Profilaksis Deep Vein Thrombosis pada Prosedur Hip atau Knee Replacement

Oleh :
dr. Nurul Falah

Profilaksis deep vein thrombosis (DVT) pada prosedur hip atau knee replacement (artroplasti) adalah hal yang sering direkomendasikan oleh beberapa organisasi kesehatan. Meski demikian, belum diketahui apakah profilaksis DVT pada pasien yang menjalani prosedur hip  atau knee replacement memiliki manfaat yang lebih besar dibanding risiko yang akan ditimbulkan.[1]

Deep vein thrombosis (DVT) merupakan salah satu komplikasi yang signifikan dan sering dijumpai pasca hip atau knee replacement. Pencegahan DVT pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilaporkan dapat menurunkan risiko terjadinya DVT dan juga emboli paru, sehingga turut menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas. Meski demikian, pemberian obat pengencer darah sebagai profilaksis DVT dapat meningkatkan risiko perdarahan.[1,2]

Profilaksis Deep Vein Thrombosis pada Prosedur Hip atau Knee Replacement-min

Sekilas Mengenai Profilaksis Deep Vein Thrombosis

Profilaksis deep vein thrombosis (DVT) dapat terbagi menjadi dua metode, yaitu primer dan sekunder. Profilaksis DVT primer merupakan metode yang sering dipilih, yaitu menggunakan obat-obatan dan metode mekanik. Sementara profilaksis DVT sekunder merupakan metode yang meliputi deteksi dini dengan metode skrining dan tata laksana DVT subklinis.

Agen farmakologi yang sering digunakan untuk profilaksis DVT antara lain adalah low-molecular-weight heparins (LMWH), unfractionated heparin (UFH), dan fondaparinuxGolongan LMWH adalah yang paling sering dipilih karena memiliki berbagai kelebihan. LMWH dilaporkan lebih atau sama efektif dengan UFH, lebih rendah risiko perdarahannya, lebih jarang menyebabkan trombositopenia dan osteopenia, serta mampu mencegah rekurensi dini dari thrombus.

Sementara itu metode mekanik yang dapat digunakan untuk pasien yang berisiko mengalami DVT adalah pneumatic compressionstoking kompresi, dan venous foot pump (VFP).[3]

Efikasi dan Keamanan Profilaksis Deep Vein Thrombosis pada Prosedur Hip dan Knee Replacement

Pembedahan ortopedi seperti bedah pada tulang panggul dan lutut memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami DVT, terutama pada pasien dengan hiperkoagulabilitas. Pada pasien yang menjalani hip  atau knee replacement, agen farmakologi profilaksis DVT yang sering diberikan antara lain seperti LMWH, apixaban, dan rivaroxaban. Adapun jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat-obatan tersebut dapat digantikan dengan fondaparinux, UFH, dan warfarin.

Pemberian profilaksis DVT diberikan selama 10-14 hari pasca artroplasti setelah dipastikan tidak terdapat risiko perdarahan. Adapun pasien dengan risiko tinggi mengalami perdarahan, maka profilaksis DVT dilakukan dengan teknik mekanik, seperti penggunaan stoking kompresi.[1,4]

Efikasi Profilaksis Deep Vein Thrombosis pada Prosedur Hip dan Knee Replacement

Suatu uji klinis acak (RCT) bernama The randomized Genetic Informatics Trial (GIFT) of Warfarin to Prevent Deep Vein Thrombosis di Amerika Serikat mencoba meniliti efikasi dan keamanan dari target INR untuk profilaksis DVT. Studi ini melibatkan 1650 pasien dari 6 rumah sakit, berusia 65 tahun ke atas, yang akan diberikan warfarin pasca artoplasti tulang panggul ataupun lutut.[1]

Pasien diacak dan dibagi dalam dua grup yaitu yang memiliki target INR 1,8 (823 orang) dan target INR 2,5 (827 orang). Luaran yang dinilai adalah kejadian DVT dalam 60 hari atau kematian dalam 30 hari. Angka insidensi dari DVT atau kematian adalah 5,1% (41 dari 804 orang) pada kelompok yang diberikan warfarin intensitas rendah (target INR 1,8) yang terlihat lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diberikan terapi warfarin standar (target INR 2,5) yaitu sekitar 3,8% (30 dari 793 orang).[1]

Sebuah meta-analisis PRISMA-compliant Bayesian Network yang dipublikasikan pada tahun 2021 menganalisis 35 RCT, dengan total 53.787 pasien dengan rentang usia 55-70 tahun. Pemilihan RCT diambil dari Medline, Embase, ClinicalTrial dan Cochrane Library dengan subjek pasien yang menjalani total hip arthroplasty ataupun total knee arthroplasty dan diberikan antikoagulan profilaksis. Adapun antikoagulan yang digunakan adalah fondaparinux, edoxaban, rivaroxaban, apixaban, dabigatran, LMWH, ximelagatran, aspirin, dan warfarin.

Efikasi fondaparinux dilaporkan tertinggi untuk pencegahan DVT yaitu sekitar 88-98%; disusul oleh edoxaban sebesar 85-98%. Efikasi rivaroxaban dilaporkan antara 86-96%; apixaban 68-78%; dabigatran 41-53%, LMWH  41-50%; ximelagatran 37-52%; aspirin 35-55%; warfarin 9-18%, dan plasebo 4-10%.[5]

Keamanan Profilaksis DVT pada Prosedur Hip dan Knee Replacement

Penggunaan profilaksis DVT atau agen antikoagulan secara rutin dilaporkan dapat memicu sejumlah komplikasi seperti hematoma, perdarahan, nekrosis pada kulit, trombofilia, ataupun perdarahan pada saluran gastrointestinal atau sistem urologi.[1,3]

Telah banyak studi yang melaporkan bahwa penggunaan warfarin dosis rendah dapat meningkatkan risiko perdarahan. Meski demikian, warfarin masih tetap rutin diresepkan terutama pada pasien ortopedi berisiko tinggi. Risiko perdarahan meningkat secara eksponensial bila nilai INR lebih tinggi dari 3 atau 4.[1,3]

Pedoman American Academy of Orthopedic Surgeons merekomendasikan target INR kurang dari 2 pada pasien pasca artroplasti yang diberikan warfarin.[1,3]

Studi GIFT melaporkan perdarahan mayor lebih sedikit terjadi pada kelompok yang menerima warfarin intensitas rendah jika dibandingkan dengan kelompok yang menerima warfarin standar, yaitu masing-masing 0,4% dan 0,9%.[1]

Sementara itu, dalam sebuah meta analisis dilaporkan bahwa fondaparinux dan rivaroxaban memiliki risiko perdarahan lebih rendah dibandingkan ximelagatran, dabigatran, edoxaban, LMWH, apixaban, aspirin, warfarin, maupun plasebo.[5]

Dalam studi meta-analisis, Suen et al. meninjau 45 RCT yang terdiri dari 56.700 pasien yang telah diterapi dengan dengan satu atau lebih agen profilaksis seperti LMWH, rivaroxaban, warfarin, apixaban, aspirin, dan dabigatran atau tanpa pemberian agen profilaksis. Peneliti mencoba mengamati risiko perdarahan pada pasien pasca artroplasti.[6]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko perdarahan pada LMWH adalah 2,32 kali lebih tinggi pada pasien yang tidak diberikan agen profilaksis DVT; 1,54 kali lebih tinggi dibandingkan pasien yang diberikan warfarin; 4,38 kali lebih tinggi dibandingkan dengan dabigatran; dan 1,27 kali lebih tinggi dibandingkan dengan apixaban; sementara itu mirip dengan rivaroxaban.[6]

Kesimpulan

Deep vein thrombosis (DVT) merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pasca total knee arthroplasty (TKA) dan total hip arthroplasty (THA). Bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa pemberian profilaksis farmakologi efektif dalam menurunkan kejadian DVT. Modalitas yang nampaknya memiliki efikasi yang baik dan risiko perdarahan lebih rendah adalah fondaparinux dan rivaroxaban.

Meski demikian, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memandu penggunaan profilaksis farmakologi dalam pencegahan DVT pasca TKA dan THA. Studi selanjutnya perlu berkonsentrasi pada jenis obat yang direkomendasikan, dosis, durasi pemberian, kapan waktu pemberian terbaik, serta populasi pasien seperti apa yang akan mendapat manfaat terbanyak.

Referensi