Profil Bakteriologi Cairan Efusi Pleura

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Mengetahui profil bakteriologi cairan efusi pleura sangat penting untuk mencapai keberhasilan cakupan terapi empiris. Diketahui bahwa mortalitas efusi pleura terkait infeksi berkisar 20–30% pada pasien dewasa dan lansia, di mana angka mortalitas ini diobservasi terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Oleh karena itu, penerapan terapi yang adekuat berdasarkan profil bakteriologinya sangat diperlukan untuk mencegah mortalitas.[1-4]

Profil bakteriologi pada efusi pleura dengan infeksi telah mengalami perubahan secara signifikan. Sebelum ditemukannya antibiotik, Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri kokus Gram positif yang sering ditemukan pada cairan efusi pleura. Namun, Streptococcus pneumoniae saat ini hanya menyumbang sekitar >11% dari kasus yang ada.[1,2]

 Pleural,Fluid,Analysis,Medical,Check,Up,Test,Tube,With,Biological

Beberapa studi penelitian melaporkan beberapa bakteri yang sering ditemukan pada cairan pleura adalah Pneumococcus spp., Escherichia coli, Klebsiella spp., Pseudomonas spp., dan Enterobacter spp. Meski demikian, profil bakteriologi pada cairan efusi pleura sangat bervariasi, dan dapat digolongkan berdasarkan usia, infeksi dari komunitas maupun nosokomial, serta patogen berdasarkan geografis.[1,3,5]

Profil Bakteriologi Cairan Efusi Pleura Berdasarkan Usia

Tinjauan sistematis Bapti et al. tahun 2021 meneliti profil bakteriologi pada cairan pleura berdasarkan kelompok usia terutama pediatrik. Dalam studi tinjauan tersebut, Streptococcus pneumoniae adalah penyebab infeksi pada efusi pluera tersering pada pasien pediatrik dengan proporsi sebesar 85%. Infeksi Streptococcus pyogenes juga ditemukan sebanyak 11% pada kelompok usia tersebut.[2]

Pada pasien dewasa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans dilaporkan menjadi penyebab infeksi terbanyak pada cairan efusi pleura,  diikuti dengan Pseudomonas spp., kelompok Enterobacteriaceae, dan Streptococcus pneumoniae.[2

Profil Bakteriologi Cairan Efusi Pleura Nosokomial vs Komunitas

Perbedaan profil bakteriologi pada efusi pleura akibat infeksi nosokomial dan komunitas disebabkan oleh sumber patogen dan faktor risiko yang terdapat pada pasien. Pada efusi pleura nosokomial, terjadi infeksi oleh patogen yang didapatkan saat perawatan di rumah sakit.[1-4]

Faktor Risiko terkait Profil Bakteriologi Cairan Efusi Pleura

Faktor risiko dari efusi pleura nosokomial adalah adanya penyakit komorbid, serta durasi rawat inap dan tirah baring yang lama. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran memiliki risiko aspirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien rawat inap lainnya.

Bila pasien mengalami aspirasi, profil bakteriologi efusi pleura nosokomial akan didominasi oleh bakteri usus Gram negatif. Hal ini dikarenakan masuknya cairan gastrointestinal ke dalam paru, di mana bakteri Gram negatif merupakan bakteri yang paling sering dijumpai di saluran gastrointestinal.[3,5-8]

Sementara faktor risiko pada efusi pleura komunitas meliputi usia lanjut, adanya penyakit komorbid, penggunaan obat-obatan imunosupresan maupun antibiotik, status gizi, kebiasaan merokok, serta kebersihan dan kesehatan gigi yang buruk. Pada efusi pleura komunitas, profil bakteriologi yang mendominasi adalah Streptococci oral mikroaerofilik; termasuk kelompok viridans dan pneumokokus.[2-8]

Studi Profil Bakteriologi pada Efusi Pleura

Terdapat 3 penelitian yang mengidentifikasi jenis-jenis patogen yang terdapat pada cairan efusi pleura baik infeksi komunitas maupun nosokomial.

Tinjauan Sistematis oleh Hassan et al. tahun 2019:

Hassan et al. tahun 2019 melakukan peninjauan jenis-jenis patogen dari 10.241 pasien efusi pleura (komunitas maupun nosokomial). Studi ini menemukan bahwa bakteri aerob Gram positif (65,1%) merupakan kelompok bakteri yang mendominasi efusi pleura komunitas, diikuti oleh bakteri anaerob, kemudian bakteri aerob Gram negatif. Adapun bakteri aerob yang paling umum ditemukan pada efusi pleura komunitas adalah Streptococcus viridans (32%), pneumokokus (22%), diikuti oleh Staphylococcus aureus (18,5%).[1]

Pada sisi lain, bakteri yang paling sering ditemukan pada efusi pleura nosokomial adalah bakteri aerob Gram negatif (37,5%), diikuti dengan bakteri anaerob (11%). Bakteri aerob yang paling umum ditemukan adalah Staphylococcus aureus, diikuti oleh kelompok Enterobacteriaceae, Pseudomonas spp. dan Klebsiella spp.

Selain itu, ditemukan bahwa sebanyak 67% pasien efusi pleura komunitas dan 42% pasien efusi pleura nosokomial terinfeksi dengan Methicillin-susceptible Staphylococcus aureus.[1]

Hasil tinjauan Hassan et al. juga menunjukkan perbedaan dominasi kelompok mikroba di daerah iklim tropis, subtropis, dan sedang. Pada daerah subtropis, tingkat insiden bakteri Gram negatif ditemukan paling tinggi dibandingkan dua wilayah lainnya. Sementara itu,  Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling sering ditemukan pada hasil kultur untuk daerah tersebut.[1]

Daerah beriklim tropis dan sedang sebaliknya memiliki tingkat insiden bakteri Gram positif yang lebih tinggi. Streptococcus viridans mendominasi daerah iklim sedang sedangkan Streptococcus pneumoniae mendominasi daerah tropis.[1]

Tinjauan Sistematis oleh Roy et al. tahun 2021:

Roy et al. menganalisa hasil kultur cairan efusi pleura dari tiga penelitian berskala besar. Bakteri aerob pada efusi pleura nosokomial yang paling umum ditemukan adalah Staphylococcus aureus (45%), Enterobacteriaceae (19,6%), Streptococcus viridans (9%) dan Pseudomonas spp (6,5%).[2]

Sementara, bakteri aerob yang paling umum ditemukan pada cairan efusi pleura komunitas adalah Streptococcus viridans (25%), Streptococcus pneumoniae (23,8%), Staphylococcus aureus (14,5%) dan Enterobacteriaceae (7,5%).

Bakteri anaerob juga ditemukan pada 11% kasus efusi pleura nosokomial dan 18% pada kasus efusi pleura komunitas. Berdasarkan tinjauan sistematis ini, infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) ditemukan sebanyak 25,8% pada kasus efusi pleura komunitas dan 68,8% pada kasus efusi pleura nosokomial.[2]

Studi oleh Bedawi et al. tahun 2019:

Dalam studi Bedawi et al., bakteri yang paling sering ditemukan pada efusi pleura komunitas adalah Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Enterobacteriaceae, dan Pseudomonas spp.

Sementara, Staphylococcus aureus (42%), diikuti oleh Enterobacteriaceae, Streptococcus viridans, Pseudomonas spp., dan Klebsiella spp. merupakan bakteri yang paling umum ditemukan pada pleura nosokomial.[3]

Profil Bakteriologi Berdasarkan Letak Geografis

Variasi pola bakteriologi berdasarkan letak geografis bergantung pada empat faktor, yaitu tingkat ekonomi dan kesehatan masyarakat suatu wilayah, ketersediaan dan kompleksitas pelayanan kesehatan terutama dalam perawatan pasien, praktik peresepan antibiotik berbeda, serta variasi iklim dari suatu wilayah. Selain mempengaruhi variasi pola bakteriologi, keempat faktor tersebut juga mempengaruhi resistensi antibiotik pada kondisi efusi pleura.[1-3]

Variasi Pola Bakteriologi Berdasarkan Iklim:

Pada daerah dengan iklim tropis, pola bakteriologi didominasi bakteri Gram positif seperti Pneumococcus sp. Oleh karena itu, dapat dilihat tingginya tingkat insiden pneumonia pneumokokus di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), sebagian besar wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta beberapa wilayah di Afrika.[4,5,8]

Pola bakteriologi efusi pleura di daerah beriklim sedang juga menunjukkan dominasi bakteri Gram positif terutama Streptococcus viridans. Infeksi oleh bakteri ini terkait dengan infeksi oral dan dental serta angka konsumsi alkohol yang tinggi pada beberapa wilayah di Eropa dan Asia Timur.[1,3,7]

Sementara itu, pada daerah dengan iklim subtropis seperti Jepang, Korea, Taiwan, India, Nepal, dan Sri Lanka, terlihat proporsi bakteri Gram negatif yang lebih tinggi terutama Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas spp. Dominasi kedua bakteri tersebut terkait dengan tingginya insiden penyebaran infeksi secara hematogen.[5,7,8]

Sementara itu, di Australia yang memiliki iklim subtropis, pola bakteriologi pada cairan efusi pleura didominasi oleh Streptococcus milleri.[1-3]

Organisme Spesifik Tuberkulosis

Organisme spesifik yang paling sering ditemukan pada cairan efusi pleura adalah Mycobacterium tuberculosis yang terkait dengan tuberkulosis (TB) paru. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa insiden efusi pleura akibat TB paru berkisar 5-25%. TB paru dinilai sebagai penyebab efusi pleura paling umum di daerah endemik dengan berbagai jenis efusi pleura transudat maupun eksudat.[4,5]

Infeksi polimikrobial yakni koinfeksi Mycobacterium tuberculosis dengan bakteri lain seperti Staphylococcus aureus, juga dapat ditemukan pada cairan efusi pleura pasien dengan empiema tuberkulosis.[2,3,7]

Prinsip Terapi Efusi Pleura dengan Infeksi

Sebagian besar penelitian menunjukkan akurasi hasil diagnostik kultur bakteri pada cairan pleura rendah, mengartikan sebagian besar bakteri penyebab tidak diketahui secara pasti sehingga diperlukan pemberian terapi antimikroba yang bersifat empiris.[5-9]

Pemilihan terapi empiris harus didasarkan pada pola bakteriologi yang mendominasi di wilayah tersebut. Terapi kombinasi ampicillin/sulbactam dapat menjadi pilihan terapi antibiotik empiris pada pasien dengan efusi pleura komunitas.[3,7,9]

Terapi empiris dengan vancomycin, linezolid, carbapenem, sefalosporin generasi ketiga, serta metronidazole atau clindamycin dapat menjadi pilihan terapi pada efusi pleura nosokomial yang didominasi oleh bakteri anaerob dan MRSA.[3,5,7,8]

Setelah didapatkan hasil kultur bakteri dari analisa cairan pleura dan uji kepekaan terhadap antibiotik, maka pasien dapat diberikan terapi definitif sesuai hasil yang ada.[7-10]

Pada pasien efusi pleura dengan tuberkulosis paru, dapat diberikan terapi obat antituberkulosis yang umumnya diberikan selama 6-12 bulan.[3,9]

Kesimpulan

Pengetahuan tentang profil bakteriologi pada efusi pleura masih sangat terbatas, sehingga diperlukan pemahaman lanjutan yang lebih lengkap. Profil bakteriologi pada efusi pleura dipengaruhi oleh sumber patogen yang didapat baik dari komunitas maupun nosokomial dan  lokasi geografis.

Patogen yang paling umum ditemukan pada cairan efusi pleura adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridans. Pola bakteriologi pada efusi pleura komunitas dan nosokomial sangat berbeda. Bakteri Gram negatif dan bakteri yang resistan terhadap obat, ditemukan lebih banyak pada efusi pleura nosokomial dibandingkan dengan efusi pleura komunitas.

Pola bakteriologi berdasarkan geografis menunjukkan bahwa bakteri Gram positif seperti Pneumococcus spp. merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada pasien efusi pleura di wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia. Selain bakteri-bakteri tersebut, Mycobacterium tuberculosis sebagai patogen penyebab efusi pleura juga perlu dipertimbangkan di Indonesia.

Terapi efusi pleura dengan infeksi selalu dimulai secara empiris dengan cakupan spektrum luas, sampai hasil kultur mikroba menginformasikan terapi yang lebih terarah. Profil bakteriologi pada efusi pleura diharapkan dapat membantu pilihan terapi antibiotik empiris yang tepat dan mengatasi prevalensi resistensi antibiotik yang didukung dengan ketersediaan data tentang pola resistensi lokal.

Referensi