Tanda Bahaya Benjolan Gusi

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi

Red flags atau tanda bahaya benjolan gusi perlu dikenali untuk membedakan kondisi berisiko fatal seperti kanker rongga mulut dan abses gigi, dengan kondisi jinak seperti torus dan mukosel. Kebanyakan kasus benjolan gusi berkaitan dengan gingivitis. Meski demikian, benjolan gusi juga bisa muncul akibat trauma, defisiensi nutrisi, dan perubahan hormonal.[1,2]

Etiologi Benjolan Gusi Yang Perlu Diwaspadai

Pada kebanyakan kasus, benjolan gusi memang biasanya disebabkan oleh etiologi yang tidak berbahaya. Akan tetapi, terdapat beberapa kondisi benjolan gusi yang merupakan kegawatdaruratan atau dapat menyebabkan komplikasi berat apabila tidak ditangani. Abses gigi merupakan salah satu contoh penyebab benjolan gusi yang merupakan kegawatdaruratan gigi.[3-5]

benjolan gusi, alomedika

Abses Gigi

Abses di area gusi dapat disebabkan oleh infeksi di pulpa gigi atau infeksi pada gingiva. Abses akibat infeksi pulpa gigi umumnya berupa abses periapikal atau periodontitis apikalis akut. Sementara, abses akibat infeksi di gingiva dapat berupa abses gingiva dan abses periodontal. Abses pada gigi bisa menyebabkan nyeri luar biasa, serta dapat menyebar hingga spasium lain di area kepala dan leher, menyebabkan angina Ludwig yang dapat menimbulkan obstruksi saluran napas.[3,6]

Kista Periapikal

Kista adalah rongga patologis yang tidak berisi pus, melainkan berisi cairan atau semi-cairan. Rongga ini akan terlihat memiliki tepi yang tegas dalam pengamatan radiografi, karena sebagian besar dibatasi oleh epitel. Kista dapat menyebabkan sakit ketika terjadi infeksi sekunder pada lesi, asimetri yang nyata secara klinis, pergeseran gigi, maloklusi, dan meningkatkan risiko fraktur patologis tulang rahang akibat resorpsi masif dari kista.[4,7]

Kanker Rongga Mulut

Kanker rongga mulut merupakan etiologi paling berbahaya dari benjolan gusi. Tanda awal dari kanker rongga mulut meliputi adanya ulkus yang tidak kunjung sembuh, atau lesi berwarna putih atau merah pada gusi yang menetap lebih dari 2 minggu. Pasien bisa mengalami nyeri yang terus menerus, gusi mudah berdarah, nyeri rahang, serta sakit saat mengunyah dan menelan. Pasien juga umumnya mengalami limfadenopati dan penurunan berat badan yang drastis dalam waktu yang singkat.[5,8]

Red Flag Benjolan Gusi

Pasien dengan red flags atau tanda bahaya benjolan gusi memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi penyebab munculnya benjolan dan mendapatkan penanganan segera. Red flags yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Sakit, nyeri, atau linu berlebih dan terus menerus yang semakin parah
  • Demam
  • Halitosis (bau mulut) yang disertai dengan rasa busuk di rongga mulut

  • Benjolan menetap lebih dari 2 minggu
  • Lesi merah atau putih di mulut atau bibir yang mudah berdarah
  • Kesulitan saat mengunyah dan menelan akibat rasa sakit
  • Limfadenopati yang tidak kunjung mereda dalam 6 minggu
  • Penurunan berat badan drastis yang disertai juga dengan kehilangan nafsu makan[3-8]

Pendekatan Penanganan Pasien dengan Red Flag Benjolan Gusi

Pada pasien yang datang dengan keluhan benjolan gusi, perlu dilakukan pemeriksaan klinis singkat untuk mengerucutkan kemungkinan penyebab benjolan. Benjolan akibat abses gigi umumnya timbul berkaitan dengan karies gigi. Sementara itu, benjolan jinak akibat mukosel akan hilang dengan sendirinya dan jarang menimbulkan ketidaknyamanan berarti.

Anamnesis

Pada kasus benjolan gusi, dokter perlu menanyakan apakah benjolan gusi yang diderita sakit atau tidak. Kemudian, tanyakan pula sudah berapa lama benjolan tersebut muncul, serta apakah keluhan memburuk seiring waktu. Selain itu, beberapa gejala lain seperti halitosis, kesulitan mengunyah dan menelan karena rasa sakit, hingga keadaan lesi yang mudah berdarah seringkali menjadi pertanda bahwa benjolan gusi harus segera menjalani perawatan.[3-8]

Gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan yang disertai dengan hilangnya nafsu makan, limfadenopati, dan keringat malam, dapat menjadi pertanda adanya keganasan atau infeksi kronis. Selain itu, jika pasien seorang wanita, tanyakan apakah sedang hamil atau tidak, karena beberapa lesi benjolan gusi merupakan manifestasi perubahan hormonal.[5,8,9]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pertama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital. Perlu diperhatikan apakah ada tanda dan gejala kegawatdaruratan, misalnya sepsis atau obstruksi jalan napas yang timbul sebagai komplikasi abses gigi.[10]

Selanjutnya, lakukan pemeriksaan ekstraoral. Pada pemeriksaan ini perhatikan apakah ada asimetris wajah dan apakah ada pus yang menyebar ke area ekstraoral. Selain itu, perhatikan pula apakah ada pembesaran limfa pada area kepala dan leher.[3-7]

Pemeriksaan fisik selanjutnya adalah pemeriksaan intraoral. Pada pemeriksaan intraoral, dokter perlu melihat di area mana benjolan gusi terjadi. Selain itu, dokter perlu melakukan deteksi awal untuk memperkirakan benjolan gusi disebabkan oleh infeksi, trauma, atau karena gingivitis.[3-8]

Jika dicurigai lesi tersebut adalah abses, maka harus menemukan bagian mana yang menjadi sumber infeksi. Cari gigi yang telah nekrosis atau berlubang besar di sekitar area abses. Perhatikan pula area yang terdapat deposit kalkulus dan tanda-tanda inflamasi [3,6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan sesuai kecurigaan etiologi, misalnya pemeriksaan radiografi orthopantomogram (OPG), periapikal, atau pencitraan lain sesuai letak lesi. Pencitraan akan bermanfaat dalam mendeteksi adanya kista dan abses. Biopsi pada lesi diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker rongga mulut.[3-8]

Tata Laksana

Tata laksana harus disesuaikan dengan etiologi yang mendasari munculnya benjolan. Pada kasus abses, penatalaksanaan adalah dengan memberikan antibiotik peroral yang disertai dengan tindakan insisi dan drainase. Dapat juga dipertimbangkan penggunaan tampon pasca drainase pada abses yang besar. Setelah drainase, dokter dapat melakukan tindakan perawatan lanjutan pada area fokal infeksi, seperti perawatan saluran akar atau pencabutan gigi.[3,6]

Sementara, perawatan pada kista adalah dengan melakukan enukleasi dan marsupialisasi. Enukleasi adalah menghilangkan lapisan kista secara keseluruhan, sedangkan marsupialisasi dilakukan dengan membuat kantong dan aspirasi isi kista yang dilanjutkan dengan irigasi lumen kista. Enukleasi memiliki prognosis yang sangat baik, namun marsupialisasi menjadi pilihan jika perawatan enukleasi dapat berpotensi merusak struktur vital seperti nervus inferior mandibular atau risiko fraktur tulang.[4,7]

Perawatan kanker rongga mulut sama seperti perawatan pada jenis kanker lainnya, yaitu operasi, kemoterapi, radioterapi, hingga terapi obat tertarget.[5,8]

Referensi