Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Impetigo general_alomedika 2022-06-14T00:33:55+07:00 2022-06-14T00:33:55+07:00
Impetigo
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Diagnosis Impetigo

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Diagnosis impetigo didasari oleh anamnesis, yaitu adanya keluhan lesi pada kulit yang terkadang disertai rasa gatal atau tidak nyaman. Pada inspeksi kulit dengan impetigo non-bulosa, dapat terlihat honey-colored crust. Pada impetigo bulosa, inspeksi dapat menunjukkan ada bula yang biasa ditemukan di daerah lipatan, seperti aksila dan inguinal.

Anamnesis

Pasien impetigo dapat datang dengan keluhan lesi kulit berupa vesikel, bula, atau plak keemasan. Lesi dapat disertai rasa gatal atau rasa tidak nyaman. Gejala sistemik yang dapat timbul adalah demam dan limfadenopati regional.[3]

Pada pasien impetigo non-bulosa, lesi dimulai dengan gambaran makulopapular yang akan berubah menjadi vesikel berdinding tipis yang mudah ruptur, berukuran sekitar 2 mm. Ketika vesikel sudah ruptur, akan terbentuk erosi superfisial yang gatal atau nyeri dan ditutupi krusta berwarna keemasan (honey-colored crust), dan diameter bisa meluas sampai 2 cm. Lesi dapat dikelilingi oleh makula eritematosa. Lesi dapat sembuh spontan, tetapi bisa juga berkembang menjadi ulkus.[2,9]

Pada pasien impetigo bulosa, lesi awal berbentuk vesikel kecil lalu berkembang menjadi bula yang besar dan lembek. Jika ruptur, akan tampak cairan berwarna kekuningan dan skuama di sekeliling lesi yang berbatas tegas, tanpa adanya halo eritematosa.[2,9]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan penentu diagnosis impetigo. Inspeksi kulit dilakukan untuk melihat karakteristik lesi kulit, seperti adanya krusta keemasan (honey-colored crust) pada impetigo non-bulosa, dan adanya bula atau kolaret pada impetigo bulosa.

Impetigo Non-bulosa

Lesi kulit pada impetigo non-bulosa dapat berupa vesikel atau pustul yang berkembang menjadi papul eritematosa, plak, atau erosi dengan adanya eksudat krusta berwarna keemasan (honey-colored crust).[5]

Pada impetigo yang disebabkan oleh Streptococcus, lesi sering muncul sebagai lesi multipel dengan predileksi di wajah dan ekstremitas bawah. Lesi satelit terutama muncul pada lokasi yang mengalami kerusakan kulit. Lesi satelit dapat menyebar melalui autoinokulasi ke area yang tidak mengalami kerusakan sawar kulit (skin barrier).[9,11]

Impetigo Bulosa

Impetigo bulosa ditandai dengan adanya bula yang besar, dan jika pecah mengeluarkan cairan kekuningan. Bula seringkali ditemukan pada daerah lipatan, misalnya aksila, inguinal, dan gluteal. Namun, dapat ditemukan juga di dada dan punggung. Bula akan pecah setelah 1–2 hari, kemudian mengering dan membentuk skuama dengan bagian tengah eritematosa, atau dikenal dengan kolaret.[9]

Jika bula tidak pecah, maka cairan di dalamnya akan berubah menjadi keruh dan mengandung nanah (pustula) yang semakin lama semakin membesar. Pustul dapat pecah dalam 4–6 hari, dan membentuk krusta yang tebal.[2,7]

Kadang, lesi kulit impetigo dapat berupa ulkus yang dalam, disebut ektima. Ulkus akan tampak sebagai lesi menonjol (punch out lesion), dengan tepi berwarna keunguan. Krusta yang menyertainya dapat berwarna keemasan atau cokelat kehitaman. Terkadang, terdapat nanah dalam ulkus.[2,7,10]

Diagnosis Banding

Lesi kulit pada impetigo dapat menyerupai kondisi patologis kulit lainnya, seperti dermatitis kontak alergi, tinea korporis, dan skabies. Dokter perlu mengetahui karakteristik lesi kulit pada masing-masing penyakit sehingga dapat membedakan dengan impetigo.[2,5]

Dermatitis Kontak Alergi

Lesi kulit pada impetigo dan dermatitis kontak alergi terkadang serupa. Berbeda dengan impetigo, pada anamnesis dermatitis kontak akan didapatkan adanya riwayat alergi, paparan terhadap allergen, misalnya sabun atau iritan lain. Lesi pada tempat kontak akan tampak kemerahan dan teraba kering.[2,5]

Tinea Korporis

Lesi pada tinea korporis dapat menyerupai lesi impetigo non-bulosa. Karakteristik lesi pada tinea adalah plak eritematosa tepi aktif dengan central healing, terkadang dapat pula terlihat plak hiperpigmentasi pada kasus kronis. Pada impetigo tidak ditemukan central healing.[2,5]

Herpes Simpleks

Pada tahap awal impetigo terkadang lesi muncul sebagai vesikel, seperti pada herpes simpleks. Namun, vesikel pada herpes simpleks terasa sangat nyeri dan tidak berkembang menjadi bula. Selain itu, herpes simpleks juga seringkali disertai dengan gejala sistemik, misalnya demam.[2,5]

Skabies

Pada skabies, terdapat keluhan pruritus nokturnal. Karakteristik lesi pada skabies berupa papul kemerahan multipel, biasa ditemukan pada daerah lipatan, terutama sela-sela jari. Terkadang, bisa terlihat terowongan/burrows yang dibuat oleh Sarcoptes scabiei. Perlu diingat, skabies dapat terjadi bersamaan dengan impetigo.[2,5]

Erupsi Obat

Berbeda dengan impetigo, pada erupsi obat akan didapatkan riwayat mengonsumsi obat beberapa hari hingga minggu sebelum munculnya lesi kulit. Erupsi pada kulit uga dapat berulang jika terpapar obat yang sama lagi.[2,5]

Pemeriksaan Penunjang

Pada dasarnya, diagnosis impetigo dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya resistensi antibiotik atau komplikasi.

Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi untuk impetigo dilakukan dengan uji pewarnaan gram dan kultur, baik dari swab dasar krusta maupun cairan bula. Pada pewarnaan gram, yang dicari adalah kokus gram positif, baik yang berbentuk rantai, yaitu mengindikasikan Streptococcus pyogenes, maupun berbentuk kelompok, yaitu mengindikasikan Staphylococcus aureus.

Kultur disertai uji resistensi antibiotik dilakukan jika dicurigai adanya resistensi bakteri, terutama methicillin-resistant S. aureus (MRSA). Kultur bakteri juga dilakukan jika terjadi wabah impetigo. Pada lesi yang refrakter terhadap pengobatan mungkin perlu dilakukan biopsi kulit.[2,4,10]

Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan titer antideoksiribonuklease B (anti-DNase B) dan antihylauronidase (AH) penting pada kecurigaan glomerulonefritis akut pasca streptokokus terkait impetigo. Sekitar 92% pasien dengan glomerulonefritis akut pasca streptokokus mengalami peningkatan anti-DNase B dan AH.[4]

Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi human immunodeficiency virus (HIV) perlu dipertimbangkan pada pasien dewasa tanpa riwayat penyakit apapun, yang terkena impetigo bulosa.[10]

Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis dimaksudkan untuk mengevaluasi glomerulonefritis akut pasca streptokokus. Indikasi dilakukannya urinalisis adalah bila pasien dengan impetigo mengalami hipertensi, edema, atau hematuria.[4]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

2. Hartman-Adams, H., C. Banvard, and G. Juckett, Impetigo: diagnosis and treatment. Am Fam Physician, 2014. 90(4): p229-35.
3. Oakley A. Management of Impetigo. BPJ, 2009. 19:8-11. https://bpac.org.nz/bpj/2009/february/docs/bpj19_impetigo_pages_8-11.pdf
4. Lewis, L.S. Impetigo. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/965254-overview.
5. Johnson MK. Impetigo. Advanced Emergency Nursing Journal. 2020;42(4): p262–269. DOI: 10.1097/TME.0000000000000320
7. Stevens, D. and A. Bryant, Impetigo, Erysipelas and Cellulitis, in Streptococcus pyogenes : Basic Biology to Clinical Manifestations J. Ferretti, D. Stevens, and V. Fischetti, Editors. 2016: Oklahoma City (OK): University of Oklahoma Health Sciences Center.
10. Nardi NM, Schaefer TJ. Impetigo. StatPearls. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430974/

Epidemiologi Impetigo
Penatalaksanaan Impetigo

Artikel Terkait

  • Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
    Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
Diskusi Terkait
Anonymous
21 Februari 2023
Bercak-bercak kemerahan pada anak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokterPasien batita 1,1 tahun datang dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan yang awalnya timbul di area perut diikuti bagian dada, mulut, kedua...
dr.Intan Meiripalta
09 Desember 2022
Kulit melepuh pada anak umur 4 tahun
Oleh: dr.Intan Meiripalta
2 Balasan
Alo dokter. Izin diskusi dok, pasien anak laki-laki umur 4 tahun. Menurut keterangan ayah pasien bahwa kukit anak awalnya gatal lalu melepuh dan berdarah...
Anonymous
27 November 2022
Luka luka bernanah yang sering muncul di kaki
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alodokter ijin konsul anak usia 8 tahun, kaki nya sering muncul luka luka bernanah terutama bila kehujanan. Sembuh pun nanti tidak lama muncul lagi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.