Obat Topikal untuk Pencegahan dan Penanganan Striae Gravidarum

Oleh :
dr.Gloscindy Arma Occifa

Striae gravidarum atau stretch marks sering menjadi keluhan wanita hamil atau setelah melahirkan, sehingga dokter sebaiknya mengetahui cara pencegahan maupun penangannya. Striae gravidarum merupakan skar atrofi berbentuk linier yang dialami oleh 55−90% wanita hamil, yang dapat muncul di area perut, payudara, punggung, panggul, paha, selangkangan, atau ketiak.[1-2]

Sekilas Mengenai Striae Gravidarum

Pada awal kemunculannya, striae gravidarum terlihat berwarna merah muda hingga merah dan tanpa indurasi, serta dapat menimbulkan rasa gatal atau sensasi terbakar. Fase ini disebut striae rubra atau immature striae. Semakin lama, striae rubra akan meninggi, memanjang, dan meluas menjadi berwarna merah keunguan. Setelah beberapa bulan, warna striae memudar menjadi hipopigmentasi dan berkerut. Fase ini disebut striae alba atau mature striae.[3-4]

Obat Topikal untuk Pencegahan dan Penanganan Striae Gravidarum-min

Faktor Risiko Striae Gravidarum

Faktor risiko terbentuk striae gravidarum antara lain pengaruh hormonal, genetik, dan peregangan kulit, yang dapat merusak jaringan ikat kulit. Selain itu, usia ibu saat hamil, penambahan berat badan, berat lahir bayi, riwayat keluarga, dan penyakit kronis diperkirakan meningkatkan risiko terbentuknya striae gravidarum.[1,5]

Penelitian tahun 2015 terhadap 211 wanita hamil primipara menyebutkan bahwa usia ibu yang lebih muda, indeks massa tubuh sebelum hamil, riwayat keluarga, mengandung bayi laki-laki, dan tingkat pendidikan yang lebih rendah merupakan faktor-faktor yang signifikan secara statistik dalam memprediksi terbentuknya striae gravidarum.[6]

Patogenesis Striae Gravidarum

Keberagaman komponen matriks ekstraseluler diperkirakan menjadi dasar terbentuknya striae gravidarum, sehingga patogenesisnya belum jelas. Namun, dipercaya striae gravidarum terbentuk karena keterlibatan elastase yang dilepaskan sel mast dan aktivitas makrofag, dan memicu elastolysis pada mid-dermis yang diikuti oleh reorganisasi kolagen dan fibrillin.[2,7]

Secara histologi, striae rubra menunjukkan gambaran serat elastin halus yang berlebihan pada papilla dermis dengan serat yang lebih tebal dan berliku di sisi perifer, serta adanya limfosit perivaskular, pelebaran pembuluh darah dermis, dan edema. Terdapat penurunan jumlah dan reorganisasi serat elastin dan fibrillin, serta perubahan struktur serat kolagen menjadi lebih tebal dan padat.[2,7]

Sedangkan striae alba menunjukkan gambaran epidermis yang atrofi, rete ridges menghilang, vaskularisasi berkurang, serta bundle kolagen horizontal yang padat dan tipis.[2,7]

Selama masa kehamilan, jumlah dan ekspresi reseptor terhadap hormon berubah signifikan. Pada kulit dengan striae gravidarum, ekspresi reseptor terhadap estrogen dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kulit normal. Ekspresi reseptor terhadap androgen dan glukokortikoid juga meningkat. Peningkatan glukokortikoid akan menghambat aktivitas dan proliferasi fibroblast sehingga menurunkan produksi dan jumlah serat elastin dan kolagen. Hal tersebut mengakibatkan perbaikan kerusakan jaringan ikat dermis tidak sempurna.[2]

Pencegahan Striae Gravidarum

Striae gravidarum dapat menimbulkan rasa gatal, tidak nyaman, dan sering menjadi masalah dari segi estetika atau kosmetik sehingga dapat berpengaruh terhadap persepsi beberapa wanita pada diri sendiri dan kualitas hidup mereka.[8]

Penting untuk memberikan informasi kepada wanita sebelum hamil untuk mengendalikan faktor risiko, seperti penambahan berat badan ibu sebelum dan saat hamil, untuk mencegah terbentuknya striae gravidarum. Namun, sebagian besar faktor risiko stretch marks tidak dapat diubah, karenanya perlu dijelaskan ekspektasi yang realistis yaitu sebagian besar ibu hamil akan mengalami beberapa stretch marks.[6]

Agen Topikal untuk Pencegahan dan Penanganan Striae Gravidarum

Beberapa pilihan modalitas untuk pencegahan dan terapi striae gravidarum adalah agen topikal, laser, hingga perangkat berbasis energi. Keberhasilan modalitas dilaporkan beragam, tetapi hanya sedikit yang terbukti efektif dan sebagian lainnya hanya klaim dari produk yang beredar di pasaran. Pada artikel ini hanya akan dibahas mengenai agen topikal untuk mencegah dan menangani stretch marks pada ibu hamil.[8,9]

Striae gravidarum saat ini paling sering diatasi dengan metode topikal.  Agen topikal dapat memperbaiki bentuk dan mengurangi gejala striae gravidarum dengan memicu beberapa proses, yaitu:

  • Meningkatkan produksi kolagen dan aktivitas fibroblas
  • Peningkatan elastisitas dan perfusi
  • Memperbaiki proliferasi sel
  • Meningkatkan hidrasi kulit
  • Antiinflamasi[4]

Penggunaan agen topikal bertujuan untuk memperbaiki pigmentasi dan tekstur kulit pada striae rubra maupun striae alba pada semua jenis kulit dengan efek samping minimal. Agen topikal yang telah melalui uji klinis jumlahnya terbatas, antara lain tretinoin, trofolastin, cocoa butter, olive oil, dan gel silikon.[4]

Tretinoin

Tretinoin atau asam retinoat bekerja dengan cara memicu fibroblast untuk menghasilkan lebih banyak kolagen. Tretinoin diperkirakan dapat mengatasi striae rubra, sedangkan pengaruhnya terhadap striae alba belum jelas.[2,4,9]

Penelitian tahun 2001 terhadap 20 wanita hamil yang mendapatkan topikal 0,1% tretinoin selama 3 bulan menunjukkan pengurangan panjang (20%) dan lebar (23%) striae gravidarum, jika dibandingkan dengan sebelum diberikan terapi. Namun penelitian tersebut tidak dilakukan randomisasi dan tidak ada kelompok kontrol.[10]

Penelitian lain terkait efektivitas tretinoin dilakukan pada tahun 1994, terhadap 11 wanita hamil yang dirandomisasi dalam kelompok terapi dan plasebo. Kelompok terapi diberikan tretinoin 0,025% setiap hari selama 7 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tretinoin tidak efektif untuk mengatasi striae gravidarum. Diperkirakan jumlah subjek yang kecil dan dosis tretinoin yang rendah berpengaruh pada hasil penelitian tersebut [11]

Penggunaan tretinoin dapat menimbulkan gejala iritasi, seperti sensasi terbakar, eritema, dan pengelupasan kulit. Namun, gejala tersebut dapat menghilang secara perlahan. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah wanita hamil trimester pertama dianjurkan untuk menghindari penggunaan tretinoin.[2]

Trofolastin

Trofolastin mengandung komponen aktif centella asiatica, tokoferol, dan kolagen-elastin hidrolisat. Agen topikal ini telah digunakan dalam penelitian untuk mencegah striae. Centella asiatica bekerja dengan cara memicu fibroblast dan memiliki efek antagonis terhadap glukokortikoid.[4,9]

Penelitian tahun 1991 terhadap 80 wanita hamil menunjukkan bahwa hanya 34% subjek pada kelompok yang mendapatkan trofolastin yang mengalami striae gravidarum, sedangkan pada kelompok plasebo sebanyak 56%. Selain itu, wanita dengan riwayat mengalami striae saat pubertas mendapatkan perlindungan 89% terhadap timbulnya striae gravidarum, sedangkan subjek pada kelompok plasebo 100% mengalami striae gravidarum. Namun, penelitian ini tidak menyebutkan jenis striae yang dialami oleh subjek.[4,12]

Cocoa Butter

Cocoa butter telah digunakan secara luas untuk mencegah timbulnya striae gravidarum, meskipun belum ada cukup bukti yang menyatakan efektivitasnya. Penelitian tahun 2009 bertujuan untuk membandingkan kelompok yang diberikan krim cocoa butter dengan kelompok plasebo. Sebanyak 150 wanita hamil diberikan krim cocoa butter, sedangkan 150 wanita hamil lainnya diberikan krim plasebo. Subjek diikuti dari usia kehamilan 16 minggu hingga melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terkait timbulnya striae gravidarum antara kedua kelompok.[8,13]

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian menggunakan lotion cocoa butter. Penelitian tahun 2008 melibatkan 175 wanita hamil nullipara trimester pertama, di mana 91 subjek diberikan lotion cocoa butter sedangkan 84 subjek diberikan plasebo. Lotion dioleskan setiap hari hingga melahirkan. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan timbulnya striae gravidarum antara kedua kelompok.[8,14]

Olive Oil

Penelitian-penelitian terkait olive oil menemukan hasil yang saling bertentangan. Penelitian terdahulu, tahun 1972, menyebutkan bahwa penggunaan olive oil yang dipijatkan ke kulit dapat menurunkan kejadian striae gravidarum.[8,15]

Sedangkan hasil dua penelitian yang lebih baru tidak menunjukkan efek pencegahan dari olive oil terhadap timbulnya striae gravidarum. Penelitian tahun 2011 dilakukan terhadap wanita hamil trimester kedua. Wanita hamil pada kelompok perlakukan diinstruksikan untuk mengoleskan olive oil sebanyak 2 kali sehari, sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan minyak apapun. Hasil menunjukkan striae gravidarum muncul pada 40% wanita hamil dalam kelompok perlakuan dan 50% wanita hamil dalam kelompok kontrol.[8,16]

Penelitian lain dilakukan tahun 2012 terhadap 100 wanita hamil nullipara, yang dirandomisasi ke dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan diberikan instruksi untuk mengoleskan 1 mL olive oil tanpa pemijatan sebanyak 2 kali sehari hingga melahirkan, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan minyak atau krim apapun. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok terkait timbulnya striae gravidarum.[8,17]

Gel Silikon

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 bertujuan untuk membandingkan penggunaan gel silikon dengan plasebo. Sebanyak 20 subjek mengoleskan gel silikon dan gel plasebo pada abdomen di 2 bagian yang terpisah, setiap hari selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara histologi dan klinis terdapat peningkatan melanin, kolagen, elastin, dan vaskularisasi setelah 6 minggu pada kedua kelompok.[4,18]

Secara signifikan jumlah kolagen lebih banyak dan jumlah melanin lebih sedikit pada kelompok gel silikon. Namun penelitian ini tidak dikhususkan pada wanita hamil. Manfaat gel silikon belum diketahui, karena perubahan yang terjadi pada kulit dapat disebabkan efek pemijatan.[4,18]

Kesimpulan

Agen topikal yang dipercaya dapat mencegah dan mengatasi striae gravidarum antara lain tretinoin, trofolastin, cocoa butter, olive oil, dan gel silikon. Tretinoin atau asam retinoat cukup efektif mengatasi striae rubra, tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa gejala iritasi, seperti sensasi terbakar, eritema, dan pengelupasan kulit.  Penggunaannya tidak dianjurkan untuk wanita hamil trimester pertama.

Trofolastin kemungkinan dapat mencegah timbulnya striae gravidarum, tetapi perlu bukti ilmiah terkini untuk mengetahui efektifitasnya. Penggunaan cocoa butter dan olive oil tidak efektif untuk mencegah timbulnya striae gravidarum, sedangkan gel silikon belum diketahui manfaatnya dalam pencegahan maupun penanganan striae gravidarum.

Faktor risiko striae gravidarum di antaranya usia ibu saat hamil, penambahan berat badan, berat lahir bayi, riwayat keluarga, dan penyakit kronis. Oleh karena itu, salah satu upaya nonfarmakologi mencegah timbulnya striae gravidarum adalah mengendalikan penambahan berat badan ibu sebelum dan saat hamil.

Namun, berat badan hanya salah satu faktor risiko striae gravidarum, sedangkan  sebagian besar faktor lainnya tidak dapat dimodifikasi. Pasien harus diberikan harapan yang realistis untuk menyeimbangkan pesan dari pemasaran tentang strategi pencegahan atau pengobatan ajaib untuk stretch marks pada kehamilan ini.

Referensi