Penggantian kanula infus atau kateter intravena secara rutin setiap 72–96 jam telah lama menjadi bagian dari protokol pencegahan infeksi nosokomial, terutama untuk mencegah tromboflebitis dan infeksi aliran darah terkait kateter (catheter-related blood stream infection/CRBSI). Namun, seiring berkembangnya praktik berbasis bukti dan kesadaran terhadap efisiensi penggunaan sumber daya, pendekatan ini mulai dikaji ulang.
Beberapa fasilitas kesehatan kini mulai menerapkan kebijakan penggantian kanula infus berdasarkan indikasi klinis, yaitu hanya saat terdapat tanda komplikasi seperti nyeri, kemerahan, sumbatan, atau infiltrasi. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi beban kerja perawat, menghemat biaya, dan meningkatkan kenyamanan pasien.[1-6]
Basis Bukti Penggantian Kanula Infus Rutin vs Berdasarkan Indikasi Medis
Sebuah kohort observasional mengevaluasi dampak kebijakan penggantian kanula infus secara berkala setiap 96 jam dibandingkan dengan penggantian hanya bila ada indikasi klinis. Studi ini menganalisis lebih dari 400.000 tindakan pemasangan kanula infus pada lebih dari 160.000 pasien. Hasil menunjukkan bahwa penggantian berdasarkan indikasi klinis secara signifikan meningkatkan insidensi CRBSI (IRR 7,20).[4]
Sebuah meta analisis mengevaluasi data dari 9 uji acak terkontrol untuk membandingkan penggantian kanula infus berdasarkan indikasi klinis dengan penggantian rutin setiap 72–96 jam. Total keseluruhan partisipan adalah 10.973 pasien, yang mana hasil analisis menunjukkan bahwa penggantian berdasarkan indikasi klinis dikaitkan dengan peningkatan risiko flebitis, oklusi, dan infiltrasi, tetapi tidak ada perbedaan signifikan dalam risiko infeksi lokal maupun CRBSI.[7]
Hasil sedikit berbeda dilaporkan dalam sebuah tinjauan sistematik Cochrane yang menganalisis 9 uji acak terkontrol dengan total 7.412 peserta untuk membandingkan keamanan dan efikasi penggantian kanula infus rutin setiap 72–96 jam versus hanya saat terdapat indikasi klinis. Hasil tinjauan menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dalam CRBSI, tromboflebitis, infeksi sistemik, nyeri, atau mortalitas antara kedua strategi.
Meski demikian, peneliti Cochrane mencatat bahwa penggantian rutin sedikit menurunkan risiko infiltrasi dan oklusi, sedangkan penggantian berdasarkan indikasi klinis cenderung menurunkan keperluan biaya medis dan mengurangi ketidaknyamanan pasien. Berdasarkan bukti tingkat moderat, penggantian kanula infus hanya saat diperlukan secara klinis dapat menjadi alternatif yang aman dan lebih efisien, asalkan disertai pemantauan klinis adekuat terhadap tanda dan gejala komplikasi.[1]
Pertimbangan Penggantian Kanula Infus Berdasarkan Daerah Pemasangan
Berdasarkan panduan praktik pemasangan infus dan literatur yang tersedia, durasi optimal pemasangan kanula sangat bergantung pada lokasi anatomis, kondisi vena, dan pengawasan klinis. Pemantauan harian secara aktif untuk mendeteksi tanda-tanda awal flebitis atau infeksi masih dipercaya sebagai komponen krusial dalam mencegah komplikasi.
Pemilihan lokasi pemasangan kanula infus juga memengaruhi stabilitas kateter dan risiko komplikasi seperti flebitis, infiltrasi, maupun infeksi nosokomial. Berdasarkan distribusi klinis, lokasi yang paling sering digunakan adalah dorsum manus (30%), diikuti oleh area antekubital (25%), lengan bawah (20%), pergelangan tangan (15%), dan vena safena di tungkai bawah (10%).[1-4]
Berbagai Kemungkinan Kebutuhan Penggantian Kanula Infus Menurut Area Terpasangnya
Lokasi dorsum manus merupakan pilihan paling umum karena aksesnya mudah dan relatif stabil, dengan durasi pemasangan yang aman hingga 4 hari jika tidak ada tanda-tanda komplikasi. Namun, lokasi ini juga cukup sensitif terhadap gerakan ekstremitas, yang dapat meningkatkan risiko iritasi mekanik.[2,3]
Vena antekubital meskipun sering digunakan, sebaiknya tidak dipertahankan lebih dari 3 hari karena daerah ini memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi akibat posisinya yang dekat dengan lipatan sendi dan sering mengalami fleksi. Di sisi lain, pergelangan tangan memiliki kestabilan yang buruk dan rentan bergeser, serta berisiko menyebabkan flebitis jika digunakan lebih dari 3 hari. Lokasi ini sebaiknya dipantau ketat atau dihindari jika tidak diperlukan secara spesifik.[3,4]
Lengan bawah merupakan alternatif yang baik, memberikan stabilitas yang cukup dengan risiko infeksi rendah jika dipertahankan maksimal hingga 4 hari. Sementara itu, vena safena di tungkai bawah memiliki risiko tinggi terhadap kontaminasi lingkungan dan infeksi lokal, serta disarankan hanya digunakan dalam situasi terbatas dengan durasi tidak lebih dari 2 hari.[5,6]
Rekomendasi Penggantian Kanula Infus Menurut Pedoman Klinis
Berdasarkan pedoman CDC Amerika Serikat, penggantian kanula infus pada dewasa tidak perlu dilakukan lebih sering dari setiap 72–96 jam untuk mencegah infeksi dan flebitis. Jika kanula dipasang dalam situasi darurat tanpa jaminan teknik aseptik adekuat, maka harus diganti secepat mungkin, idealnya dalam waktu 48 jam.
Pada anak, kanula infus direkomendasikan untuk diganti hanya jika terdapat indikasi klinis. Hal ini mengingat rasio manfaat dan risiko yang lebih masuk akal pada anak jika penggantian dilakukan hanya bila terdapat tanda atau gejala komplikasi. Di sisi lain, midline catheter, baik pada anak maupun dewasa, diganti hanya bila terdapat indikasi spesifik.[8]
Sebagai pembanding, WHO merekomendasikan agar kanula infus yang dipasang dalam kondisi tidak ada jaminan teknik aseptik adekuat, misalnya pada setting gawat darurat, segera diganti dalam 24 jam untuk meminimalkan risiko infeksi. Selain itu, jika kanula infus dipasang di vena ekstremitas bawah, kanula infus juga sebaiknya segera diganti dan dipindahkan ke ekstremitas atas ketika sudah memungkinkan.
Pada kondisi lainnya, WHO merekomendasikan penggantian rutin, yakni dalam 96 jam hingga 7 hari, kecuali jika kanula digunakan untuk administrasi produk darah atau obat yang mengandung lemak, seperti propofol, yang mana penggantian harus segera dilakukan.[9]
Kesimpulan
Meskipun penggantian rutin kanula infus secara historis dianggap menurunkan risiko infeksi, telah ada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa penggantian berdasarkan indikasi klinis dapat menjadi alternatif yang aman dan efisien jika disertai pemantauan adekuat terhadap tanda komplikasi.
Beberapa studi melaporkan peningkatan risiko flebitis, infiltrasi, dan oklusi pada pendekatan berbasis indikasi, tetapi tidak menunjukkan perbedaan bermakna dalam angka catheter-related blood stream infection (CRBSI). Pemilihan lokasi pemasangan kanula, seperti dorsum manus, juga bisa memengaruhi keperluan penggantian kanula infus. Surveilans dan evaluasi harian pada tempat terpasangnya kanula infus merupakan langkah kritis yang diperlukan untuk memastikan kapan penggantian kanula diperlukan.