Mengidentifikasi dan Menghindari Jurnal Predator

Oleh :
Edwin Wijaya

Kebutuhan untuk publikasi ilmiah di jurnal internasional dimanfaatkan oleh jurnal predator untuk mencari uang. Mereka menerima sebanyak mungkin artikel tanpa menyaring kualitas penelitian yang dibuat. Dokter sebaiknya mampu mengidentifikasi dan menghindari jurnal predator, baik sebagai penulis yang ingin mempublikasikan tulisannya, maupun sebagai pembaca yang sedang mencari referensi ilmiah.

Publikasi ilmiah merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh seorang ilmuwan. Publikasi ini dapat dilakukan di mana saja, misalnya melalui koran, majalah, website, dan jurnal ilmiah. Tempat yang dianggap paling baik dan bergengsi untuk melakukan publikasi adalah jurnal ilmiah.

Mengidentifikasi dan Menghindari Jurnal Predator-min

Keunggulan publikasi pada jurnal adalah terdapatnya proses peer-review konten publikasi oleh reviewer ahli di bidang tersebut. Umumnya, sarana publikasi lainnya hanya melalui proses penyuntingan oleh editor atau redaktur dan proses penyuntingan umumnya lebih fokus pada aspek tata bahasa. Oleh karena itu, artikel yang dimuat di jurnal ilmiah dianggap lebih sahih dan dapat dipercaya.

Model Bisnis Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah berdasarkan model bisnisnya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu jurnal tradisional, open access, dan model campuran.[1,2]

Jurnal Tradisional

Pada model jurnal tradisional, penulis umumnya hanya dibebankan lebih sedikit biaya atau bahkan tanpa biaya untuk proses submission dan peer-reviewing. Biaya proses penyuntingan dibebankan kepada pembaca, baik individu maupun institusi, yang harus membayar biaya berlangganan untuk bisa mengakses artikel jurnal. Pembayaran juga dapat dilakukan per artikel.[1,2]

Jurnal Open Access (OA)

Berbeda dengan model tradisional, jurnal open access dapat diakses secara cuma-cuma oleh pembacanya. Biaya penyuntingan jurnal atau dikenal dengan article processing charge (APC), umumnya dibebankan kepada penulis sebagai biaya submisi artikel , tetapi dapat juga dicari dari sumber lain, misalnya institusi penulis atau organisasi yang membiayai penelitian.[3]

Model Campuran

Pada jurnal dengan model campuran, jurnal merupakan jurnal tradisional dengan sebagian artikel yang bersifat open access. Pada jurnal dengan model campuran, penulis diberikan pilihan untuk menjadikan artikelnya open access atau tidak. Penulis biasa tetap mendapatkan hak cipta atas artikel yang sudah terbit dan artikel memiliki label lisensi “Creative Commons”.

Sebagian jurnal tradisional seperti new England journal of medicine (NEJM) sudah beralih ke model campuran seperti ini. Beberapa jurnal menerapkan model campuran dalam transisi sebelum berubah menjadi open access.[1,2,4]

Keuntungan Jurnal Open Access

Keuntungan jurnal OA, antara lain:

  • Dapat diakses dan dibagikan secara cuma-cuma oleh pembaca, sehingga memperluas penyebaran informasi
  • Artikel lebih banyak disitasi, sekitar 10–20%
  • Meningkatkan diskusi
  • Proses publikasi umumnya lebih mudah dan cepat, dengan tingkat penolakan yang lebih rendah[2,3]

Kekurangan Jurnal Open Access

Kekurangan jurnal OA, antara lain:

  • Biaya mahal yang dibebankan kepada penulis
  • Secara prestise masih kalah dibandingkan jurnal tradisional
  • Banyak jurnal OA masih baru dan banyak yang belum memiliki impact factor (IF) atau IF masih rendah, sehingga kualitas masih dipertanyakan
  • Dapat menjadi lahan mencari uang bagi jurnal predator[2,3]

Jurnal Predator

Jurnal predator adalah model jurnal OA yang memprioritaskan kepentingan pribadi. Jurnal predator sering mengatasnamakan beasiswa, menyediakan informasi yang salah, serta menyimpang dari prinsip editorial yang baik dan praktek publikasi yang seharusnya. Selain itu, jurnal predator juga kurang transparan, dan menggunakan metode yang agresif atau bersifat asal-asalan.[5]

Keberadaan jurnal predator ini menjadi sorotan Jeffrey Beall yang kemudian membuat Beall’s list, yaitu daftar hitam dalam blog pribadinya yang berisi jurnal-jurnal dan kongres ilmiah predator. Blog ini sudah ditutup di awal 2017 karena tekanan dari berbagai pihak, tetapi data hingga 2016 masih dapat diakses.[5,6]

Pada tahun 2013, John Bohannon melakukan percobaan untuk menguatkan bukti keberadaan jurnal-jurnal predator. Beliau memasukkan artikel fiktif ke 304 jurnal menggunakan nama dan afiliasi fiktif. Konten artikel telah didesain memiliki kesalahan fatal yang jelas sehingga tidak mungkin lolos publikasi bila proses penyuntingan berjalan dengan baik.[4]

Hasilnya, 157 artikel diloloskan untuk publikasi, sebagian diduga tanpa proses review sama sekali. Mayoritas penerbit berasal dari India dan Amerika Serikat. Beberapa jurnal meloloskan artikel fiktif ini mengklaim bagian dari Elsevier, Wolters Kluwer, dan penerbit besar lainnya.[4]

Percobaan lain dilakukan Sorokowski et al yang membuat seorang tokoh fiktif yang melamar kerja di 360 jurnal ilmiah untuk posisi editor. Curriculum vitae tokoh ini sengaja dibuat tidak layak untuk melamar sebagai editor jurnal ilmiah, misalnya:

  • Tidak memiliki publikasi ilmiah yang terindeks
  • Tidak ada pengalaman bekerja di jurnal ilmiah
  • Karya-karya yang dicantumkan semuanya palsu dan tidak dapat ditemukan di mesin pencari[8]

Hasilnya, 40 jurnal yang terdaftar pada daftar hitam Jeffrey Beall menunjuk tokoh ini menjadi editor. Respon umumnya cepat, dalam hitungan hari hingga jam. Bahkan ada 4 yang menunjuk langsung menjadi editor-in-chief tanpa proses wawancara. Selain Beall’s list, daftar hitam lain yang cukup populer adalah Cabell’s blacklist, tetapi akses harus dengan berlangganan.[8,9]

Dampak Negatif Jurnal Predator

Dampak negatif keberadaan jurnal predator antara lain:

  • Mengancam kualitas publikasi ilmiah dan reputasi penulis, karena tidak melalui peer review

  • Rawan plagiarisme
  • Memeras penulis dengan biaya publikasi yang mahal
  • Menjadi jalan pintas bagi penulis untuk publikasi ilmiah cepat, tetapi dengan kualitas yang tidak terjamin
  • Kebanyakan jurnal predator dapat diakses cuma-cuma, sehingga sangat merugikan pembacanya akibat informasi dengan bukti klinis yang tidak terjamin[7,8,10]

Identifikasi Jurnal Predator

Untuk menghindari jurnal predator, peneliti perlu mengetahui beberapa karakteristik jurnal predator. Tidak ada kriteria pasti sebuah jurnal dapat dikatakan predator. Namun, beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan petunjuk.

Durasi Proses Penyuntingan

Proses penyuntingan pada jurnal predator berlangsung dengan sangat cepat. Naskah dapat diterima dan selesai penyuntingan dalam waktu kurang dari 5 minggu. Review dilakukan dalam 1–2 hari saja, lalu akan diterbitkan dengan cepat, bahkan tanpa melalui penyuntingan maupun copyediting.[10,11]

Biaya Publikasi

Jurnal predator tidak mencantumkan biaya publikasi di awal atau informasi tentang biasa seringkali tidak transparan. Biaya mungkin dicantumkan tiba-tiba saat naskah diterima, atau bisa juga diminta saat awal proses submisi artikel. Jurnal predator juga umumnya meminta biaya untuk membatalkan atau menarik artikel yang sudah dipublikasi di jurnal tersebut.[3,10]

Klaim Palsu

Jurnal predator akan memuat berbagai klaim palsu, seperti impact factor palsu, editorial board yang namanya dicatut tanpa izin dari individu bersangkutan, serta nomor international standard serial number jurnal palsu. Jurnal predator juga sering kali mengaku sudah terdaftar di database jurnal ternama, di antaranya SCOPUS, Medline, Directory of Open Access Journal (DOAJ), dan International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE).[12,13]

Nama Jurnal

Nama jurnal predator terkadang mirip dengan jurnal sungguhan. Perbedaan mungkin hanya pada 1 kata, atau bahkan 1 huruf saja. Sebagai contoh, Emerging Infectious Diseases milik CDC dengan Journal of Emerging Infectious Diseases milik OMICS. Setelah mendapat komplain dari CDC, nama jurnal diubah menjadi Journal of Emerging Infectious Disease and Pathology.

Peneliti juga perlu berhati-hati dengan jurnal yang mencantumkan nama negara seperti American Journal of … atau British Journal of … tetapi lokasi yang dicantumkan tersebut berbeda dengan lokasi penerbit jurnal dan lokasi website.[11–13]

Laman Jurnal

Laman jurnal predator memiliki tata letak dan tata bahasa yang buruk dan sering kali disertai dengan klaim atau iklan yang berlebihan. Jurnal predator juga tidak mencantumkan kontak yang jelas.[11–13]

Mencari Submisi Artikel secara Agresif

Jurnal predator akan secara agresif mengirimkan email dan spam kepada calon-calon penulis untuk memasukkan naskahnya. Biasanya, jurnal predator mencari mangsa pada negara berkembang. Studi oleh Dadkhah et al menemukan bahwa India, Amerika Serikat, Iran, Indonesia, dan Turki merupakan 5 negara yang paling sering diincar.[13,14]

Hak Cipta Artikel

Pada jurnal open access yang kredibel, hak cipta artikel akan tetap menjadi milik penulis. Hal ini berbeda dengan jurnal predator yang akan meminta hak cipta artikel yang dimuat di jurnal tersebut.[11,12]

Ledakan Jumlah Jurnal

Perusahaan penerbit jurnal predator akan menambah jurnal-jurnal secara masif dengan durasi singkat. Contohnya grup OMICS yang pada tahun 2011 hanya memiliki 11 jurnal, tetapi pada tahun 2017 sudah memiliki lebih dari 700 jurnal. Selain itu, biasanya jurnal predator memiliki cakupan topik yang terlalu luas, dan sama sekali tidak spesifik.[11–13]

Editorial Board

Jurnal yang mengaku sebagai jurnal internasional, tetapi hanya memiliki editorial board sedikit/dan atau hanya berasal dari sedikit negara umumnya merupakan jurnal predator. Editorial board yang keahliannya tidak sesuai dengan cakupan jurnal juga harus diwaspadai, misalnya jurnal kardiologi dengan editorial board yang terdiri dari dokter spesialis kulit dan kelamin.[13]

Kualitas Artikel

Artikel jurnal predator berkualitas rendah dan umumnya memiliki kesalahan-kesalahan fatal yang menunjukkan bahwa penyuntingan tidak dilakukan atau dilakukan secara tidak profesional. Selain itu, judul artikel sering kali tidak sesuai dengan isi yang dibahas. Dokter juga perlu mewaspadai adanya efek Hawthorne dalam studi-studi ilmiah yang ditelaah.[11–13]

Kesimpulan

Mencari jurnal sebagai sumber referensi maupun untuk melakukan penerbitan harus dilakukan dengan cermat, sebab saat ini banyak jurnal predator. Artikel yang terdapat pada jurnal predator umumnya tidak melalui proses penerbitan yang baik, sehingga kualitasnya tidak terjamin, bahkan mungkin mengandung informasi yang tidak akurat. Hal ini tentunya akan merugikan dokter, serta dapat berdampak bagi pasien juga.

Untuk menghindari jurnal predator, dokter perlu mengenali perbedaan jurnal predator dengan jurnal berkualitas. Beberapa hal yang dapat menjadi petunjuk, antara lain proses penerbitan yang sangat cepat, pembahasan biaya yang tidak transparan, jurnal tidak terdaftar di DOAJ atau SCOPUS, atau topik bahasan jurnal yang terlalu luas.

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi