Efikasi Penghambat Pompa Proton pada Infant Dengan Refluks Gastroesofageal

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Penghambat pompa proton sering digunakan dalam terapi refluks gastroesofageal pada infant. Refluks gastroesofageal ditandai dengan adanya regurgitasi isi gaster ke esofagus. Kondisi ini banyak ditemukan di praktik, terutama pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan.[1,2]

Saat ini, terapi menggunakan penghambat asam lambung, termasuk di dalamnya penghambat pompa proton, semakin banyak dan luas digunakan untuk refluks gastroesofageal dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Masalahnya, penggunaan terapi ini sering hanya didasarkan pada gejala, tanpa investigasi atau bukti klinis objektif. Padahal, penggunaan penghambat pompa proton secara rutin dan dalam jangka waktu lama, tidak lepas dari risiko.[2,3]

shutterstock_1292419813-min

Contoh obat golongan penghambat pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, dan rabeprazole.

Penggunaan Penghambat Pompa Proton pada Infant dengan Refluks Gastroesofageal

Farmakoterapi pada kasus refluks gastroesofageal infant bersifat simptomatik, bukan terapi definitif. Oleh karenanya, banyak ahli menganggap bahwa kasus refluks gastroesofageal pada infant sebetulnya tidak memerlukan farmakoterapi. Pengelolaannya dapat dilakukan dengan pemberian susu yang lebih kental, terapi postural, dan perubahan gaya hidup untuk mengurangi kemungkinan regurgitasi. Terapi farmakologis dapat dipertimbangkan jika terapi konservatif tidak memberi respon adekuat.[4-6]

Penggunaan obat golongan penghambat asam lambung, termasuk penghambat pompa proton, terus meningkat setiap tahunnya. Pada infant, peningkatan ini dilaporkan mencapai 3-4 kali lipat. [3] Penghambat pompa proton bekerja dengan menginaktivasi transporter H+/K+-ATPase pada sel parietal di mukosa lambung. Efeknya adalah peningkatan pH lambung dan penurunan volume sekresi lambung yang mempercepat pengosongan lambung, sehingga gejala refluks gastroesofageal diharapkan membaik.[2,3]

Efikasi dan Risiko Penggunaan Penghambat Pompa Proton pada Infant dengan Refluks Gastroesofageal

Sebuah studi berusaha mengevaluasi efikasi pantoprazole pada 234 infant berusia 1-11 bulan dengan gejala refluks gastroesofageal. Pada studi ini, intervensi yang diberikan adalah pantoprazole 1,2 mg/kg/hari. Studi ini menemukan perbaikan gejala yang tidak berbeda bermakna antara kelompok pantoprazole dengan kelompok plasebo.[7,8]

Uji klinis lain mengevaluasi efikasi rabeprazole 10 mg/hari pada 286 infant dengan gejala refluks gastroesofageal. Hasil studi menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna perbaikan gejala antara pasien yang mendapat rabeprazole dengan yang mendapat plasebo.[7,9]

Hasil serupa juga ditunjukkan oleh sebuah tinjauan sistematik yang mengevaluasi efikasi penghambat pompa proton pada anak usia 0-17 tahun dengan gejala refluks gastroesofageal. Dari keseluruhan penelitian pada infant yang dianalisis dalam tinjauan sistematik ini, 1 studi menunjukkan lebih efektif dibandingkan formula hidrolisis, 2 studi menunjukkan tidak efektif, dan 2 studi menunjukkan efikasi sebanding dengan plasebo. Tinjauan sistematik ini menyimpulkan bahwa penghambat pompa proton tidak efektif untuk refluks gastroesofageal pada infant. [10]

Sebuah tinjauan Cochrane terbaru menganalisis 24 studi dengan total 1201 partisipan. Studi ini menemukan bahwa penghambat pompa proton dapat menurunkan gejala refluks gastroesofageal yang terkonfirmasi mengalami esofagitis erosif. Sementara, pada analisis untuk anak yang lebih kecil (usia di bawah 18 bulan), obat ini tidak menunjukan perbaikan gejala.[2]

Potensi Risiko

Penggunaan penghambat pompa proton berpotensi menimbulkan beberapa efek samping, seperti peningkatan risiko infeksi gastrointestinal dan saluran napas, defisiensi vitamin B12, hipomagnesemia, fraktur, dan risiko peningkatan asam lambung setelah obat dihentikan jika digunakan dalam jangka waktu lama (>8 minggu).

Penekanan produksi asam lambung selama penggunaan penghambat pompa proton terbukti meningkatkan risiko enterokolitis nekrotikans, sepsis, dan meningitis pada infant yang dirawat di ruang intensif. Dengan menurunnya barier pada lambung, infeksi nosokomial mudah masuk dan membentuk kolonisasi di saluran cerna. Penggunaan pompa proton jangka panjang pada anak juga terbukti meningkatkan risiko kolonisasi bakteri Campylobacter sp dan Salmonella sp.[11]

Rekomendasi Pedoman Klinis

Pedoman klinis oleh North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (NASPGHAN) dan European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (ESPGHAN) menyatakan bahwa bukti ilmiah yang ada masih inkonklusif terkait efikasi penghambat pompa proton dalam mengurangi gejala menangis, iritabilitas, muntah, regurgitasi, ataupun gejala refluks gastroesofageal lain jika dibandingkan plasebo. Berikut adalah rangkuman rekomendasi dari pedoman ini:

  • Penghambat pompa proton direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada esofagitis erosif terkait refluks (reflux-related erosive esophagitis) untuk infant dengan GERD
  • Penghambat pompa proton tidak direkomendasikan untuk terapi menangis atau iritabilitas pada infant sehat (otherwise healthy infants)
  • Penghambat pompa proton tidak direkomendasikan untuk terapi regurgitasi pada infant sehat
  • Penghambat pompa proton dapat digunakan selama 4-8 minggu untuk terapi gejala tipikal (misalnya heartburn dan nyeri epigastrium atau retrosternal) pada anak dengan GERD
  • Penghambat pompa proton tidak direkomendasikan untuk gejala ekstraesofagus (misalnya batuk dan mengi), kecuali jika terdapat gejala tipikal atau pemeriksaan penunjang yang mengindikasikan GERD[7]

Di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih merekomendasikan penggunaan penghambat pompa proton. untuk tujuan mengurangi gejala dan mendukung penyembuhan mukosa. Namun, IDAI menyebutkan bahwa pada prinsipnya refluks gastroesofageal tidak perlu diterapi. Bila gejala makin berat atau tidak membaik pada usia 12-18 bulan atau terdapat tanda bahaya, maka pasien perlu dirujuk ke ahli gastrohepatologi anak.[12]

Kesimpulan

Bukti ilmiah dan pedoman klinis yang ada tidak merekomendasikan penggunaan penghambat pompa proton pada infant dengan refluks gastroesofageal sebagai terapi rutin. Penghambat pompa proton memiliki banyak efek samping, termasuk peningkatan risiko infeksi gastrointestinal dan respirasi, terutama jika diberikan dalam jangka waktu yang lama.

Referensi