Peran Aspirin dalam Tata Laksana Aneurisma Intrakranial

Oleh :
dr. Ade Wijaya SpN

Aspirin, suatu agen antiplatelet dan antiinflamasi, akhir-akhir ini banyak diteliti karena dipercaya dapat menghambat proses inflamasi yang berperan dalam progresi aneurisma intrakranial.[1-3]

Studi epidemiologi memprediksi bahwa aneurisma intrakranial terdapat pada sekitar 3% populasi.[4,5] Jika aneurisma intrakranial ini ruptur, maka angka morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi.[4,6,7] Diperkirakan angka kematian dari aneurisma intrakranial yang ruptur mencapai 42 %, di mana 12 % sebelum penderita sempat mencari pertolongan ke rumah sakit dan 30 % lainnya meninggal dalam 30 hari pertama pasca ruptur.[1,4] Berbagai studi menunjukkan bahwa inflamasi memiliki peranan penting dalam progresi pemburukan struktural dinding aneurisma yang kemudian dapat menyebabkan ruptur dari aneurisma tersebut.[1-3]

Peran Aspirin dalam Tata Laksana Aneurisma Intrakranial-min

Peran Inflamasi dalam Proses Pembentukan dan Ruptur Aneurisma Intrakranial

Pada keadaan normal, di dalam pembuluh darah terdapat keseimbangan antara stres hemodinamik dan integritas dinding pembuluh darah. Ketidakseimbangan akan menyebabkan kerusakan dinding arteri, mulai dari endotel hingga lamina elastika interna. Disrupsi dan disfungsi endotel ini merupakan tahap inisial terbentuknya suatu aneurisma intrakranial.[8,9]

Endotel memainkan peranan penting dalam meregulasi proses inflamasi di dinding pembuluh darah dengan mengekspresikan molekul antiinflamasi dan antiaterogenik. Ketika terjadi kerusakan endotel, maka terganggu pula proses regulasi antiinflamasi tersebut. Lebih lanjut lagi, stres mekanik pada endotel mengaktivasi jalur inflamasi yang pada akhirnya memicu terjadinya inflamasi kronis pada dinding pembuluh darah.[8]

Salah satu mediator inflamasi yang diaktifkan sebagai respons stres terhadap endotel adalah nuclear factor-κB (NF-κB). Aktivasi NF-κB merupakan tahap pertama dari pembetukan aneurisma intrakranial. NF-κB akan meningkatkan aktivitas gen monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1) dan vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1) yang kemudian merekrut makrofag yang akan merusak dinding pembuluh darah.

Makrofag akan menghasilkan sejumlah mediator seperti interleukin 1â (IL-1â), faktor nekrosis tumor alfa (TNF-á), dan matrix metalloproteinase (MMP). Interleukin 1â dapat menginduksi apoptosis otot polos, menghambat sintesis matriks ekstraseluler, serta menghambat biosintesis kolagen. TNF-á akan menginduksi modulasi fenotip otot polos, serta memicu inflamasi dan remodeling. MMP dapat merusak matriks ekstraseluler pembuluh darah. Makrofag bersama dengan sel-sel inflamasi lainnya juga dapat mengakibatkan fibrosis pada jaringan pembuluh darah. Serangkaian mekanisme tersebut akan mengakibatkan melemahnya dinding pembuluh darah yang kemudian membentuk aneurisma intrakranial. Jika proses ini berlanjut, pembuluh darah menjadi semakin rusak dan aneurisma bisa ruptur.[10,11]

Mekanisme Kerja Aspirin dalam Menghambat Pertumbuhan dan Ruptur Aneurisma

Aspirin memiliki efek inhibisi terhadap siklooksigenase-2 (COX-2) dan prostaglandin E2 sintase-1 mikrosomal (mPGES-1). Pada dinding aneurisma yang ruptur, kadar kedua molekul inflamasi ini terdeteksi lebih tinggi dibandingkan dengan dinding aneurisma yang tidak ruptur.  Oleh karenanya, efek aspirin terhadap COX-2 dan mPGES-1 dipercaya bermanfaat dalam tata laksana aneurisma.[12]

Bukti Ilmiah Penggunaan Aspirin dalam Tata Laksana Aneurisma Intrakranial

Berbagai studi baik pada hewan coba maupun studi klinis pada manusia telah dilakukan untuk meneliti peran aspirin dalam tata laksana aneurisma intrakranial. Pada studi oleh Chalouhi, et al yang melakukan uji pada hewan coba tikus yang diberi aspirin dibandingkan kontrol, didapatkan bahwa angka kejadian ruptur aneurisma lebih rendah secara bermakna pada kelompok yang diberi aspirin.[13] Dua studi lain yang membandingkan penggunaan aspirin pada aneurisma intrakranial dengan kelompok kontrol pada hewan coba juga menghasilkan hasil serupa.[14,15]

Berbagai studi pada manusia terkait efek aspirin dalam tata laksana aneurisma intrakranial menunjukkan bahwa angka kejadian ruptur menurun pada penggunaan aspirin jika dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan bahwa penggunaan aspirin menurunkan laju pertambahan ukuran aneurisma.[2,5,16-20]

Keamanan Penggunaan Aspirin pada Kasus Aneurisma Intrakranial

Walaupun telah banyak studi menunjukkan efek protektif aspirin dalam tata laksana aneurisma intrakranial, efek antiplatelet dari aspirin menimbulkan keraguan terkait keamanannya. Ditakutkan bahwa pasien aneurisma intrakranial yang mengonsumsi aspirin akan memiliki risiko perdarahan yang lebih tinggi dan volume perdarahan yang lebih besar bila aneurisma mengalami ruptur.

Sebuah studi oleh Gross et al berusaha menganalisis keamanan penggunaan aspirin dalam tata laksana aneurisma intrakranial. Studi ini melibatkan 747 kasus aneurisma serebral. Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian perdarahan subarachnoid justru lebih rendah pada pasien aneurisma intrakranial yang mendapat aspirin dibandingkan yang tidak. Dari semua kasus perdarahan subarachnoid, tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam segi keparahan penyakit dan manifestasi klinis antara pasien yang mendapat aspirin dan yang tidak.[17]

Studi lain menunjukkan hasil serupa. Studi ini melibatkan 1422 pasien dengan aneurisma intrakranial yang mengalami perdarahan subarachnoid. Hasil studi menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna terkait derajat perdarahan dan komplikasi yang timbul akibat tindakan bedah mikro atau endovaskular antara pasien yang mendapat aspirin dengan yang tidak.[21]

Begitupun pada studi oleh Dasenbrock et al yang melibatkan 11549 kasus pendarahan subarachnoid aneurismal. Studi ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna terkait  mortalitas dan komplikasi antara kelompok pasien yang mengonsumsi aspirin dibandingkan kelompok kontrol.[22]

Kesimpulan

Aneurisma intrakranial merupakan salah satu bentuk kelainan pembuluh darah di otak. Ruptur dari aneurisma intrakranial ini meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas pasien. Aspirin memiliki efek antiinflamasi yang berguna dalam mencegah progresi dan ruptur dari aneurisma intrakranial. Berbagai studi pada hewan coba dan manusia telah menunjukkan bahwa aspirin bermanfaat dalam menurunkan risiko ruptur dan menurunkan laju pertambahan ukuran aneurisma intrakranial.

Aspirin juga merupakan obat antiplatelet, sehingga ada ketakutan penggunaan aspirin akan meningkatkan keparahan dan risiko perdarahan jika terjadi ruptur aneurisma. Tetapi, berbagai studi yang ada menunjukkan hasil sebaliknya. Tidak didapatkan perbedaan bermakna terkait pola perdarahan, tingkat keparahan, dan komplikasi antara pasien perdarahan intrakranial akibat ruptur aneurisma yang mendapat aspirin dengan yang tidak.

Referensi