Kapitasi BPJS di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama Swasta - Diskusi Dokter

general_alomedika

1. Bagaimana pengalaman teman-teman sejawat terkait pengelolaan dana kapitasi BPJS di fasilitas kesehatan tingkat pertama khususnya yang swasta?2. Kalau dari...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Kapitasi BPJS di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama Swasta

    Dibalas 01 September 2023, 19:15
    dr. Yoshua Viventius SpAk
    dr. Yoshua Viventius SpAk
    Dokter Spesialis Akupunktur Medik

    1. Bagaimana pengalaman teman-teman sejawat terkait pengelolaan dana kapitasi BPJS di fasilitas kesehatan tingkat pertama khususnya yang swasta?


    2. Kalau dari pengalaman saya tergantung dari peserta paham konsep bpjs atau tidak, karena kapitasi ini berdasarkan jumlah masyarakat yang sehat, sedangkan peserta bpjs kerap merasakan dibedakan saat berobat dengan pasien umum padahal dana kapitasi untuk pasien sakit terbatas hanya Rp. 8000-Rp.10.000/pasien.


    3. Konsep BPJS adalah supaya masyarakat tetap sehat perlu penyuluhan dan pola hidup sehat, bukan berarti pasien bebas berobat seperti yang dipahami masyarakat.

01 September 2019, 12:42
Meluruskan ya dok, Besaran kapitasi memang rp8.000 hingga rp10.000 per peserta. Namun itu tidak bisa dijadikan patokan apakah faskes merugi atau tidak. yang bisa dijadikan patokan adalah unit cost yang dihitung dari jumlah peserta kapitasi dibagi dengan angka kunjungan.

Sebagai contoh apabila peserta kapitasi fktp adalah 1000 orang, dimana dana kapitasi fktp terima adalah rp8.000.000 perbulan.  Bila angka kunjungan sakit nya adalah 150 pasien per bulan alias 15%. Maka unit cost nya: 8juta rupiah:150 pasien = 53rb an.

Unit cost Tiap fktp bisa berbeda2. Saya pernah perhatikan hasil evaluasi utilisasi review bpjs di wilayah saya  range nya tinggi bgt, ada yang  per pasien unit cost nya 30rb an - 200ribuan per Pasien (untung bangettttt dong ya). Jadi tidak semua fktp merugi / untung. Tergantung angka kunjungan sakitnya, dan tergantunt nasib nya.

Pernah di satu fktp saya tahu, karena tiba2 dapat kapitasi 4000 peserta (ec.UHC semua penduduk dibayarin BPJS sama Pemda jadi semua faskes dimaksimalkan untuk bekerjasama dg bpjs) kunjungannya sangat sedikit per bulan (klinik baru blm dikenal banyak warga). Untung banget dia... :D
10 September 2019, 09:27
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih banyak dok, itu mungkin sebabnya faskes berprestasi semua ada di luar Pulau Jawa.
28 November 2019, 19:24

thanks sharing Dok :D

01 September 2023, 19:15
dr.Fathonah Fatimatuzahra Said
dr.Fathonah Fatimatuzahra Said
Dokter Umum - Kecantikan
Iya dok betul klo yg 4000 sprt itu enak ya. Tapi bagi faskes Swasta yang merangkak dari Nol, perserta dari yg hanya di bawah 10 ataupun di bawah 1000 kyknya gk sepadan, belum di kurangi pengeluaran obat, pengeluaran SDM, maintanance lain, jd income yg di dapat masih berputar. Sama saja yg lebih dari 1000 peserta pun, semakin banyak peserta, pasti SDM semakin bertamabah, dan kebutuhan lain bertambah secara internal faskes. Jadi betul, yg perlu di genjot itu harus Preventifnya, bukan kuratifnya, klo faskesnya yg bilang, nanti pihak faskes yg di salah2kan. Sebaiknya dari pihak asuransinya pun ikut mensosialisasikan secara terbuka kepada masyarakat.
10 Agustus 2019, 07:33
Alo dokter Yoshua
Sebagai dokter yg berpraktek di faskes tk 1 saya senasib dan setuju dengan pendapat dokter. Masyarakat sekarang harus diedukasi utk memilih hidup sehat, bukan punya BPJS agar bisa sakit dapat obat gratis..
Semakin banyak peserta fakses kita yg tidak datang berobat, makin baik faskes kita.. Apakah ada kiat jitu dari dokter Yoshua untuk meningkatkan jumlah peserta di faskes tk 1?
10 Agustus 2019, 18:33
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih banyak dok atas masukannya, karena saat ini bpjs lebih menekankan pada preventif bukan kuratif, namun masyarakat masih banyak yang belum paham konsep kapitasi dan masyarakat sehat jkn. Jika di fasilitas pemerintah seperti puskesmas tidak masalah karena sumber daya baik manusia dan peralatan medis adalah milik Pemerintah.
11 Agustus 2019, 16:43

Benar dokter.. Saya tidak berani jadi faskes 1 di praktek pribadi.. Saya praktek BPJS di apotek yang bekerja sama dengan BPJS.. 

Trims sharing nya dokter..

12 Agustus 2019, 16:10
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih sharingnya dr. Hudayati Utomo
28 November 2019, 22:16
Alo Dok!

Sekadar sharing saya bekerja di dua fktp I yg bekerja sama dengan bpjs, menurut saya yang sulit adalah mengubah mentalitas masyarakat dan perlunya sosialisasi yang lebih gencar dari bpjs kepada masyarakat langsung. Hal-hal yang sering terjadi di fktp I :

1. Pasien overexpecting, merasa bebas berobat, bebas dirujuk kemana saja, bebas diperiksa lab/penunjang, dan ingin obat ditanggung semua atau disamakan dengan pasien umum.

2. Pasien merasa jika dalam 1 bulan tidak berobat pasien merasa rugi, sehingga banyak yg dtg hanya untuk minta vitamin atau "stok obat jaga2 kalau sakit"

3. Pasien seringkali tidak terima apabila ekspektasinya tidak sesuai, kemudian menyalahkan pihak klinik, padahal klinik hanya mengikuti aturan bpjs.

Saran saya dari BPJS harus lebih gencar lg untuk sosialisasi detail2 programnya mengenai plafon, aturan rujukan, dan aturan2 lainnya kepada masyarakat, seperti umumnya pada asuransi swasta.

Untuk pengaturan kapitasi sebetulnya fktp akan sangat diuntungkan apabila kunjungan sakit dan pemberian obat2an bisa ditekan, tp pada prakteknya sangat sulit apalagi jika mayoritas pesertanya lansia.
Terkadang juga kita meresepkan obat/melakukan pemeriksaan penunjang/tindakan tambahan yang tidak dicover BPJS (apabila pasien bersedia), sehingga bs menambah penghasilan di fktp atau apotek yg bekerja sama.
01 Desember 2019, 19:55
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih atas sharingnya
10 Agustus 2019, 21:22
Alodok.
Jadi kalau se pengalaman saya hal ini sangat tergantung dari kelompok masyarakat yang kita cover, ada kalanya kelompok masyarakat muda yang cenderung minimal kunjungan, namun kalau sudah mendapat kelompok masyarakat yang cenderung lansia maka untuk biaya pengobatan harus lebih Ketat, walaupun saat ini ada fitur PRB
11 Agustus 2019, 07:41
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih atas masukannya dok, iya seharusnya bpjs bukan hanya melihat berdasarkan jumlah rujukan tapi usia peserta, namun berbeda beda tiap daerah dok. BPJS meskipun peraturan sama, tapi perlakuan ke setiap faskes yang berbeda daerah beda perlakuan. Semoga ke depan lebih baik.
31 Agustus 2019, 09:02
Ijin sharing dok. Tempat kerja saya merupakan klinik yg baru sekitar setahun bergabung dengan BPJS kesehatan. Selama setahun ini memang merasa kesulitan dok mengatur dana kapitasi yg belum seberapa dibandingkan dengan jumlah pasien berobat yg meningkat setiap bulannya. Bahkan ada beberapa pasien yg dalam sebulan bisa berobat 4-5 kali. Kiat dari manajemen adalah lebih menggalakkan penyuluhan untuk mengubah mindset untuk menjaga kesehatan, mengadakan senam bersama, dan mulai dilakukan kegiatan prolanis. Namun dari pantauan saya hal tersebut tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan pasien sakit. Mungkin ada saran dari dokter-dokter, kira-kira bagaimana kiat untuk mengatasi kondisi ini? terimakasih
31 Agustus 2019, 09:16
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
dr.Antonius Sarwono Sandi Agus Sp.BTKV, FIHA, MH, FICS.
Dokter Spesialis Bedah Thoraks Kardio Vaskuler
Ikut menyimak dok, karena memang sulit pelaksanaan nya.
31 Agustus 2019, 11:06
Sulit memang dok. Ketika penyuluhan dan prolanis sudah berjalan baik, tetap saja kunjungan meningkat karna pasien sudah merasa nyaman dan murah bisa sekali bayar iuran tapi berobatnya 3-4 hari sekali.
Solusinya banyak sabar dan harus mempunyai dana extra kalau kapitasi belum banyak dok, dan mungkin mencari dana dari sisi lain misal menjual produk terkait kesehatan di klinik.
Dan memanfaatkan program PRB bisa mengendalikan kunjungan pasien.
Tapi sebentar lagi kan naik ini iurannya dok, sepertinya akan menurun kunjungannya
01 September 2019, 10:49
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih semua teman sejawat atas respon, saran dan masukannya.
15 Agustus 2019, 14:35
dr. Heriyanto Hidayat, Sp.PD.
dr. Heriyanto Hidayat, Sp.PD.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Nambah info tentang pengelolaan bpjs di fktp. 
29 Agustus 2019, 15:33
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Siap dok.
29 Agustus 2019, 15:33
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Siap dok.
10 Agustus 2019, 21:23
Oyaa saya jadi ingin bertanya, apakah ada yang punya pengalaman mengenai Apotik Rujuk Balik?
Terima kasih TS
11 Agustus 2019, 07:44
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Seharusnya aturan sama tapi berbeda beda tiap daerah. Di daerah saya apotik tetap mengenakan biaya tinggi untuk obat. Menurut saya, konsep jkn bisa berhasil klo dokter, klinik, apotik, masyarakat dan Pemerintah mau memahami konsep JKN khususnya di fasilitas swasta. Kalau di fasilitas kesehatan milik Pemerintah tidak terlalu bermasalah paling permasalahan hanya jumlah pasien membludak.
27 Agustus 2019, 05:36
11 Agustus 2019, 07:41
Terimakasih atas masukannya dok, iya seharusnya bpjs bukan hanya melihat berdasarkan jumlah rujukan tapi usia peserta, namun berbeda beda tiap daerah dok. BPJS meskipun peraturan sama, tapi perlakuan ke setiap faskes yang berbeda daerah beda perlakuan. Semoga ke depan lebih baik.
Sepakat
29 Agustus 2019, 15:32
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih.
31 Agustus 2019, 13:19
Saya merasakan juga dok. Saya juga bekerja di klinik faskes 1. Mentalitas pasien masih : saya sudah bayar,ya saya bebas berobat kapan saja

Membuat kelimpungan dok. Dan tidak jarang semena mena minta rujukan. Jadi tujuan utama adanya asuransi utk fokus ke promosi dan prevensi jadi agak terabaikan karna mindset yg salah
01 Desember 2019, 19:54
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Benar dok...terimakasih atas sharingnya
31 Agustus 2019, 21:05
31 Agustus 2019, 11:06
Sulit memang dok. Ketika penyuluhan dan prolanis sudah berjalan baik, tetap saja kunjungan meningkat karna pasien sudah merasa nyaman dan murah bisa sekali bayar iuran tapi berobatnya 3-4 hari sekali.
Solusinya banyak sabar dan harus mempunyai dana extra kalau kapitasi belum banyak dok, dan mungkin mencari dana dari sisi lain misal menjual produk terkait kesehatan di klinik.
Dan memanfaatkan program PRB bisa mengendalikan kunjungan pasien.
Tapi sebentar lagi kan naik ini iurannya dok, sepertinya akan menurun kunjungannya
Baik dokter, terimakasih banyak masukannya😊
01 September 2019, 10:47
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Terimakasih banyak teman-teman, perlu peran Pemerintah untuk advokasi masyarakat untuk hidup sehat, mudah mudahan bisa diwakilkan oleh teman teman di organisasi Profesi. Masyarakat masih banyak yang belum paham tentang konsep hidup sehat, sehingga mengira kartu bpjs untuk berobat gratis.
29 November 2019, 12:22
31 Agustus 2019, 09:02
Ijin sharing dok. Tempat kerja saya merupakan klinik yg baru sekitar setahun bergabung dengan BPJS kesehatan. Selama setahun ini memang merasa kesulitan dok mengatur dana kapitasi yg belum seberapa dibandingkan dengan jumlah pasien berobat yg meningkat setiap bulannya. Bahkan ada beberapa pasien yg dalam sebulan bisa berobat 4-5 kali. Kiat dari manajemen adalah lebih menggalakkan penyuluhan untuk mengubah mindset untuk menjaga kesehatan, mengadakan senam bersama, dan mulai dilakukan kegiatan prolanis. Namun dari pantauan saya hal tersebut tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan pasien sakit. Mungkin ada saran dari dokter-dokter, kira-kira bagaimana kiat untuk mengatasi kondisi ini? terimakasih
Alo dokter Kuntum 
Bila peserta terdaftar di fktp sedikit memang berat  untuk menjalankan pelayanan fktp, karena pemasukan yang kecil,  memiliki peserta 4000 Kartu mungkin klinik bisa mulai seimbang pendapatan dan pengeluarannya
01 Desember 2019, 19:56
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Saya setuju
13 Agustus 2019, 07:01
Sharing yang sangat bermanfaat Dok 
15 Agustus 2019, 13:11
dr. Yoshua Viventius SpAk
dr. Yoshua Viventius SpAk
Dokter Spesialis Akupunktur Medik
Sama sama dok Nurul Falah
31 Agustus 2019, 09:34
dr. Zulherman
dr. Zulherman
Dokter Umum
Terimakasih banyak atas informasinya dok 🙏
31 Agustus 2019, 10:44
Izin menyimak dok, beberapa juga saya rasakan demikian