Pemeriksaan Lever Sign untuk Mendiagnosis Cedera ACL Akut

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Lever sign merupakan pemeriksaan fisik yang bermanfaat untuk mendiagnosis cedera anterior cruciate ligament (ACL). Dalam beberapa uji klinis, lever sign dilaporkan memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat membantu diagnosis ruptur ACL akut, terutama di instalasi gawat darurat.[1-3]

Anterior cruciate ligament adalah ligamen yang menghubungkan tulang femur dan tibia, serta berperan dalam menstabilkan pergerakan lutut. Cedera ACL merupakan salah satu cedera lutut yang paling umum, dengan estimasi sekitar 252.000 kasus per tahun di Amerika Serikat.[4-6]

shutterstock_1708884979-min

Cedera ACL biasanya terjadi pada atlet atau orang-orang yang rutin berolahraga, di mana risiko tertinggi adalah olahraga basket, sepak bola, dan ski. Penyebab cedera ACL umumnya adalah gerakan tiba-tiba seperti gerakan berhenti, berputar, dan berubahnya arah lutut. Hiperekstensi atau trauma dengan kontak langsung pada lutut juga dapat menyebabkan cedera ligamen.[4-6]

Diagnosis Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL)

Diagnosis cedera ACL selama ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik tradisional seperti anterior drawer test, serta pemeriksaan penunjang seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan/atau arthroscopy jika memungkinkan.

Pasien dengan cedera ACL sering kali mengeluhkan nyeri lutut, pembengkakan, deformitas, dan rasa tidak stabil pada lutut. Kasus yang dideteksi dan ditangani dengan cepat memiliki prognosis yang baik, tetapi studi menunjukkan bahwa penanganan yang tertunda dapat mengurangi stabilitas ACL dan meningkatkan risiko cedera meniskus.[3-5]

Hal ini juga berpotensi menimbulkan gangguan kartilago yang dapat menyebabkan osteoarthritis dan total joint arthroplasty. Selain anterior drawer test, beberapa pemeriksaan fisik tradisional lain adalah Lachman test dan pivot-shift test. Anterior drawer test bersifat cukup efektif untuk mendiagnosis cedera ACL kronik, tetapi kurang efektif untuk mendiagnosis cedera akut (sensitivitas 38–92% dan spesifisitas 67–91%).[3-5]

Pivot-shift test memiliki spesifisitas yang tinggi (81–99%) tetapi memiliki sensitivitas yang rendah (18–48%). Sementara itu, Lachman test dilaporkan sebagai pemeriksaan paling valid karena memiliki sensitivitas 81–86% dan spesifisitas 81–94%. Akan tetapi, ketiga pemeriksaan tradisional ini memiliki beberapa kekurangan.[3,6]

Anterior drawer test dan Lachman test dilaporkan sulit dilakukan oleh pemeriksa dengan ukuran tangan kecil, terutama pada pasien dengan paha muskular/besar. Hasil tes juga sering sulit diinterpretasikan pada fase akut karena ada pembengkakan jaringan lutut, hemarthrosis, efusi sendi, dan resistensi oleh pasien karena rasa nyeri.[3,6]

Pemeriksaan Lever Sign

Pada tahun 2005, lever sign atau disebut juga sebagai Lelli test, diperkenalkan sebagai pemeriksaan fisik yang membantu diagnosis cedera ACL. Pemeriksaan lever sign mudah dilakukan serta dikatakan dapat mengatasi kekurangan dari pemeriksaan ACL yang sudah dikenal sebelumnya. Cara memeriksa lever sign adalah:

  • Pasien diposisikan secara supine dan lutut diatur dalam posisi ekstensi
  • Pemeriksa meletakkan kepalan tangannya di bawah tuberositas tibia pada sisi lutut pasien yang diperiksa
  • Dengan tangan yang lain, pemeriksa memberikan tekanan ke arah bawah pada bagian distal femur yang diperiksa

Hasil pemeriksaan lever sign mudah diinterpretasikan. Jika ACL pasien intak maka kaki pasien akan terangkat ketika diberikan tekanan pada distal femur. Jika ACL pasien tidak intak, kaki pasien tidak terangkat dan akan tetap terletak di alas pemeriksaan saat diberikan tekanan.[2,3,6]

Studi tentang Akurasi Pemeriksaan Lever Sign

Mengikuti perkenalan lever sign di tahun 2005, berbagai uji klinis kemudian dilakukan untuk membuktikan akurasinya sebagai metode diagnosis cedera ACL. Angka sensitivitas dan spesifisitas yang dilaporkan oleh berbagai studi tersebut tampak bervariasi, tetapi mayoritas hasil menunjukkan angka yang memuaskan.

Studi oleh Leli et al

Leli et al pada tahun 2016 melakukan studi prospektif, yang melibatkan 400 pasien. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan temuan MRI (ACL lengkap atau parsial) dan fase klinis cedera (akut atau kronis). Penilaian klinis dilakukan dengan tes Lachman, tes anterior Drawer, tes Pivot shift, dan tes Lever sign. Selain itu, sebagai kelompok kontrol, tes Lever sign dilakukan juga pada 400 subjek dengan ACL tidak terluka.

Hasil studi menunjukkan semua test hampir 100% sensitif untuk pasien dengan robekan ACL yang kronis dan lengkap. Namun, untuk pasien dengan robekan parsial akut, sensitivitas Lever sign lebih tinggi rendah daripada tes lainnya. Studi ini menyimpulkan bahwa tes Lever sign lebih sensitif untuk mendiagnosis robekan ACL akut dan parsial dibandingkan dengan tes manual lainnya.[2]

Studi oleh Jarbo et al

Pada tahun 2017, Jarbo et al meneliti 102 pasien dengan hasil yang menunjukkan bahwa sensitivitas tertinggi ditemukan pada Lachman test (90%), lalu anterior drawer test (88%), lalu lever sign (63%), dan yang terakhir adalah pivot-shift sign (59%). Sementara itu, spesifisitas tertinggi ditemukan pada pivot-shift test (98%), lalu Lachman test (96%), lalu anterior drawer test (94%), dan terakhir lever sign (77%).

Pada penelitian ini, akurasi tertinggi terdapat pada Lachman test (93%) dan terendah pada lever sign test (77%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Lever sign memiliki akurasi yang lebih rendah jika dibandingkan Lachman test, tetapi masih lebih sensitif jika dibandingkan dengan pivot-shift test.

Studi ini juga masih meragukan akurasi lever sign test karena belum ada data sufisien tentang perbandingan akurasi lever sign test pada kasus kronik vs akut, serta pada kasus ruptur total vs. parsial. Kelebihan lever sign adalah akurasinya yang tidak terpengaruh oleh pengalaman pemeriksa. Hal ini berbeda dengan pemeriksaan lain.

Lever sign test yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran maupun residen ortopedi memberikan akurasi yang hampir sama. Selain itu, lever sign test juga memberikan akurasi yang hampir sama baik dengan penggunaan anestesi ataupun tidak. Hal ini berarti bahwa lever sign test dapat digunakan untuk kasus yang sulit diperiksa akibat nyeri.[5]

Studi oleh McQuivery et al

Berbeda dengan studi lain, studi tahun 2019 yang dilakukan McQuivey et al terhadap 45 pasien menunjukkan bahwa lever test memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 93,75% bila dibandingkan dengan anterior drawer/Lachman test (sensitivitas 40% dan spesifisitas 100%). Penelitian ini juga menemukan bahwa akurasi lever test tidak dipengaruhi oleh pengalaman pemeriksa.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa lever test memiliki sensitivitas yang tinggi, dapat mengurangi angka negatif palsu, serta dapat dilakukan oleh pemeriksa dengan latar belakang pengalaman yang bervariasi.[3]

Studi oleh Guiraud et al

Pada tahun 2021, studi prospektif oleh Guiraud et al menyimpulkan bahwa Lever sign lebih unggul daripada uji klinis lainnya, dengan sensitivitas 92,5%. Studi ini melibatkan 52 pasien ruptur ACL akut (<8 hari) di UGD, di mana semua dokter yang melakukan test adalah residen dalam pelatihan.

Tes Lever sign dinyatakan relatif tidak menimbulkan rasa sakit, mudah dilakukan, dan interpretasi visualnya memerlukan lebih sedikit pengalaman.[1]

Studi oleh Bucher et al

Penelitian yang dipublikasikan tahun 2022 ini bertujuan untuk menentukan sensitivitas Lever sign untuk diagnosis klinis robekan ACL, pada perawatan primer pasien dengan cedera lutut akut. Penelitian melibatkan 258 pasien cedera di pegunungan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sensitivitas Lever sign untuk diagnosis klinis robekan ACL lebih rendah dari yang diharapkan. Sebaliknya, tes Lachman menunjukkan sensitivitas yang sangat tinggi. Oleh karena itu, Lever sign dapat melengkapi tes Lachman, tetapi bukan merupakan penggantinya.[7]

Kesimpulan

Lever sign merupakan pemeriksaan fisik baru yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan pemeriksaan fisik tradisional dalam mendiagnosis cedera ACL akut. Hasil pemeriksaan tradisional seperti anterior drawer test, Lachman test, dan pivot-shift test dilaporkan sulit diinterpretasikan pada cedera akut karena adanya pembengkakkan jaringan di sekitar lutut, hemarthrosis, resistensi oleh pasien karena rasa nyeri, dan ketergantungan pada keahlian pemeriksa.

Akurasi lever sign tidak dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Pemeriksaan lever sign mudah dilakukan oleh pemeriksa dengan tingkat pengalaman yang bervariasi dan tidak terkendala oleh rasa nyeri pasien. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan lever sign tidak berbeda secara signifikan dalam hal sensitivitas, spesifisitas, dan tingkat akurasi bila dibandingkan dengan pemeriksaan ACL lainnya.

Studi lebih lanjut dengan ukuran populasi lebih besar untuk membandingkan akurasi lever sign pada kasus akut vs. kronik, serta pada kasus ruptur parsial vs. total juga masih diperlukan. Sementara ini, bukti yang ada menunjukkan bahwa lever sign dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan dengan pemeriksaan ACL lain untuk mendiagnosis cedera ACL.

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi