Terapi Kondiloma Akuminata pada Kehamilan

Oleh :
dr. Nugrah Cesar Cardinal Santo, Sp.DVE

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam terapi kondiloma akuminata atau kutil kelamin pada kehamilan, termasuk trimester kehamilan, lokasi, ukuran lesi, dan keuntungan terapi dibandingkan risiko potensial. Penting untuk memastikan bahwa intervensi yang dipilih tidak hanya efektif dalam mengatasi kondisi, tetapi juga aman bagi kesehatan ibu dan janin.[1,2]

Kondiloma Akuminata pada Kehamilan

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) adalah infeksi seksual karena virus yang paling banyak dijumpai. Ibu hamil dengan infeksi HPV digolongkan dalam kelompok risiko tinggi karena dapat meningkatkan komplikasi kehamilan, seperti persalinan preterm dan infeksi HPV pada bayi saat proses kelahiran.[1,2]

Terapi Kondiloma Akuminata pada Kehamilan

HPV tipe 6 dan 11 adalah etiologi utama penyebab kondiloma akuminata. Kondiloma akuminata muncul dengan bentuk datar, papul, bertangkai atau seperti kembang kol, berwarna pink, abu atau coklat, pada kulit atau membran mukosa anogenital dan perineal.

Pada kehamilan, kondiloma akuminata dapat berkembang dengan cepat terutama pada minggu gestasi ke-12 dan 14. Infeksi HPV tampaknya bereplikasi aktif karena naiknya kadar estrogen, menurunnya imunitas selular dan meningkatnya aliran darah pada daerah kelamin saat kehamilan.[1,3]

Pilihan Terapi Kondiloma Akuminata pada Kehamilan

Secara umum, terapi kondiloma akuminata dapat dibagi menjadi antimetabolit, imunostimulator, dan sitoreduksi. Pada kehamilan, aspek keamanan bagi ibu dan janin harus menjadi perhatian utama di samping aspek efikasi terapi.[1,3]

Krioterapi

Krioterapi sering dianggap sebagai lini pertama pengobatan kondiloma akuminata pada kehamilan. Krioterapi dikerjakan dengan menggunakan nitrogen cair atau nitrous oxide. Krioterapi akan membekukan lesi kutil, menyebabkan lisis sel dan bersifat sitodestruktif.[5]

Prinsip krioterapi didasarkan pada efek destruktif pada suhu rendah dalam sel. Walaupun demikian, suhu yang rendah dan sangat rendah hanya dapat digunakan untuk membersihkan lesi yang sudah ada. Lesi baru masih bisa timbul dari virus laten.[6]

Nitrous oxide dan nitrogen cair dapat digunakan untuk lesi kutil di anogenital dan vulva. Sementara itu, lesi pada serviks harus dikerjakan dengan nitrous oxide karena nitrogen cair kurang dingin untuk membekukan daerah serviks.

Klirens lesi dilaporkan sebesar 90% dengan pengerjaan krioterapi tiap minggu, dengan angka rekurensi sebesar 40%. Krioterapi aman dikerjakan pada semua trimester kehamilan. Selain itu, pada kasus kondiloma akuminata yang diterapi dengan krioterapi, persalinan pervaginam dapat dilakukan jika lesi sudah bersih.[5]

Laser

Laser telah dilaporkan penggunaannya pada kehamilan untuk mengobati erosi serviks. Beberapa pilihan laser sebenarnya tidak direkomendasikan selama kehamilan dan biasanya baru dikerjakan setelah kehamilan. Meski begitu, pada kondiloma akuminata, terapi laser dapat dikerjakan pada trimester kedua dan awal trimester ketiga untuk mencegah abortus spontan dan persalinan preterm.

Terdapat beberapa pilihan laser yang dapat digunakan untuk kondiloma akuminata pada kehamilan, termasuk laser CO2 dan Nd-YAG. Beberapa studi mengemukakan bahwa terapi kondiloma akuminata pada wanita hamil dapat menurunkan risiko rekurensi dan kematian intrapartum dan mencegah infeksi janin.[4]

Terapi Fotodinamik (PDT)

Prinsip PDT adalah penggunaan zat fotosensitif yang diaktifkan oleh cahaya untuk merusak sel lesi kutil dan membantu mengurangi lesi. Di bawah iradiasi ringan 635 nm, PDT mempunyai efek membunuh sel proliferatif dan menghancurkan lesi kutil secara selektif, dengan kerusakan minimal pada mukosa jaringan.

Penggunaan PDT dengan iradiasi cahaya pada mukosa vagina telah dilaporkan tidak menyebabkan efek merugikan bagi janin dalam uterus, sehingga dianggap aman dikerjakan pada ibu hamil.

Nyeri adalah keluhan yang sering ditemukan selama terapi dengan PDT. Nyeri yang tidak dapat ditahan dapat diredakan dengan pendinginan atau penundaan terapi sementara.[6]

Trichloroacetic acid (TCA)

TCA dapat digunakan selama kehamilan karena tidak diabsorpsi secara sistemik. Menurut CDC, konsentrasi TCA yang digunakan pada kondiloma akuminata adalah 80-90%, serta dapat digunakan pada permukaan kulit dan mukosa.

TCA tidak membutuhkan peralatan khusus karena dapat langsung diaplikasikan pada lesi. Meski begitu, aplikasi TCA menyebabkan rasa terbakar sehingga perlu dioleskan petrolatum jelly di sekitar kulit sebelum aplikasi TCA.

Aplikasi TCA dilakukan beberapa kali hingga semua lesi bersih. Tingkat keberhasilan dan rekurensi dengan aplikasi TCA dilaporkan sebanding dengan pilihan terapi lain. Kombinasi TCA dengan kauter dan eksisi dapat meningkatkan angka keberhasilan terapi.[8]

Hipertermia Lokal

Hipertermia lokal adalah terapi yang melibatkan air panas, laser, dan lampu, dengan penggunaan suhu 44°C selama 30 menit. Mekanisme terapeutik terapi ini melibatkan stimulasi respon imun spesifik melawan infeksi HPV, termasuk promosi migrasi sel Langerhans dan induksi produksi interferon. Terapi ini sudah dilaporkan berhasil pada ibu hamil dengan kondiloma akuminata dan tidak ada rekurensi pada kontrol selama 6 bulan setelah terapi.[9,10]

Krim Imiquimod

Imiquimod adalah imunomodulator topikal, agonis TLR-7, yang dapat memediasi respon imun nonspesifik dan seluler serta produksi interferon dan sitokin. Obat golongan ini akan menyebabkan destruksi kolagen dan menghilangkan lesi kondiloma akuminata.

Imiquimod telah dilaporkan mampu menghambat 90% replikasi HPV, mengurangi muatan virus, serta mencegah rekurensi dengan melepaskan TNF-α dan IFN-α. Krim diaplikasikan pada lesi 3 kali/minggu selama 12-16 minggu pengobatan.

Efek samping yang sering ditemukan adalah eritema lokal dan bengkak, yang ditemukan pada 50% pasien. Angka rekurensi dilaporkan berkisar antara 5-19%. Walaupun risiko teratogenik rendah, penggunaan imiquimod lebih disarankan untuk dihindari selama kehamilan.[1,7]

Kesimpulan

Ibu hamil yang mengalami kondiloma akuminata dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena peningkatan kemungkinan komplikasi kehamilan, seperti persalinan preterm dan infeksi pada bayi saat proses persalinan. Terapi kondiloma akuminata pada kehamilan dapat dilakukan dengan krioterapi, terapi laser, terapi fotodinamik, trichloroacetic acid (TCA), serta terapi hipertermia. Sementara itu, penggunaan krim imiquimod tidak disarankan selama kehamilan meskipun risiko teratogeniknya dianggap rendah.

Referensi