplikasi tidak memiliki risiko kanker kolorektal yang lebih tinggi daripada populasi umum, sehingga manfaat prosedur kolonoskopi pada populasi pasien ini dipertanyakan. Kasus yang mungkin memerlukan kolonoskopi adalah kasus divertikulitis akut tanpa komplikasi yang hasil CT-nya menunjukkan divertikula multiple pada suatu segmen pendek (pertanda patologi maligna) dan divertikulitis akut dengan komplikasi.[5-8]

Selain kurang signifikannya manfaat kolonoskopi pada kasus divertikulitis akut tanpa komplikasi, beberapa studi juga menunjukkan bahwa kolonoskopi mungkin memicu divertikulitis akut, walaupun kejadiannya jarang. Divertikulitis akut setelah kolonoskopi dapat terjadi karena dua mekanisme, yaitu reaktivasi lesi lama divertikulosis atau terbentuknya lesi divertikulitis pada pasien yang tidak memiliki riwayat divertikulosis sebelumnya.[9,10]

Risiko Divertikulitis Akut Setelah Kolonoskopi

Studi oleh Ng, et al. melaporkan bahwa insiden divertikulitis akut setelah kolonoskopi adalah sekitar 0,11–0,37%. Studi oleh Gorgun, et al. terhadap 236.377 kolonoskopi juga melaporkan bahwa insiden divertikulitis akut setelah kolonoskopi cukup rendah, yaitu 2,9 kasus per 10.000 kolonoskopi. Rerata waktu terjadinya divertikulitis akut adalah 12 ± 8 hari setelah kolonoskopi.[10,11]

Namun, menurut studi Gorgun, et al., meskipun insiden tersebut cukup rendah, 44% pasien memerlukan rawat inap di rumah sakit. Pasien dapat mengalami perdarahan abdominal generalisata, perdarahan rektal, mual, muntah, dan rasa menggigil. Insiden divertikulitis akut setelah kolonoskopi lebih tinggi pada pasien yang sebelumnya sudah memiliki riwayat divertikulitis. Kolonoskopi yang dijalani ≤6 minggu setelah divertikulitis juga lebih berisiko memerlukan tindakan bedah.[10,11]

Penyebab potensial divertikulitis setelah kolonoskopi adalah barotrauma, percobaan intubasi berkali-kali, dan tekanan langsung dari scope. Selain itu, apabila pasien telah memiliki riwayat divertikulosis sebelumnya, kolonoskopi diduga dapat menyebabkan reaktivasi lesi menjadi divertikulitis akibat mikroperforasi pada divertikula saat insuflasi udara ke dalam usus.[10,11]

Manajemen Divertikulitis Akut Setelah Kolonoskopi

Manajemen pasien divertikulitis akut setelah kolonoskopi hampir sama dengan pasien divertikulitis akut secara umum. Indikasi rawat inap adalah adanya komplikasi seperti sepsis, gambaran klinis peritonitis difus, dan risiko tinggi seperti pasien dengan usia >70 tahun, penyakit komorbid, dan kondisi immunocompromised. Pasien yang tidak mampu menerima asupan atau terapi oral juga perlu dirawat inap.[4,6,12]

Pada pasien tanpa komplikasi, terapi rawat jalan dapat dilakukan dengan memberikan informasi terkait diet yang tepat, rehidrasi peroral, dan konsumsi antibiotik yang tepat dan selektif. Pada pasien dengan komplikasi, terapi dapat mencakup tindakan operatif maupun terapi farmakologis dengan antibiotik.[3,4]

Antibiotik

Antibiotik yang umum digunakan pada pasien dengan divertikulitis komplikasi adalah antibiotik intravena (IV) piperacillin-tazobactam, karbapenem seperti meropenem dan ertapenem, dan sefalosporin generasi ketiga.[2,4,6]

Sementara itu, antibiotik oral yang dapat dijadikan pilihan pada pasien rawat jalan adalah amoxicillin-clavulanate dan terapi kombinasi dua obat, yaitu kombinasi obat fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau levofloxacin dengan metronidazole. Durasi pemberian antibiotik pada pasien divertikulitis akut berkisar antara 5–7 hari.[2,4,6]

Tindakan Operatif

Jenis metode operasi yang biasa dilakukan pada kasus divertikulitis akut terkomplikasi adalah loop colostomy, sigmoidectomy dengan colostomy (prosedur Hartmann) dan sigmoidectomy dengan anastomosis kolorektal primer.[6]

Kesimpulan

Pasien divertikulitis akut sering dianjurkan untuk menjalani kolonoskopi setelah resolusi gejala dengan maksud untuk menyingkirkan diagnosis banding kanker kolorektal. Akan tetapi, studi menunjukkan bahwa kolonoskopi mungkin memicu divertikulitis akut lagi.

Insiden divertikulitis akut setelah kolonoskopi sebenarnya rendah, tetapi memiliki risiko komplikasi yang membutuhkan rawat inap cukup tinggi. Oleh karena itu, dokter perlu mewaspadai risiko ini dan tidak melakukan kolonoskopi secara universal pada semua pasien divertikulitis akut. Manfaat kolonoskopi terutama masih dipertanyakan pada populasi pasien divertikulitis akut yang tidak mengalami komplikasi.

Kolonoskopi lebih dianjurkan pada pasien divertikulitis akut yang memang mengalami komplikasi dan pasien divertikulitis akut tanpa komplikasi yang memiliki gambaran CT scan patologis yang mengarah ke keganasan.

Referensi