Tatalaksana terbaru reaksi anafilaksis pada anak - Diskusi Dokter

general_alomedika

Bagaimana penanganan syok anafilaktik terbaru pada anak?Kasus kali ini adalah anak usia 5 tahun dengan berat badan 16 kg datang dengan keluhan bengkak dan...

Diskusi Dokter

15 Juni 2020, 02:26
Dibuat 04 Desember 2018, 10:58

Bagaimana penanganan syok anafilaktik terbaru pada anak?

Kasus kali ini adalah anak usia 5 tahun dengan berat badan 16 kg datang dengan keluhan bengkak dan sesak setelah 30 menit minum obat tradisional yang diberikan oleh orangtuanya. Keringat dingin dan pandangan kabur.

Pemeriksaan fisik menunjukkan 

Tanda vital:

takikardia isi cukup teratur

TD masih normal sesuai usia

takipnea 

suhu normal

Pemeriksaan fisik terdapat stridor walaupun minimal dan ruam kemerahan pada wajah yang mulai menyebar ke tubuh bagian lain

Pasien didiagnosis sebagai reaksi anafilaksis ec suspek obat dan segera diberikan tatalaksana protokol anafilaktis yaitu

O2 2 lpm nasal kanul dengan target saturasi di atas 95%

epinefrin 1:1000 IM pada mid anterolateral paha sebanyak 0,2 mL

posisi tungkai lebih tinggi dari kepala

pasang infus cairan kristaloid 1300 mL/24 jam

Observasi tanda vital tiap 30 menit 

ANAFILAKSIS

Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dengan onset yang cepat dan dapat menyebabkan kematian. 

Anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast dan basofil sesudah paparan pada alergen pada individu yang sudah tersensitisasi sebelumnya. 

Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seperti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis.

Penyebab reaksi anafilaksis adalah:

1. Obat (antibiotik, bahan anestetikum)

2. Makanan (kacang tanah, ikan, kerang, susu, telur, dan lain-lain)

3. Bahan biologis (latex, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim)

4. Gigitan serangga

Penyebab reaksi anafilaktoid:

1. Bahan media radiokontras

2. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid lain

3. Bahan anestetikum

Manifestasi klinis dan diagnosis

Anafilaksis harus dicurigai bila terdapat 1 dari 3 kriteria di bawah ini:

1. Onset akut dari suatu penyakit (dalam menit sampai beberapa jam) dengan keterlibatan kulit, mukosa, atau keduanya (misalnya urtikaria generalisata, gatal atau kemerahan di seluruh badan, edema bibir/lidah/uvula) Dan disertai oleh salah satu dari kriteria di bawah ini:

a. Gejala saluran napas (sesak, mengi/bronkospasme, stridor, turunnya PEF (peak expiratory flow), hipoksemia).

b. Tekanan darah turun atau gejala yang berhubungan (hipotonia/kolaps,sinkop)

2. Dua atau lebih dari gejala di bawah ini yang timbul secara cepat (dalam hitungan menit sampai beberapa jam) setelah pajanan terhadap suatu zat yang diduga sebagai alergen:

3. Tekanan darah turun setelah pajanan terhadap suatu alergen yang sudah diketahui sebelumnya.

Laboratorium

Pada penanganan akut anafilaksis, tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.

Bila ada keraguan mengenai diagnosis anafilaksis, maka dapat diperiksakan serum triptase (bila ada) yang hasilnya akan meningkat dan mencapai puncak pada 1-2 jam pertama.

Tata laksana

1. Perawatan umum:

Bila mungkin hentikan pajanan antigen. Lakukan penilaian terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. jalan napas harus dijamin terbuka, nadi dan tekanan darah dipantau. Pasien dibaringkan dengan tungkai ditinggikan. Oksigen diberikan dengan sungkup atau kanul hidung dengan pemantauan kadar oksigen.

2. Epinefrin

Epinefrin konsentrasi 1:1000 dengan dosis 0,01 mL/kg maksimal 0,3 ml per kali disuntikkan intramuskular di daerah mid-anterolateral paha. Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak 5-15 menit sampai 2–3 kali.

3. Cairan

Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30 ml/kg dalam 1 jam pertama.

4. Antihistamin

Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10 menit untuk menghindari hipotensi.

5. Bronkodilator

Inhalasi β2-agonis berguna untuk mengatasi bronkokonstriksi.

6. Kortikosteroid

Bila diberikan segera setelah kegawatan teratasi dapat mencegah anafilaksis bifasik. Metilprednisolon dosis 1-2 mg/kg diberikan secara intravena setiap 4-6 jam.

7. Vasopresor

Bila hipotensi berlanjut perlu diberikan dopamin atau epinefrin

8. Observasi

Pasien yang anafilaksisnya sudah teratasi harus dipantau untuk mengawasi kemungkinan anafilaksis bifasik.

Apakah rekan-rekan sejawat ada yang ingin ditanyakan atau diskusikan?atau ingin berbagi pengalaman menangani kasus yang sama?

Berikut ini saya lampirkan pedoman penanganan anafilaktik terbaru untuk anak baik di fasilitas primer maupun RS lengkap 

Sumber: 

Campbell RL,John RK.Uptodate.Nov 2018

Pedoman Kemenkes RI.2017

Pedoman Pelayanan Klinis.RSCM.2015

Mantap! Terimakasih banyak dokter 🙏
15 Juni 2020, 19:14
Terima kasih Dok