Terapi Terkini Xanthelasma Palpebrarum

Oleh :
dr. Fresa Nathania Rahardjo, M.Biomed, Sp.KK

Terapi terkini xanthelasma palpebrarum mencakup penggunaan asam trikloroasetat topikal, ablasi laser, hingga eksisi bedah. Xanthelasma palpebrarum adalah lesi asimtomatik jinak yang jarang menyebabkan komplikasi kulit. Terapi xanthelasma palpebrarum umumnya dilakukan untuk alasan kosmetik.[1] Angka kejadian xanthelasma adalah sebanyak 1,2%. Kelainan ini lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Kisaran usia yang banyak terkena kelainan ini adalah antara usia 35-55 tahun.[2-4]

Xanthelasma merupakan deposisi kaya lemak, terutama mengandung kolesterol. Xanthelasma adalah suatu xanthoma yang paling banyak ditemukan di kulit. Secara klinis, dapat dilihat adanya deposit padat lunak berwarna kekuningan pada sisi medial mata, sering terdapat pada sudut atas dan bawah kelopak mata. Kondisi ini jinak, tidak berbahaya tapi mengganggu secara kosmetik.[3,5]

terapixanthelasma

Kesulitan dalam Penanganan Xanthelasma Palpebrarum

Meskipun xanthelasma palpebrarum jinak, pasien dapat mengalami distres psikologis bermakna akibat tampilan kosmetik dari lesi. Beberapa pasien juga memiliki kelainan lipid plasma yang mendasari, sehingga perlu menjalani skrining untuk mendeteksi penyebab yang mendasari hiperlipidemia. Pasien juga mungkin memerlukan tindak lanjut untuk morbiditas terkait.

Pada mayoritas kasus, xanthelasma palpebrarum tidak menyebabkan masalah fungsional. Pasien umumnya mencari terapi atas alasan estetika. Meski demikian, kekambuhan sering terjadi pada penggunaan semua modalitas terapi yang saat ini tersedia. Selain itu, belum ada pilihan pengobatan jangka panjang yang menjadi baku emas.[1,2]

Intervensi Medis Terkini untuk Penanganan Xanthelasma Palpebrarum

Pada xanthelasma  palpebrarum, kelainan terletak pada retikular dermis sehingga epidermis dan papilare dermis tidak terpengaruh. Pada retikular dermis terdapat infiltrat perivaskular. Xanthelasma merupakan penumpukan lipid perivaskular yang terjadi bertahun-tahun sehingga penanganan xanthelasma perlu melibatkan perubahan gaya hidup dengan diet rendah lemak, dan konsumsi obat penurun serum lipid misalnya atorvastatin.[1-4]

Eksisi Bedah

Eksisi bedah merupakan pendekatan tradisional yang paling sering digunakan. Tindakan ini telah dilaporkan menghasilkan luaran kosmetik yang memuaskan. Eksisi dapat dilakukan dengan pendekatan blefaroplasti klasik ataupun teknik blefaroplasti Le Roux. Meski demikian, rekurensi telah dilaporkan pada 40% kasus setelah eksisi primer dan 60% kasus setelah eksisi sekunder.[1]

Tindakan eksisi pada area periorbita berisiko menimbulkan komplikasi ektropion,  retraksi kelopak mata, ataupun trauma pada mata karena letak anatominya yang sulit yaitu sangat dekat dengan mata dan tekstur kulit yang tipis.[2-4]

Krioterapi

Tindakan krioterapi adalah tindakan menghancurkan jaringan kulit dengan menyemprotkan nitrogen cair yang suhunya sangat rendah (di bawah 200 C). Tindakan ini akan menyebabkan kematian jaringan dan telah dilaporkan sebagai intervensi yang efektif untuk xanthelasma palpebrarum.

Meski demikian, risiko pembengkakan yang berat karena lemahnya jaringan kulit palpebra menyebabkan tindakan ini sering dihindari. Selain itu, krioterapi juga berpotensi menyebabkan edema, formasi vesikuler, dan lepuh. Risiko ini berkaitan dengan lamanya paparan krioterapi dan intensitas inflamasi yang ditimbulkan.[1-3]

Peeling Kimiawi

Metode peeling kimiawi menggunakan asam trikloroasetat (TCA) konsentrasi tinggi (50% atau lebih) dapat mencapai kedalaman optimum deposit kolesterol pada retikular dermis sehingga menghilangkan lesi xanthelasma. TCA adalah modalitas terapi yang murah secara biaya dan pengerjaannya mudah. TCA konsentrasi 100% dilaporkan memberikan hasil yang paling baik pada lesi papulonodular. TCA konsentrasi 70% dilaporkan paling  efektif pada xanthelasma plak datar, sedangkan TCA 50% dipilih pada lesi makular.

Peeling kimiawi yang dalam dapat menyebabkan komplikasi seperti hiperpigmentasi, hipopigmentasi, iritasi dan nyeri. Meskipun jarang, pembentukan jaringan parut dan atrofi dapat terjadi.[2,3,5]

Laser

Laser merupakan modalitas terapi yang sesuai untuk xanthelasma palpebrarum karena letaknya yang cenderung di permukaan kulit. Laser yang dapat digunakan untuk kasus xanthelasma palpebrarum antara lain jenis laser karbon dioksida (CO2), erbium, pulsed dye, argon, dan neodymium-doped yttrium argon garnet (Nd:YAG).

Laser CO2, Nd:YAG, Er:YAG, dan 1450-nm diode menggunakan panjang gelombang lebih panjang, sehingga lebih diabsorpsi oleh cairan seluler dan baik untuk menghilangkan lesi epidermis. Sementara itu, laser argon dan pulsed dye menggunakan panjang gelombang lebih rendah dan diabsorpsi lebih baik oleh hemoglobin, sehingga lebih disukai pada lesi vaskuler.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat terapi laser antara lain nyeri, eritema, pigmentasi, jaringan parut, dan trauma pada mata. Rekurensi dapat terjadi dalam 12-16 bulan pertama pasca terapi pada laser CO2 dan argon. Laser CO2 merupakan pilihan terapi laser yang paling baik saat ini karena memiliki efek hemostasis yang lebih.[1,2,5]

Radiofrequency

Terapi radiofrequency menggunakan gelombang listrik untuk mentarget sel lipid di retikular dermis. Pada prosedur radiofrequency, energi termal menginduksi agitasi ionik sehingga terjadi penguapan jaringan pada tingkat seluler. Lalu, terjadi perubahan ke jaringan fibrotik dan reduksi volume jaringan pada fase pemulihan.

Metode ini dapat menghilangkan lesi dengan efektif dan menyebabkan kerusakan minimal pada jaringan sekitarnya. Efek samping yang dapat terjadi antara lain nyeri, pruritus, terbakar, bengkak, dan eritema. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan ektropion.[4,5]

Dermabrasi dengan Sublimasi Plasma

Dermabrasi dengan sublimasi plasma adalah teknik non ablatif yang menghasilkan plasma dari udara atmosfer sehingga menghasilkan energi plasma yang menghancurkan jaringan target di epidermis dengan cara sublimasi. Tindakan ini aman karena dapat dikontrol penuh volume dan kedalaman destruksi jaringannya.

Tindakan ini efektif untuk xanthelasma palpebrarum, tetapi pasien akan mengalami krusta kecoklatan pada area tindakan antara 7-14 hari sesudah tindakan. Lesi akan sembuh total dalam waktu 1 bulan pasca tindakan dengan bekas eritema.[5]

Kesimpulan

Xanthelasma palpebrarum sebetulnya tidak menimbulkan gangguan fungsional dan lesi bersifat jinak. Meski demikian, pasien dapat mengalami distres bermakna akibat gangguan kosmetik yang ditimbulkan.

Saat ini belum ada panduan terapi khusus yang menyarankan penggunaan satu intervensi medis dibandingkan lainnya untuk xanthelasma palpebrarum. Terapi terkini yang dapat digunakan mencakup penggunaan eksisi bedah, krioterapi, penggunaan peeling topikal, terapi laser, terapi radiofrequency, dan dermabrasi dengan sublimasi plasma. Meski begitu, perlu diketahui bahwa xanthelasma palpebrarum rentan mengalami rekurensi meski apapun terapi yang digunakan.

Referensi