Rapid test dan PCR COVID-19 apakah terdapat perbedaan dari hasil masing-masing test - Diskusi Dokter

general_alomedika

ALO Dokter, Ijin bertanya, bila menemukan kasus:1. Kasus pasien skrining COVID (dari anamnesis tidak ditemukan gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Rapid test dan PCR COVID-19 apakah terdapat perbedaan dari hasil masing-masing test

    Dibalas 16 Juli 2020, 14:52
    dr. Willy
    dr. Willy
    Dokter Umum

    ALO Dokter,

     

    Ijin bertanya, bila menemukan kasus:

    1. Kasus pasien skrining COVID (dari anamnesis tidak ditemukan gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien positif COVID) dengan Rapid Test positif (baik salah satu antara IgM/IgG atau keduanya positif), sedangkan hasil PCR negatif. Pasien sudah melakukan pemeriksaan Rapid test di 2 tempat dan hasilnya konsisten positif.

     

    2. Sama dengan kasus pertama Rapid Test COVID positif baik IgM dan IgG, sedangkan PCR negatif. Kebetulan kasus kedua ini pasien perlu melakukan perjalanan ke luar kota sehingga membutuhkan hasil rapid test. Sudah 2 kali PCR hasilnya negatif, sedangkan rapid test setelah PCR negatif konsisten dengan hasil positif. Pasien kedua ini juga tidak memiliki gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien positif.

     

    Untuk onset kedua kasus ini saya sedikit miss untuk menggali lebih lanjut, Dok.

     

    Yang ingin saya tanyakan adalah:

    1. Bagaimana rasionalisasi dari kedua kasus ini, apakah masih termasuk false positive dari hasil rapid (reaksi silang, infeksi virus corona yang lain?)

    2. Apakah kita tetap perlu berpatokan pada golden standard, yaitu PCR?

    3. Approach yang kita jelaskan kepada pasien yang bingung dengan hasil rapid yang positif sedangkan PCR negatif. Karena nanti dampaknya berurusan dengan pekerjaan, mobilitas, maupun biaya pemeriksaan.

     

    Bagaimana menurut pendapat TS sekalian. Terima kasih.

     

     

12 Juli 2020, 19:31
dr.Wirya Sastra Amran, Sp.P
dr.Wirya Sastra Amran, Sp.P
Dokter Spesialis Paru
Kasus yang klasik dan menarik. Pertama saya coba sampaikan dan untuk kesekian kalinya sering saya sampaikan bahwa jangan lupa dan harap selalu diingat dalam proses pemeriksaan baik itu sampel darah (rapid) dan juga swab (apusan) itu terdapat Pre Analitik - Analitik - Post Analitik. Ketiga prinsip ini saya rasa sejak dahulu kala kita pahami namun kadang tidak digunakan dalam menganalisis suatu interpretasi hasil lab. Kemudian kembali kepada kasus swab, Pre analitiknya salah satunya terdapat pada teknik swab/apusan sehingga swab itu sangat operator dependent belum lagi Proses pengepakan, pencampuran reagen dllnya sampai pada post analitik dan menghasilkan interpretasi. Sehingga pada pemeriksaan swab untuk meningkatkan ke objektifan atau yang kita kenal sensitivitasnya maka semakin sering diulang maka hasilnya akan lebih objektif/valid. Nahh sekarang jawaban kasusnya :

1. Pada kasus demikian, saran sebaiknya dilakukan saja Pemeriksaan swab ulang dengan interval setiap minimal 2 hari. jika telah dilakukan swab minimal 2x dengan interval 2hari dengan hasil negatif maka dapat dipastikan tidak terdapat infeksi covid tentunya aspek klinik jg jadi pertimbangan. Rapid itu bisa bertahan reaktif sampai 6 bulan secara teori dan memang betul Sangat bisa terjadi false Positif akibat cross reaction dengan berbagai kondisi komorbid yang belum bisa kita pahami atau masih idiopatik. sehingga tidak perlu diulang-ulang lagi rapidnya karena terus akan reaktif. Yang perlu sering diulang adalah swab

2. Kurang lebih sama saja dengan kasus pertama. Namun jika pada kasus ini telah di swab pcr 2x dan negatif maka kondisi seperti pada poin 1

13 Juli 2020, 13:06
dr. Willy
dr. Willy
Dokter Umum

ALO dr. Wirya,

 

Terima kasih infonya dok untuk mengingatkan quality assurance dari laboratorium. Wah bisa sampai 6 bulan ya dok, kalau menurut pendapat dokter untuk kasus kedua ini jika memang pasien akan berulang untuk melakukan perjalanan ke luar kota, ketika expired hasil swabnya apakah tetap bisa di rapid dulu dok? Mengingat perbedaan harga yang 10 kali lipat. :)

 

Terima kasih.

12 Juli 2020, 20:05

Alo Dokter, izin ikut berdiskusi ya dok,

sebelumnya saya juga setuju dengan pendapat dr. Wirya Sastra Amran, Sp. P,

izin menambahkan dok, terkait kasus yang dokter sampaikan, jika didapatkan hasil rapid positif dengan swab pcr negatif, bisa jadi pasien sudah dalam fase recovery atau kemungkinan lainnya yaitu hasil PCR swab test false negative. Sampai saat ini, PCR memang masih menjadi golden standart, namun tetap perlu juga untuk melihat dan menyesuaikannya dengan perjalanan klinis atau gejala yang dialami pasien.  Karena pada penelitian, juga ditemukan hasil false negatif dari pemeriksan PCR. Terimakasih dokter.

https://www.bmj.com/content/369/bmj.m1808

13 Juli 2020, 13:07
dr. Willy
dr. Willy
Dokter Umum

ALO dr. Rose,

 

Thanks untuk info false negatif PCR dan jurnalnya dok!

13 Juli 2020, 14:12
dr.Wirya Sastra Amran, Sp.P
dr.Wirya Sastra Amran, Sp.P
Dokter Spesialis Paru
13 Juli 2020, 13:06

ALO dr. Wirya,

 

Terima kasih infonya dok untuk mengingatkan quality assurance dari laboratorium. Wah bisa sampai 6 bulan ya dok, kalau menurut pendapat dokter untuk kasus kedua ini jika memang pasien akan berulang untuk melakukan perjalanan ke luar kota, ketika expired hasil swabnya apakah tetap bisa di rapid dulu dok? Mengingat perbedaan harga yang 10 kali lipat. :)

 

Terima kasih.

 Yaa tetap bisa Rapid dok. Namun kasihan jika rapidnya akan konsisten reaktif. Sehingga secara regulasi harus di swab untuk kepentingan perjalanan. berdasarkan surat edaran gugus tugas percepatan/BNPB pusat saat ini untuk swab dan rapid sama² berlaku 14 hari untuk kepentingan perjalanan
14 Juli 2020, 16:39
dr. Willy
dr. Willy
Dokter Umum

Siap. Thanks dok infonya.

16 Juli 2020, 12:50
Alo Dok,
Pemeriksaan rapidnya secara massal ya dok? Setuju dok, idealnya memang swab dilakukan dua kali tapi kalau pemeriksaan dilakukan mandiri (bukan krn suspek) biasanya akan terkendala biaya dok. Kalau pengalaman saya merujuk pada pedoman dari kolegium patklin, jika rapid testnya reaktif walaupun swabnya negatif tetap dianjurkan utk isolasi mandiri. Namun, terkait pekerjaan (jika ingin melakukan perjalanan dinas) boleh menunjukkan hasil PCR yg negatif tapi baru- baru ini DKI Jakarta tdk lagi mensyaratkan rapid test ataupun PCR sebagai syarat SIKM, sebagai gantinya skrg menggunakan CLM (corona likehood metric) melalui aplikasi Jaki.

Sekedar sharing juga, sebagai alternatif skrining masal bisa melakukan pemeriksaan serologi yg tdk bereaksi silang dgn infeksi coronavirus lain, di P*rodia sudah bisa dilakukan dok.
16 Juli 2020, 14:52
dr. Willy
dr. Willy
Dokter Umum

Hi dr. Pika,

 

Bukan skrining masal si dok kaya skrining biasa, biasanya karena bandara membutuhkan atau kantor yang minta (aku ga tau apakah terminologinya skrining masal apa nga ya?)

Wah dok, sudah pernah coba belum dok yang CLM itu? Boleh info teknisnya gimana?