Fobia pada anak tetap harus mendapatkan terapi karena pada fobia akan timbul perilaku menghindar yang spesifik yang berpotensi mengganggu proses belajar dan perkembangan kognitif pada anak. Namun sebelumnya perlu diperhatikan

1. Apakah diagnosis fobia tegak dan bukan ketakutan tidak rasional yang memang sering ditemukan pada anak? 

2. Apakah ketakutan yang timbul bukan akibat gangguan cemas atau afektif lain, misalnya takut sekolah sebagai bagian dari separation anxiety

3. Lakukan penilaian tingkat disfungsi peran pada anak, gunakan data dari sumber yang multiple, termasuk dari guru dan peer bila memungkinkan 

4. Utamakan penggunaan terapi non farmakologi seperti controlled exposure, desensitisasi, atau ERP

5. Tujuan dari terapi bukan menghilangkan ketakutan tapi membuat pasien adaptif dengan ketakutan nya

Semoga bisa membantu 

Alo dok.Menurut saya bila fobia nya masih dalam kondisi ringan dan sedang, bisa dilakukan terapi pemaparan terhadap fobianya itu sendiri dan terapi Cognitive behavior therapy. Namun bila fobianya sudah berat yg berarah ke gejala panik dan atau psikotik serta pada fobia tertentu yg sangat mengganggu kehidupan sosial seperti agorafobia mungkin perlu dirujuk ke dokter spesialis kejiwaan untuk terapi lanjutnya dok.

Alo Dokter,
IMHO menurut saya fobia bisa saja terjadi pada anak misalnya fobia sosial sehingga anak sering tidak masuk atau fobia spesifik misalnya terhadap jarum suntikPenanganan bisa dengan terapi perilaku misalnya dgn relaksasi, anak dibriefing sebelum diimunisasi, memberikan distraksi untuk mengalihkan perhatian anak, hipnosis, atau bisa juga dengan pemberian obat bila keluhan/gejalanya sangat menggangu.Salah satu referensi: https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2377960818759442

Siap dokter, Terima kasih banyak dokter