Teknik Blefaroplasti Rejuvenasi Kelopak Mata Atas
Teknik blefaroplasti rejuvenasi kelopak mata atas, atau yang dikenal dengan eyelid lift, dimulai dari persiapan operasi yang baik hingga follow up pascaoperasi oleh dokter bedah plastik.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien preoperasi blefaroplasti atas mencakup beberapa aspek.
Anamnesis
Seperti halnya semua tindakan medis, evaluasi preoperasi dimulai dengan anamnesis untuk membahas keluhan utama, motivasi, dan harapan pasien.[1,2] Pasien dengan penuaan periorbita biasanya mengeluhkan penampilan yang tampak letih, sedih, lesu,[5] atau kelopak mata atas terasa “berat”.[3] Cermin dapat membantu pasien menunjukkan area yang dikeluhkan kepada dokter. Membangun hubungan dokter-pasien yang baik penting untuk menjaga keberlangsungan semua fase manajemen. Anamnesis juga menggali riwayat operasi, trauma, blefaritis, neuromodulator, dan injeksi filler pada wajah sebelumnya.[1,2,6]
Pasien juga ditanya perihal komorbiditas antara lain riwayat alergi, gangguan pembekuan darah, hipertensi, penyakit autoimun, penyakit kolagen vaskuler, dan gangguan hormon. Gejala okuler seperti mata kering dan riwayat operasi refraktif ditanyakan untuk meminimalisasi risiko komplikasi pascaoperasi pada permukaan mata.[1,2,5-7] Konsumsi obat antikoagulan atau anti pembekuan darah, suplemen lain, serta riwayat konsumsi alkohol dan merokok digali karena dapat mengganggu hemostasis dan penyembuhan jaringan pascaoperasi.[1,2]
Pada pasien dengan gangguan fungsional, umumnya terdapat keluhan gangguan lapang pandang. Nyeri kepala frontal dapat timbul akibat penggunaan otot frontalis terus-menerus. Nyeri pada alis juga dapat terjadi. Dermatochalasis juga dapat menyebabkan ptosis bulu mata atau entropion, sehingga menyebabkan iritasi mata. Iritasi kulit akibat dermatochalasis dapat menyebabkan dermatitis.[2,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan penilaian derajat dermatochalasis, prolaps lemak, pengukuran tinggi dan bentuk lipatan kelopak mata, simetri, inflamasi atau lesi lain, serta eksklusi adanya ptosis.[1,2]
Pemeriksaan Bedah Plastik:
Pemeriksaan bedah plastik harus memahami penyebab dasar tindakan in dilakukan. Dermatochalasis adalah longgar atau berlebihnya kulit dan otot kelopak mata. Steatoblepharon adalah penonjolan bantalan lemak kelopak mata akibat melemahnya septum orbita. Temporal hooding adalah temuan umum yang disebabkan oleh ptosis alis temporal dan dermatochalasis lateral.[2,4]
Bila lipatan kelopak mata sangat tinggi atau asimetris, harus dicurigai adanya blefaroptosis akibat dehisensi levator.[1] Ptosis sering disangka sebagai dermatochalasis, dan tidak dapat ditangani dengan tindakan blefaroplasti.[3,4] Karena itu pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi frontal tidak berkontraksi untuk menghilangkan kemungkinan kompensasi otot ini.[8] Alis harus direposisi ke lokasi anatominya di/di atas rima supraorbital untuk mengevaluasi kelopak atas dengan tepat.[6] Kelopak yang tampak penuh pada sisi lateral dapat disebabkan oleh prolaps kelenjar lakrimal.[1]
Untuk pasien fungsional evaluasi preoperasi juga menanyakan gejala gangguan penglihatan. Pemeriksaan fisik meliputi uji lapang pandang dan perbaikan lapang pandang ketika kelopak mata atas diangkat.[1] Lakukan pemeriksaan fenomena Bell untuk mengevaluasi refleks protektif mata.[2,4]
Pemeriksaan alis mata merupakan bagian yang penting pada semua pasien blefaroplasti. Posisi, ketinggian, dan bentuk kurvatura alis dicatat. Alis dikatakan ptosis bila terletak di bawah rima orbita superior. Pada pasien dengan dermatochalasis signifikan, elevasi alis dapat terjadi sebagai kompensasi. Pada kondisi demikian, penurunan alis dapat terjadi pasca blefaroplasti karena perbaikan aksis visual meniadakan perlunya rekrutmen alis. Rejuvenasi alis dapat dilakukan bersamaan dengan blefaroplasti atas.[1,7] Blefaroplasti saja tidak dapat memperbaiki ptosis alis.[4]
Pemeriksaan mata standar:
Pemeriksaan mata standar mencakup evaluasi visus, refleks pupil, gerak bola mata, tear film dan tear lake, adanya kekeringan dan parut pada kornea, lagoftalmus dengan penutupan kelopak mata secara lembut, dan eksoftalmus. Pasien dengan riwayat operasi refraktif seperti laser in situ keratomileusis (LASIK) berisiko menderita sindroma mata kering (dry eyes) setelah dilakukan blefaroplasti. Pengukuran air mata kuantitatif seperti uji Schirmer sebaiknya dilakukan pada pasien demikian. Gejala mata kering harus ditangani secara optimal sebelum dilakukan operasi blefaroplasti, misalnya dengan air mata buatan, imunomodulator seperti siklosporin topikal, dan oklusi puncta.[1,4,5] Pasien dengan orbitopati tiroid sebaiknya mencapai stabilitas 12 bulan sebelum menjalankan operasi.[5]
Sebagai bagian dari pemeriksaan yang holistik, kondisi estetik aspek lain seperti lokasi garis rambut frontal dan kualitas permukaan kulit juga dievaluasi. Tata laksana terhadap setiap struktur sebagai bagian dari satu sama lain akan menghasilkan rejuvenasi yang lebih harmonis dan optimal.[7,8]
Semua hasil pemeriksaan didokumentasikan dengan lengkap. Fotografi sebelum dan sesudah tindakan juga penting untuk dokumentasi dan evaluasi hasil operasi. Pengambilan foto dilakukan dari frontal, oblik (tiga perempat menyamping), dan dari samping. Foto close up mata dapat diambil ketika menatap ke depan, arah atas, dan bawah. Informed consent untuk persetujuan tindakan didapatkan setelah tindakan operasi disetujui.[1,5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan pencitraan tidak diperlukan untuk pasien umum. Pemeriksaan waktu perdarahan dapat berguna pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan. Pencitraan tidak diindikasikan kecuali terdapat iregularitas tulang orbita.[4]
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam prosedur blefaroplasti atas meliputi:
- Instrumen bedah: pinset chirurgis, gunting, needle holder
- Pisau, biasanya no 15
- Benang, biasanya catgut 6-0, nilon 6-0, polipropilene 6-0,[2] atau poliglaktin[4]
- Kauter
- Corneal shield untuk melindungi mata[1,6]
Posisi Pasien
Posisi pasien tegak ketika proses desain operasi. Pasien diposisikan supinasi ketika tindakan akan dimulai.[1]
Prosedural
Prosedur blefaroplasti atas dimulai dengan penandaan desain operasi menggunakan tinta.
Menggambar Desain Blefaroplasti
Lokasi batas bawah lipatan kelopak mata dan batas atas kulit yang akan dibuang ditandai. Lebar desain ini disesuaikan dengan pencubitan kulit yang berlebih, dan tidak boleh terlalu banyak hingga menimbulkan lagofalmus ataupun defisiensi lamela anterior.[1,6,9]
Tindakan Anestesi
Blefaroplasti atas rutin dilakukan dalam setting rawat jalan dengan anestesi lokal. Anestesi lokal biasanya merupakan campuran lidokain 1% dan epinefrin. Natrium bikarbonat dapat ditambahkan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien. Anestesi topikal dapat diberikan untuk mengurangi ketidaknyamanan kornea dan konjungtiva sebelum a dan antisepsis. Anestesi regional jarang diperlukan dalam blefaroplasti. Sedasi sistemik dapat diberikan untuk mendukung efek anestesi lokal. Anestesi umum dapat dipilih pada kasus kombinasi yang melibatkan dahi dan wajah bagian bawah.[1,5,7]
Tindakan Operasi Blefaroplasti
Asepsis dan antisepsis area operasi dilakukan dengan povidon iodin.[1] Insisi dibuat sesuai desain menggunakan pisau, elektrokauter, laser CO2, atau jarum radiofrekuensi.[2] Kulit dibuang sesuai desain. Otot orbicularis oculi dapat dipertahankan atau dibuang tergantung keperluan. Bila diperlukan, septum orbita dibuka pada bagian medial untuk membuang sebagian lemak orbita (bantalan lemak nasal).[1,2,6,7] Preservasi jaringan otot dan lemak pada blefaroplasti konservatif dapat dilakukan bila ingin mempertahankan penampilan periorbita yang penuh. Bila didapatkan defisiensi volume, dapat dilakukan fat graft atau transposisi lemak.[2,6,8,10]
Prolaps kelenjar lakrimal diatasi dengan reposisi kelenjar ketika prosedur blefaroplasti, yaitu resuspensi ke periosteum. Eksisi tidak dilakukan karena akan menyebabkan mata kering.[1,8,10] Asimetri atau penampakan penuh kelenjar lakrimal yang tidak biasa mungkin memerlukan biopsi untuk menyingkirkan keganasan.[1]
Perdarahan dikontrol dengan kauterisasi. Penutupan luka operasi dilakukan secara lapis demi lapis, mulai dari otot kemudian kulit.[1] Blefaroplasti atas dapat dikerjakan bersama dengan browpexy, fiksasi brow fat pad, atau crease elevation.[9,10] Tata laksana adjuvan untuk rejuvenasi periorbita lainnya adalah injeksi toksin botulinum, skin resurfacing, dan injeksi filler atau lemak autolog.[7]
Follow up
Setelah operasi, lakukan kompres dingin pada area operasi dengan interval 30 menit untuk satu hari pertama kemudian hangat untuk hari berikutnya.[1,4] Posisi tidur elevasi kepala sekitar sudut 30 derajat untuk 2 malam pertama. Pasien diinstruksikan untuk mengoleskan salep mata antibiotik dan steroid dua kali sehari pada luka insisi. Sebagian besar pasien tidak membutuhkan analgetik oral, tetapi biasanya obat ini diresepkan secara rutin. Adanya tanda-tanda bahaya seperti perdarahan, gangguan penglihatan, dan sindroma kompartemen (nyeri, proptosis, mual, dan muntah) mengarah pada komplikasi perdarahan retrobulbar dan mengharuskan follow up dan tata laksana segera.[2]
Pasien diperbolehkan mandi pada hari prosedur. Antikoagulan dapat dilanjutkan kembali pada hari ke-2. Aktivitas berat dihindari selama 2 minggu setelah prosedur. Pemakaian make-up sebaiknya dihindari 2-3 minggu. Kunjungan follow up blefaroplasti atas dilakukan 1 minggu pascaoperasi untuk pengangkatan jahitan kulit. Fotografi pascaoperasi final diambil pada follow up 3 bulan pascaoperasi.[1-3,5,7] Bila diperlukan, operasi revisi dilakukan setelah 3 bulan untuk memberikan kesempatan pematangan parut.[4]