Manfaat dan Risiko Penggunaan Obat Kumur Antiseptik Sehari-hari

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay

Obat kumur antiseptik banyak dijual bebas dan dipasarkan sebagai cara yang baik untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur antiseptik dianggap mampu membantu membersihkan area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, serta mampu mengendalikan bakteri dan plak yang dapat menyebabkan masalah pada kesehatan mulut. Meski begitu, obat kumur antiseptik juga dikhawatirkan membawa risiko, seperti gangguan keseimbangan flora normal di rongga mulut.[1-3]

Peran dan Risiko Penggunaan Obat Kumur Antiseptik dalam Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan rongga mulut yang baik memerlukan homecare yang tepat untuk menjaga permukaan gigi bebas plak, dibantu dengan debridemen plak dan kalkulus secara profesional. Meskipun kontrol plak mekanis tetap menjadi satu-satunya cara yang paling dapat diandalkan untuk mencegah penyakit periodontal sebagian besar individu tidak menyikat gigi secara adekuat.

Manfaat dan Risiko Penggunaan Obat Kumur Antiseptik

Selain itu, jaringan keras gigi bukanlah satu-satunya permukaan tempat plak berkoloni. Mukosa mulut dan mukosa lain seperti lidah juga merupakan reservoir bakteri patogen. Penggunaan obat kumur antiseptik sebagai tambahan pembersihan mekanis plak, diharapkan dapat menghasilkan efek antimikroba di mulut.

Idealnya, agen kimia dalam obat kumur harus efektif dalam mengeliminasi patogen secara selektif tanpa memberikan dampak negatif pada flora normal yang dapat menimbulkan overgrowth organisme patogen. Obat kumur antimikroba yang paling banyak diteliti adalah yang mengandung chlorhexidine, minyak atsiri, dan cetylpyridinium klorida.[1-3]

Chlorhexidine

Telah banyak studi in vitro yang menemukan bahwa chlorhexidine (CHX) 0,01% hingga 0,2% memiliki efek bakterisidal yang kuat terhadap spesies tunggal dan multispesies yang mengandung Streptococcus mitis, Fusobacterium nucleatum, Porphyromonas gingivalis, dan Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Chlorhexidine dapat menurunkan keberagaman dan vitalitas bakteri dalam air liur dan lidah.

Selain itu, chlorhexidine juga berikatan erat dengan struktur gigi, jaringan mulut dan plak gigi, sehingga dapat mengurangi plak dan gingivitis. Mekanisme aksi obat kumur ini adalah dengan merusak sel membran bakteri sehingga terjadi kematian sel serta menghambat pembentukan pelikel dan kolonisasi plak.[2-5]

Keterbatasan Chlorhexidine

Walaupun memiliki berbagai kelebihan dalam membalikkan disbiosis mikroba, penelitian menemukan bahwa spesies tertentu, yaitu Veillonella, Actinomyces, Haemophilus, Rothia dan Neisseria, juga dihambat oleh chlorhexidine. Bakteri tersebut memiliki fungsi penting dalam mengurangi dietary nitrates menjadi nitrit, sehingga berkontribusi terhadap kesehatan jantung melalui pelepasan nitric oxide.

Sifat anti mikrobanya yang tidak spesifik, membuat chlorhexidine dapat menghilangkan efek menguntungkan dari nitrate-rich diets yang dimediasi melalui mikrobioma oral. Ditambah lagi, chlorhexidine juga memiliki potensi efek samping, seperti dapat menimbulkan bercak kecoklatan, meningkatkan pembentukan kalkulus dan hipogeusia, glossodynia, deskuamasi mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid, dan parastesi.[2-5]

Anjuran Pemakaian Chlorhexidine

Formulasi sediaan chlorhexidine dapat mengandung atau tidak mengandung alkohol. Anjuran pemakaian obat kumur ini adalah berkumur sebanyak 10 ml sebanyak 2 kali sehari selama 30 detik.

Chlorhexidine mungkin berinteraksi dengan bahan-bahan yang terkandung dalam pasta gigi, sehingga sebaiknya menunggu 30 menit terlebih dulu setelah sikat gigi sebelum digunakan. Penggunaan obat kumur hanya untuk jangka pendek saja, sekitar 2-4 minggu.[2-5]

Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau essential oil merupakan senyawa organik yang diambil dari tumbuhan dengan melalui berbagai metode distilasi. Banyak minyak atsiri yang digunakan dalam obat kumur, terutama carvacrol, timol, methyl salicylate, mentol dan eugenol, telah menunjukan efek bakterisidal terhadap patogen mulut.

Secara in vitro, minyak atsiri telah dilaporkan mampu mengeliminasi biofilm Staphylococcus aureus dan Streptococcus pada hydroxyapatite disc lebih banyak dibandingkan chlorhexidine. Selain itu, minyak atsiri juga mampu mengurangi plak dan perdarahan saat digunakan sebagai perawatan tambahan selain menyikat gigi.

Namun, saat digunakan sebagai tambahan untuk perawatan penyakit periodontal, skor plak dan perdarahan saat probing tidak berkurang dibandingkan dengan plasebo. Begitu pula dengan kadar A.actinomycetemcomitans, P.gingivalis, T.forsythia, T.denticola, P.intermedia, Fusobacterium, atau S.mutan. Masih belum banyak penelitian terkait efek berbagai minyak atsiri pada mikrobioma mulut secara in vivo.[1-3,6]

Keterbatasan Minyak Atsiri

Kebanyakan minyak atsiri mengandung alkohol sebagai pelarut. Hal ini menjadikan kontraindikasi penggunaan pada anak kecil, pasien imunokompromais, individu dengan mukositis, atau pasien yang sedang menjalani terapi radiasi kanker kepala dan leher. Selain itu, beberapa efek samping dari obat kumur yang mengandung minyak atsiri antara lain sensasi terbakar, mucosal sloughing, glossitis, dan black hairy tongue.

Bila dibandingkan chlorhexidine, terdapat studi yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Meski begitu, ada pula studi yang melaporkan bahwa chlorhexidine memiliki efek kontrol biofilm yang lebih baik dibandingkan minyak atsiri.[1-3,6]

Cetylpyridinium Klorida (CPC)

Cetylpyridinium klorida (CPC) merupakan senyawa amonium kuartener kationik yang digunakan dalam obat kumur. CPC dengan konsentrasi 0,05% hingga 0,07% telah dilaporkan memiliki sifat antimikroba spektrum luas yang terbukti efektif untuk mencegah pembentukan plak supragingival dan mengurangi gingivitis.

Mirip dengan obat kumur antiseptik lainnya, CPC merusak membran sel bakteri, menyebabkan bocornya material intraseluler sehingga terjadi kematian sel. Obat ini juga dapat merusak metabolisme dan pertumbuhan bakteri.

Agen kimia ini berikatan dengan struktur gigi dan biofilm plak dental, sehingga menghasilkan substantive action hingga 6 jam setelah berkumur. Efek sampingnya dilaporkan serupa dengan chlorhexidine. Studi jangka pendek melaporkan tidak ditemukannya pewarnaan gigi atau ada pewarnaan gigi derajat moderat, sedangkan studi jangka panjang menemukan adanya pewarnaan gigi pada individu yang menggunakan CPC. Beberapa studi melaporkan adanya sensasi terbakar, gangguan indera pengecapan, glossodynia, dan ulkus mulut.[1-3]

Fluoride

Obat kumur sodium fluoride digunakan berdasarkan efek antikariogenik yang melibatkan remineralisasi email. Pada studi in vitro, sodium fluoride dengan konsentrasi 200, 400 dan 1400 ppm telah dilaporkan mampu mencegah demineralisasi tanpa mempengaruhi komposisi dan pertumbuhan biofilm pada hydroxyapatite disc. Namun, konsentrasi lebih rendah dilaporkan tidak mempengaruhi skor plak atau inflamasi gingiva.

Melalui kultur ex vivo dari lidah, terlihat bahwa obat kumur ini hanya memiliki sedikit efek pada P.gingivalis, P.intermedia, F.nucleatum dan A.actinomycetemcomitan, yang merupakan bakteri penyebab plak di rongga mulut.

Terdapat studi yang menunjukkan bahwa obat kumur sodium fluoride dan tin fluoride menghasilkan tingkat pewarnaan gigi lebih rendah dibandingkan chlorhexidine. Tetapi ada pula studi yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pewarnaan gigi antara chlorhexidine atau tin fluoride. Efek samping fluoride mencakup rasa tidak nyaman pada mulut, ulkus, dan meningkatnya pembentukan kalkulus. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui lebih pasti manfaat dan risiko obat kumur fluoride.[1,2]

Kesimpulan

Bukti terbatas menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur antiseptik, seperti chlorhexidine dan minyak atsiri, dapat mengurangi jumlah bakteri di rongga mulut, mengontrol plak gigi, mengurangi risiko penyakit periodontal, dan mengurangi risiko terjadinya karies gigi. Meski demikian, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan tingkat efikasinya, dosis dan cara penggunaan terbaik, serta signifikansi klinisnya. Di sisi lain, kebanyakan obat antiseptik kumur yang ada di pasaran cukup aman digunakan, dengan efek samping ringan seperti pewarnaan gigi, rasa tidak nyaman atau terbakar, dan pembentukan ulkus pada mulut.

Referensi