DLBS3233 untuk Penanganan Prediabetes

Oleh :
dr. Felicia

Peran DLBS 3233 untuk penanganan prediabetes diduga berhubungan dengan penurunan resistensi insulin lewat berbagai jalur signalling. Saat ini penanganan prediabetes meliputi terapi nutrisi medis (TNM), olahraga intensitas moderat sebanyak 150 menit/minggu, serta pemberian metformin untuk pasien dengan obesitas, usia <60 tahun, dan riwayat diabetes gestasional.

Penatalaksanaan pada pasien prediabetes bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas sel dan jaringan terhadap insulin, sehingga konversi ke diabetes mellitus (DM) tipe 2 tidak terjadi. Tata laksana tambahan agen fitofarmaka, seperti DLBS 3233, diharapkan mampu membantu kontrol gula darah pada pasien prediabetes.[1,2]

Mature,Asian,Woman,Using,Lancet,On,Finger,For,Checking,Blood

Deskripsi Awal DLBS 3233

DLBS 3233 merupakan agen fitofarmaka yang terbuat dari fraksi bioaktif Lagerstroemia (burmannii (batang kayu manis). Pada beberapa studi, penggunaan DLBS 3233 berhubungan dengan perbaikan sensitivitas insulin, parameter metabolik seperti HbA1c dan profil lipid, serta homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR). Beberapa studi juga telah mempelajari manfaat DLBS 3233 untuk pasien DM tipe 2.[1,3]

DLBS 3233 tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg dan 50 mg. Dosis obat yang disarankan adalah 100 mg per hari. Penggunaannya dapat dikombinasikan dengan terapi antihiperglikemia oral, seperti metformin, maupun insulin.[4,5]

Mekanisme Kerja DLBS 3233 untuk Terapi Prediabetes

DLBS 3233 mengandung fraksi bioaktif Lagerstroemia speciosa (daun bungur) dan Cinnamomum burmannii (batang kayu manis). Mekanisme kerja DLBS 3233 berhubungan dengan penurunan resistensi insulin, serta peningkatan metabolisme glukosa dan lemak.

Studi pemberian C. burmanii atau kayu manis pada adiposit tikus berhubungan dengan perbaikan signalling insulin, seperti peningkatan kadar glutamine transporter 4 (GLUT4); serta memiliki efek antiinflamasi.

Daun L. speciosa dalam fitofarmaka dipercaya memiliki potensi terapeutik pada diabetes mellitus. Pada tata laksana DM tipe 2, penggunaan fraksi bioaktif L. speciosa berhubungan dengan efek hipoglikemik, peningkatan ekspresi dan aktivasi transporter glukosa, serta stimulasi reseptor insulin.[3,4,6–8]

Kombinasi keduanya dalam DLBS 3233 pada beberapa studi berhubungan dengan peningkatan sensitivitas insulin dan penurunan kadar gula darah. Hal ini diidentifikasi dari peningkatan ekspresi peroxisome proliferator-activated receptor gamma (PPARγ) dan GLUT4 pada sel 3T3 preadiposit Swiss albino yang dimodifikasi menyerupai sel yang resistensi insulin.[1,9]

Mekanisme Kerja DLBS 3233 Diidentifikasi dari Sel Preadiposit Tikus Swiss Albino

Kerja insulin di dalam sel dipengaruhi oleh reseptor dan protein, seperti phosphatidylinositol-3 (PI3) kinase, Akt, PPARγ, dan GLUT4, adiponektin, dan resistin. Peningkatan ekspresi reseptor dan protein ini ditemukan pada pemberian DLBS 3233 pada sel 3T3 preadiposit Swiss albino.[1]

Pada sel 3T3 preadiposit Swiss albino, DLBS 3233 meningkatkan ekspresi PPARγ, yang merupakan regulator PI3 kinase. Hal ini kemudian meningkatkan ekspresi dan fosforilasi PI3 kinase, begitu pula tirosin fosforilase dan Akt.

Akt memiliki peran dalam translokasi GLUT4 ke membran plasma sebagai transporter glukosa. Dengan menstimulasi Akt pada sel 3T3 preadiposit tikus Swiss albino, pemberian DLBS 3233 diduga berhubungan dengan peningkatan ekspresi GLUT4. Diharapkan melalui mekanisme ini, sensitisasi insulin dan uptake glukosa meningkat.[1]

Studi Klinis Terkait Efikasi dan Keamanan Penggunaan DLBS 3233 sebagai Insulin Sensitizer untuk Pasien Prediabetes

Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat efikasi dan keamanan DLBS 3233 untuk pasien prediabetes sebagai insulin sensitizer, seperti pada pada pasien yang mengalami toleransi glukosa terganggu (TGT) dan pada pasien polycystic ovarian syndrome (PCOS) dengan resistansi insulin.

Perbandingan DLBS 3233 dengan Plasebo pada Toleransi Glukosa Terganggu

Tjandrawinata et al. melakukan studi two-arm, prospective, double-blind, randomized, controlled trial pada 80 pasien TGT, yang dibagi menjadi kelompok plasebo (n=36) dan DLBS 3233 (n=38). DLBS 3233 diberikan 50 mg/hari selama 4 minggu. Bila gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) belum <140 mg/dL atau berkurang ≥10% dari baseline, dosis ditingkatkan menjadi 100 mg/hari sampai minggu ke-8.

Setelah minggu ke-4, sekitar 42% pasien memerlukan titrasi dosis menjadi 100 mg/hari untuk mencapai goal terapi. Penurunan GD2PP dan HOMA-IR didapatkan lebih tinggi pada kelompok yang mendapat DLBS 3233 dibanding plasebo pada minggu ke-8 dan ke-12 terapi.[6]

Performa sel β pankreas juga dinilai mengalami perbaikan pada minggu ke-8 dan ke-12 pemberian DLBS 3233 dibandingkan plasebo. Performa sel β pankreas dinilai dari kadar insulin puasa, insulin 2 jam postprandial, dan oral disposition index (DIo). Efek samping pemberian DLBS 3233 yang dilaporkan pada studi ini meliputi pusing, nyeri kepala, palpitasi dan tremor.[6]

Studi ini memperlihatkan perbaikan parameter laboratorium pada mereka dengan TGT setelah pemberian DLBS 3233 selama 12 minggu. Akan tetapi, diperlukan waktu studi yang lebih panjang untuk melihat konversi TGT menjadi DM tipe 2 dengan skala studi yang lebih besar, serta kontrol gaya hidup untuk menentukan efek terapeutik DLBS 3233 pada kelompok TGT.[6]

Penurunan Resistansi Insulin dengan DLBS 3233 pada Pasien PCOS

Permadi et al. melakukan uji terkontrol pada 62 pasien polycystic ovarian syndrome (PCOS) dengan resistansi insulin, di mana pasien mendapatkan 100 mg DLBS 3233 setiap hari selama 6 bulan.

Berdasarkan analisis intention-to-treat, terdapat penurunan resistansi insulin yang signifikan pada pasien PCOS dengan body mass index (BMI) ≥25 kg/m2 di bulan ketiga. Pada bulan keenam, penurunan resistansi insulin masih terjadi meski tidak signifikan.[10]

Walau uji acak terkontrol buta ganda ini tidak menilai resistansi insulin seperti HOMA-IR sebagai luaran klinisnya, penelitian Wiweko et al. pada tahun 2017 menemukan bahwa efek samping lebih banyak dikeluhkan pada kelompok pasien PCOS yang mendapatkan metformin (n= 20) dibandingkan kelompok pasien yang mendapat DLBS 3233 (n=18).[11]

Kesimpulan

Tata laksana prediabetes meliputi terapi nutrisi medis (TNM), olahraga dengan intensitas moderat, dan terapi medikamentosa seperti metformin. DLBS 3233 merupakan mengandung fraksi bioaktif Lagerstroemia speciosa (daun bungur) dan Cinnamomum burmannii (batang kayu manis).

Studi jangka pendek mengenai pemberian DLBS 3233, sebagai agen fitofarmaka, pada pasien prediabetes di samping terapi lainnya diduga memiliki peranan dalam sensitisasi insulin lewat interaksi dengan berbagai reseptor. Dalam uji acak terkontrol populasi kecil, DLBS 3233 ditemukan memiliki efek samping gastrointestinal lebih kecil dibandingkan metformin.

Di Indonesia, DLBS 3233 tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg dengan anjuran konsumsi 1 kapsul per hari. Penggunaannya sudah mendapat ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai terapi tambahan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Referensi