Osteotomi Genu Varum pada Anak

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Osteotomi merupakan salah satu pilihan terapi genu varum atau bow legs pada anak. Genu varum adalah kondisi di mana tungkai bawah membengkok ke arah dalam akibat torsi internal os tibia, sehingga menimbulkan kesulitan berjalan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh Blount disease, rickets, infeksi, cedera traumatik lempeng pertumbuhan, skeletal dysplasia, dan neoplasma.[1]

Di Afrika, penyebab paling sering adalah Blount disease dan rickets. Sementara itu, sebuah studi di Surabaya menunjukkan bahwa penyebab genu varum pada anak adalah Blount disease bilateral (58%), disusul Blount disease unilateral (22%), dan genu varum fisiologis (20%), dengan rerata usia pasien 4,3 tahun dan lebih dari 60% berjenis kelamin laki-laki.[2,3]

Osteotomi Genu Varum pada Anak

Pertimbangan Tata Laksana Osteotomi pada Anak dengan Genu Varum

Bayi umumnya lahir dengan genu varum, yang akan hilang seiring bertambahnya usia, yakni antara usia 12-18 bulan. Kemudian, tungkai bawah akan berkembang menjadi valgus yang signifikan dalam 2-3 tahun, hingga pada usia 6 tahun valgus mencapai sudut normal seperti individu dewasa.[4]

Tindakan bedah pada genu varum diindikasikan pada deformitas yang progresif, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kehilangan fungsi. Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan, meluruskan tungkai bawah, dengan sendi lutut horizontal untuk menopang beban tubuh.[1,4,5]

Indikasi Osteotomi pada Genu Varum

Operasi yang paling umum dilakukan pada kasus genu varum anak usia 3-4 tahun adalah osteotomi. Osteotomi terutama menjadi pilihan pada kasus yang berisiko tinggi, seperti:

  • Pasien dengan obesitas

  • Meningkatnya medial physeal slope

  • Anak usia 30-36 bulan yang tidak bisa diterapi dengan brace,
  • Anak usia 3 tahun yang tetap mengalami genu varum setelah terapi brace.[1,4]

Kontraindikasi Osteotomi pada Genu Varum

Kontraindikasi operasi koreksi genu varum pada anak adalah bila kasus merupakan varus fisiologis (umumnya pada anak usia <2 tahun) dan sudah ada penutupan fisis akibat cedera atau maturitas.[5]

Osteotomi pada Genu Varum Akibat Blount Disease

Blount disease adalah salah satu penyebab tersering genu varum, dengan dua jenis awitan, yakni tipe juvenil (4-10 tahun) dan tipe remaja (di atas usia 10 tahun). Klasifikasi Langenskiold menjelaskan 6 tahap perubahan resiografi progresif pada epifisis dan metafisis tibia proksimal pada anak dengan Blount disease. Seiring bertambahnya usia dan derajat Langenskiold, terjadi perubahan fisis yang ireversibel, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan lempeng pertumbuhan tibia bagian medial.

Indikasi operasi osteotomi pada kasus genu varum akibat Blount disease adalah:

  • Apabila varus tidak dapat dikoreksi secara konservatif (dengan brace)
  • Kasus tipe progresif
  • Usia pasien >3 tahun,
  • Advanced Langenskiold derajat II dan III

  • Metaphyseal-diaphyseal angle (MDA) >14o dan tibiofemoral angle (TFA) >15o

Osteotomi yang baru dilakukan pada anak di atas usia 4 tahun dengan Langenskiold derajat IV-VI cenderung mengalami rekurensi yang lebih tinggi akibat laju penyembuhan lempeng pertumbuhan melambat. Mayoritas osteotomi yang dilakukan sebelum anak berusia 4 tahun memiliki luaran yang lebih baik.

Sebuah studi mengemukakan bahwa kejadian rekurensi setelah osteotomi meningkat bermakna bila osteotomi dilakukan di atas usia 4 tahun dan risiko rekurensi paling tinggi dapat terjadi bila ditemukan epiphysiodesis bridge (fusi lempeng pertumbuhan) pada saat operasi.[3,6]

Evaluasi Luaran Osteotomi pada Anak dengan Genu Varum

Penilaian luaran ekstremitas bawah setelah osteotomi pada anak dengan genu varum harus meliputi aspek anatomikal dan fungsional. Secara anatomikal, dokter dapat memeriksa:

  • Posisi kaki: apakah ada lateralisasi ke satu sisi, apakah ada adduksi dari metatarsal
  • Jari-jemari kaki: fleksi atau ekstensi
  • Apakah ada leg length discrepancy

  • Kesejajaran pelvis: apakah mengalami rotasi atau elevasi
  • Kondisi tulang belakang, misalnya apakah ada skoliosis atau kifosis
  • Perbandingan gaya berjalan baik sebelum dan setelah operasi, serta setelah rehabilitasi.

Kemampuan fungsional anak yang dapat dinilai antara lain:

  • Kemampuan melakukan squat, heel raise, keseimbangan (bandingkan hasil waktu single leg standing kanan dan kiri), dan menaiki tangga.
  • Skor nyeri.

Menurut sebuah studi yang meneliti luaran osteotomi tunggal pada 208 pasien genu varum anak, didapatkan bahwa osteotomi menghasilkan luaran anatomikal dan fungsional yang memuaskan. Rerata waktu yang diperlukan dari operasi sampai akhir sesi fisioterapi adalah 13,5 minggu.[1,7]

Komplikasi yang dapat Terjadi

Potensi komplikasi osteotomi mencakup sindrom kompartemen, delayed union, non-union, cedera pembuluh darah, infeksi, palsi nervus peroneal, dan rekurensi genu varum.[1,3]

Dalam sebuah studi, ditemukan komplikasi terjadi pada 23,4% dari keseluruhan kasus. Sebanyak 19,4% kasus mengalami komplikasi derajat 1, yakni kerusakan kulit, infeksi lokal luka operasi, nyeri berlebih pasca operasi yang membutuhkan opioid, dan retensi urin yang memerlukan kateterisasi. Sebanyak 3,2% mengalami komplikasi derajat 4, yakni infeksi yang memerlukan operasi revisi, kegagalan pemasangan cast, nyeri hebat sehingga cast harus diganti, hingga komplikasi vaskular yang memerlukan operasi revisi atau penggantian cast.[1]

Kesimpulan

Osteotomi merupakan tata laksana genu varum pada anak yang efektif dalam memperbaiki aspek anatomi dan fungsional tungkai bawah. Indikasi osteotomi mencakup adanya deformitas yang progresif, genu varum yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kehilangan fungsi, serta adanya kondisi risiko tinggi seperti obesitas dan meningkatnya medial physeal slope.

Khusus pada genu varum akibat Blount disease, osteotomi dilakukan jika varus tidak dapat dikoreksi secara konservatif, kasus tipe progresif, usia pasien >3 tahun, kasus advanced Langenskiold derajat II dan III, serta metaphyseal-diaphyseal angle (MDA) >14o dan tibiofemoral angle (TFA) >15o.

Kontraindikasi operasi osteotomi genu varum pada anak adalah kasus varus fisiologis dan sudah ada penutupan fisis akibat cedera atau maturitas. Potensi komplikasi tindakan osteotomi mencakup infeksi luka operasi, nyeri, rekurensi genu varum, hingga gangguan vascular dan keperluan operasi revisi.

Referensi