Fenofibrate berpotensi menjadi salah satu pilihan terapi dalam tata laksana retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular pada area retina yang dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2, terutama dengan kontrol kadar glukosa yang buruk.[1,2,3]
Retinopati diabetik menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada pasien usia produktif. Progresivitas retinopati diabetik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hiperglikemia, lama durasi penyakit, dan ada tidaknya penyakit komorbid lainnya seperti hipertensi dan gangguan kadar lipid dalam darah. Oleh karena itu, kontrol kadar lipid dalam darah menjadi salah satu terapi yang diyakini dapat mencegah dan menghambat terjadinya retinopati diabetik.[1-4]
Mekanisme Kerja Fenofibrate sebagai Terapi Retinopati Diabetik
Fenofibrate adalah agonis PPARα (peroxisome proliferator - activated receptor alpha). Fenofibrate akan dimetabolisme menjadi asam fenofibrat, yang kemudian berikatan dengan reseptor PPARα dan membentuk gugus heterodimer dengan reseptor retinoid.
Fenofibrate mengontrol kadar lipid dalam darah terutama dengan menurunkan trigliserida dan kolestrol LDL, serta meningkatkan kolestrol HDL. Proses ini terjadi karena adanya peningkatan regulasi lipoprotein lipase dan inhibisi dari apolipoprotein C-III yang melibatkan reseptor PPARα diikuti dengan peningkatan katabolisme dari trigliserida dan kolesterol LDL.[2,3,5,6]
Dengan menurunkan kadar kolesterol LDL, fenofibrate dapat mencegah terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah dan mengurangi peradangan akibat adanya LDL serta mencegah timbulnya proses angiogenesis pada jaringan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kebutuhan untuk dilakukan tindakan invasif pada pasien retinopati diabetik di kemudian hari.[2,3,6]
Fenofibrate Mengurangi Insidensi Retinopati Diabetik
Penelitian kohort retrospektif berskala besar dilakukan oleh Ying-Chieh et al. di Taiwan terhadap 32.253 data pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 tanpa retinopati diabetik dengan komorbid lain seperti hipertensi dan kelainan kadar lipid. Data yang ada dibedakan menjadi 2 kelompok perlakuan dengan sebanyak 29.753 partisipan tanpa pemberian fenofibrate 200 mg/hari dan 2.500 partisipan dengan pemberian fenofibrate 200 mg/hari.[6]
Selama pengamatan selama kurang lebih 6,5 tahun, didapatkan bahwa insidensi terjadinya retinopati diabetik lebih rendah pada kelompok yang dilakukan pemberian fenofibrate dibandingkan dengan kelompok tanpa pemberian fenofibrate (19.68% vs. 27.48%).[6]
Penggunaan terapi invasif berupa laser juga ditemukan lebih rendah pada kelompok dengan pemberian fenofibrate (4.88% vs 6.46%). Pada penelitian ini, beberapa faktor lain seperti kondisi hipertensi, penggunaan obat selain fenofibrate, penggunaan obat DM juga dipertimbangkan.[6]
Keterbatasan penelitian ini terletak pada penggunaan kode ICD sebagai dasar diagnosis retinopati diabetik tanpa pencitraan rutin retina, dan data yang tidak menyediakan informasi kontrol glikemik, lipid, dan tekanan darah, menyebabkan potensi rendahnya tingkat deteksi retinopati.[6]
Fenofibrate Memperlambat Progresivitas Retinopati Diabetik
Sebuah tinjauan sistematik terhadap dua studi beserta substudinya secara total melibatkan 15.131 partisipan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan atau tanpa retinopati diabetik, yang diobservasi selama 4–5 tahun di Amerika, Kanada, Finlandia, New Zealand dan Australia.[2]
Pada kelompok partisipan tanpa retinopati diabetik atau dengan retinopati diabetik namun tidak menunjukkan gejala nyata, fenofibrate menghasilkan perbedaan yang tidak terlalu bermakna dalam proses perkembangan retinopati diabetik dibandingkan dengan pemberian plasebo.[2]
Namun, pemberian fenofibrate terhadap kelompok partisipan dengan retinopati diabetik yang disertai dengan gejala yang nyata menunjukkan adanya perlambatan progresivitas retinopati diabetik dibandingkan dengan pemberian plasebo.[2]
Penggunaan Fenofibrate sebagai Terapi Retinopati Diabetik
Hingga saat ini, penggunaan fenofibrate belum dijadikan terapi rutin pada penderita retinopati diabetik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fokus dari studi yang telah dilakukan yang tidak menjadikan efek fenofibrate pada retinopati diabetik sebagai luaran utama.[2,3]
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Saat ini, belum ada studi efek fenofibrate untuk retinopati diabetik pada penderita diabetes mellitus tipe 1. Ke depan, studi juga dapat mempertimbangkan pengobatan lain yang diterima oleh individu.[2,3]
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, pemberian fenofibrate dapat mengurangi insidensi retinopati diabetik dan memperlambat progresivitas pada pasien yang sudah menderita retinopati diabetik. Namun, fenofibrate belum digunakan sebagai terapi rutin untuk penderita retinopati diabetik. Penelitian lebih lanjut terkait manfaat fenofibrate sebagai terapi ajuvan guna mencegah terjadinya retinopati diabetik pada pasien dengan diabetes mellitus masih diperlukan.