Meningkatnya Risiko Penyakit Jantung pada Penderita Skizofrenia

Oleh :
dr. Prianto Djatmiko, SpKJ

Risiko penyakit jantung dapat meningkat pada penderita skizofrenia. Telah lama diketahui bahwa pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat berisiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolik daripada populasi masyarakat umum.

Pada orang dengan skizofrenia (ODS), prevalensi risiko kardiovaskuler dan kardiometabolik meningkat disebabkan oleh dislipidemia (61%), merokok (55%), obesitas (41%), diabetes mellitus (19%), dan hipertensi (17 %).[1,3]

shutterstock_640506541-min

Morbiditas dan Mortalitas Penderita Skizofrenia dengan Penyakit Jantung

Orang dengan skizofrenia (ODS) atau dengan gangguan psikotik lainnya, merupakan populasi berisiko tinggi mengalami morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler. Menurut data WHO, pada tahun 2015 sebanyak 14,3% kematian di seluruh dunia atau sebanyak 8 juta kematian rata-rata setiap tahun berkaitan dengan gangguan jiwa. Di antara penyebab kematian pada ODGJ adalah akibat penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner (PJK).[1-3]

Berdasarkan uji meta analisis oleh Foguet-Boreu et al, terhadap 3608 artikel yang dipublikasi via PubMed pada tahun 2014‒2016, menunjukkan hasil yang bermakna bahwa skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya berkaitan dengan meningkatnya resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Namun, belum terbukti adanya hubungan yang bermakna dengan PJK. Penelitian terakhir juga menunjukkan ODS meninggal 10 tahun lebih awal akibat penyakit kardiovaskuler daripada populasi umum bukan ODS.[2,3]

Hasil uji meta analisis di jurnal World Psychiatry tahun 2017 juga menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kardiovaskuler pada ODGJ berat mencapai 9,9%, dengan usia rata-rata 50 tahun. ODGJ berat meliputi skizofrenia, bipolar, dan depresi. Sedangkan penyakit kardiovaskuler terdiri dari PJK, stroketransient ischemic attack (TIA), atau penyakit serebrovaskuler lainnya.

Penderita depresi memiliki risiko tinggi mengalami PJK, sedangkan skizofrenia berisiko tinggi mengalami PJK, penyakit serebrovaskuler, dan gagal jantung kongestif. Oleh karena itu, perlu perhatian klinis untuk skrining dan tata laksana gangguan kardiovaskuler pada ODS, maupun ODGJ berat lainnya. Pemeriksaan rutin termasuk kontrol indeks massa tubuh (IMT) serta risiko sindrom metabolik akibat penggunaan obat antipsikotik.[1-4]

Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Penderita Skizofrenia

Skizofrenia berkaitan secara bermakna dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner. Walaupun mekanisme patofisiologi yang membuktikan hubungan tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga berhubungan dengan kondisi komorbid, seperti diabetes mellitushipertensi, dan dislipidemia.[3-5]

Namun, dijumpai fakta bahwa pada kelompok ODS tetap berisiko tinggi terhadap kematian akibat penyakit jantung meskipun telah mendapatkan penanganan kondisi komorbid secara optimal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kondisi komorbid yang diketahui di atas bukanlah semata-mata faktor risiko yang meningkatkan insidensi penyakit jantung pada ODS.[3-5]

Risiko Penyakit Kardiovaskuler dari Gejala Psikopatologi

Gejala psikopatologi dan gangguan perilaku pada ODS diduga berperan juga sebagai faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan 56,7% ODS mengalami hendaya berat (severe impairment) pada kemampuan mengurus dirinya, sedangkan 43,3% ODS mengalami hendaya sedang (moderate impairment) pada kemampuan kebersihan diri (self care management).[5]

Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ODS yang berespon baik terhadap intervensi terapi perilaku token economy menunjukkan perbaikan bermakna pada kemampuan kebersihan diri, dan secara bermakna juga menurunkan risiko morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler.[4,5]

Penelitian di dua pusat kesehatan jiwa komunitas, di perkotaan Salford Inggris Barat Laut, memantau faktor-faktor perilaku pada ODS yang diduga berhubungan dengan peningkatan prevalensi penyakit jantung. Faktor perilaku tersebut adalah pola makan, aktivitas fisik dan olahraga, kepatuhan terhadap medikasi antipsikotik, kondisi berat badan dan indeks massa tubuh, perilaku hidup bersih dan sehat, serta perilaku merokok dan minum minuman beralkohol.[5]

Subjek penelitian sebanyak 37 ODS, berusia 16–65 tahun, mayoritas etnis Eropa kulit putih dan hanya 2 orang etnis Asia. Sepanjang penelitian, ODS tetap melanjutkan medikasi antipsikotik rutin, yaitu 20 orang menerima clozapine oral, 13 orang menerima risperidone injeksi, dan 4 orang lainnya mendapatkan kombinasi dengan mood-stabiliser. Sebagian subjek rutin merokok dan minum alkohol, yaitu 64,9% atau 24 orang.

Kesimpulan penelitian ini adalah subjek penelitian dengan pola makan yang buruk, merokok, minum alkohol, dan aktivitas fisik yang inadekuat memiliki prevalensi tinggi sindrom metabolik,  berdasarkan pengukuran fisik maupun tes laboratorium. Sindrom metabolik yang diderita termasuk diabetes melitus, dislipidemia, dan hipertensi.[5]

Risiko Penyakit Jantung akibat Medikasi Antipsikotik

Beberapa medikasi antipsikotik memiliki efek samping gangguan metabolik dan meningkatkan kadar prolaktin dalam darah. Efek  ini berkontribusi pada peningkatan risiko kardiovaskuler pada ODS.  Sedangkan, intervensi terapi kognitif untuk memperbaiki tilikan terhadap perilaku hidup dan pola makan yang sehat dapat mengurangi risiko penyakit kardiometabolik.[4,5]

Beberapa telaah membahas peran medikasi antipsikotik sebagai faktor risiko kardiovaskuler maupun kardiometabolik pada ODS. Hal tersebut berkaitan dengan temuan angka kejadian sindrom metabolik pada ODS kronis yang menerima medikasi antipsikotik.

Terdapat kecenderungan peningkatan risiko PJK akibat obesitas, diabetes mellitus, dislipidemia, dan hipertensi. Berbagai penelitian menunjukkan insidensi dan prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat PJK bersamaan dengan meningkatnya pemberian medikasi antipsikotik atipikal (second-generation atypical antipsychotics).[5,6]

Perubahan Anatomi Jantung pada Penderita Skizofrenia

Sebuah penelitian melibatkan 80 subjek yang terdiri dari ODS dan individu sehat sebagai kontrol, yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnis, dan indeks masa tubuh. Subjek dilakukan pemeriksaan MRI jantung untuk menentukan volume dan fungsi kedua ventrikel, serta mengukur tekanan darah, aktivitas fisik, dan kadar hemoglobin.[7]

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui struktur dan fungsi jantung pada ODS setelah menyingkirkan komorbiditas medis dan metabolik. Hasil penelitian menunjukan bukti bahwa jantung pada ODS mengalami perubahan bentuk jantung konsentris. Kondisi ini dapat berkontribusi pada mortalitas kardiovaskuler pada penderita skizofrenia. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk menyelidiki kontribusi obat antipsikotik terhadap perubahan ini.[7]

Perspektif Promotif dan Preventif Risiko Penyakit Jantung pada Penderita Skizofrenia

Di antara antipsikotik atipikal, diketahui clozapine dan olanzapine menunjukkan risiko tertinggi terhadap efek metabolik dan dapat meningkatkan risiko diabetes  mellitus dan dislipidemia. Inisiatif pemberian informasi dan edukasi mengenai pola hidup sehat dan kesadaran akan risiko penyakit kardiovaskuler menjadi hal krusial dalam upaya promotif dan preventif dini; khususnya pada ODS episode pertama (first episode of schizophrenia) serta pengasuh maupun keluarganya.

Informasi yang harus diberikan meliputi upaya berhenti merokok, pengaturan diet, dan aktivitas fisik. Olahraga lebih efektif jika dilakukan secara rutin di level pelayanan kesehatan primer atau kesehatan jiwa komunitas di masyarakat. Peningkatan aktivitas fisik dapat mencegah sindrom metabolik.[4-6]

Deteksi dini risiko PJK juga membutuhkan komunikasi, edukasi, dan peran aktif psikiater maupun dokter keluarga dalam melakukan pemeriksaan dan skrining rutin. Termasuk monitoring efek metabolik akibat medikasi antipsikotik.[6]

Kesimpulan

Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner (PJK) serta penyakit serebrovaskular, meningkat pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. Orang dengan skizofrenia (ODS) dan gangguan psikotik lainnya juga memiliki angka mortalitas serta morbiditas yang tinggi jika dibandingkan dengan populasi normal. Hal ini dikaitkan dengan beberapa faktor, di antaranya faktor psikopatologi serta penggunaan medikasi (antipsikotik).

Faktor psikopatologi mempengaruhi kemampuan ODS dalam mengurus diri sehingga mempengaruhi pola makan, aktivitas, serta lifestyle seperti kebiasaan merokok dan minum alkohol. Keadaan ini akan meningkatkan risiko munculnya penyakit komorbid yang berisiko meningkatnya komplikasi penyakit kardiovaskuler.

Faktor medikasi antipsikotik, khususnya antipsikotik atipikal, dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik akibat kadar prolaktin dalam darah yang tinggi. Selain itu, hasil penelitian menunjukan bahwa MRI jantung ODS  mengalami perubahan bentuk jantung konsentris yang dapat berkontribusi pada mortalitas akibat gangguan kardiovaskuler.[3-7]

Oleh karena itu, diharapkan upaya promotif dan preventif dilakukan oleh psikiater maupun dokter keluarga ketika skrining ODS. Pemberian edukasi hingga deteksi dini risiko PJK pada ODS episode pertama, serta intervensi dan modifikasi perilaku ODS harus dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya penyakit kardiovaskuler pada ODS.[4-6]

Referensi