Rekonstruksi Laserasi Bibir: Tips untuk Hasil Terbaik

Oleh :
dr. Johannes Albert B. SpBP-RE

Untuk mendapatkan hasil rekonstruksi laserasi bibir yang terbaik secara estetik dan secara fungsi, dokter perlu memahami anatomi bibir yang mengalami laserasi, tipe cedera, dan mekanisme trauma yang terjadi. Selain itu, dokter juga perlu mengetahui prosedur debridement yang tepat, anjuran periode rekonstruksi, dan metode rekonstruksi yang memberikan hasil terbaik.

Struktur Anatomi Bibir

Struktur anatomi pada permukaan bibir yang penting untuk dipertemukan pada rekonstruksi laserasi adalah Cupid’s bow, white roll, wet line, philtrum, dan perbatasan antara vermilion serta kulit. Pada potongan sagital vermilion, terdapat tiga struktur anatomi yang penting untuk direkonstruksi pada kasus laserasi, khususnya pada kasus laserasi full-thickness. Tiga struktur tersebut adalah kulit, otot, dan mukosa. Pada kasus trauma yang rumit, struktur anatomi penting di sekitar bibir seperti otot, saraf, dan pembuluh darah perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil rekonstruksi yang terbaik.[1,2]

Rekonstruksi Laserasi Bibir Tips untuk Hasil Terbaik-min

Mekanisme Trauma Bibir dan Perioral

Trauma pada area bibir dan perioral dapat diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, cedera olahraga, perkelahian, kecelakaan kerja, atau kecelakaan di rumah. Mekanisme cedera (misalnya trauma tumpul, trauma tajam, atau crush injury) akan mempengaruhi hasil akhir rekonstruksi. Pada crush injury, dapat terjadi kerusakan pembuluh darah kecil yang menyebabkan kematian jaringan dan hambatan proses penyembuhan. Selain itu, laserasi intraoral umumnya juga dapat melibatkan area bibir karena lokasi bibir yang dekat dengan struktur anatomis yang keras yaitu gigi.[2,3]

Saat melakukan pemeriksaan fisik pada kasus-kasus trauma bibir dan perioral, perlu dilakukan penilaian berikut:

  • Tipe cedera jaringan apakah berupa laserasi, avulsi, atau kehilangan jaringan
  • Deskripsi lokasi, ukuran, tepian, dan kedalaman luka
  • Apakah terdapat luka yang menembus seluruh ketebalan bibir (kulit, otot, dan mukosa) dan apakah ada cedera yang melibatkan gigi atau maksila
  • Ada tidaknya benda asing seperti batu, pasir, atau pecahan kaca [2]

Rekonstruksi Laserasi Bibir

Langkah awal dalam rekonstruksi laserasi bibir adalah tindakan wound preparation atau debridement. Agar tindakan ini dapat dilakukan dengan efektif, luka dapat dianestesi terlebih dahulu menggunakan anestesi lokal. Obat yang paling umum digunakan adalah lidocaine dengan atau tanpa epinefrin. Tindakan debridement dimulai dengan irigasi luka menggunakan cairan NaCl steril yang diaplikasikan dengan tekanan. Cara mudah melakukan hal ini adalah dengan menggunakan irrigator atau spuit.

Pada langkah selanjutnya, jaringan yang mati dan benda asing yang terdapat pada luka dapat dibuang secara bedah. Walaupun evidence yang ada tidak menunjukkan bahwa penggunaan sarung tangan steril berdampak secara signifikan terhadap angka infeksi, penggunaannya dalam tatalaksana laserasi tetap dianjurkan terutama pada cedera yang kompleks.[2]

Penutupan luka secara langsung (primary wound closure) dianjurkan untuk luka yang terjadi dalam periode 24 jam. Namun, penutupan luka dapat ditunda pada kasus luka dengan kontaminasi berat, luka gigitan, luka dengan infeksi, dan luka yang telah terjadi lebih dari 24 jam.

Bila laserasi hanya melibatkan kulit dan memiliki konfigurasi sederhana, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan seperti penjahitan luka, penggunaan tape luka, atau lem jaringan. Penggunaan lem jaringan memiliki tingkat dehisensi luka yang lebih tinggi karena area bibir merupakan area yang aktif bergerak dan sering terkena makanan dan minuman. Teknik penutupan luka yang paling disarankan adalah dengan penjahitan luka. Teknik ini memastikan aproksimasi struktur-struktur anatomi yang kompleks dapat tercapai dengan baik.[2,4]

Tips untuk Mendapatkan Hasil Rekonstruksi Bibir Terbaik

Untuk mendapatkan hasil rekonstruksi laserasi bibir yang terbaik secara estetik dan secara fungsi, tips-tips berikut perlu diperhatikan:

  1. Laserasi yang melewati batas vermilion dan kulit memerlukan aproksimasi yang akurat. Pada laserasi semacam ini, white skin roll dan vermilion border pada kedua sisi tepi luka harus dipertemukan dengan baik untuk menghindari tampilan step off pada garis bibir
  2. Wet line harus dipertemukan dengan baik pada kasus laserasi vermilion. Wet line yang tidak diaproksimasi dengan akurat akan menimbulkan tampilan vermilion yang tidak wajar karena mukosa yang seharusnya tersembunyi di intraoral dapat tampak pada permukaan luar bibir

  3. Struktur anatomis yang penting dan unik seperti philtrum, philtral column, dan Cupid’s bow sedapat mungkin dipertahankan pada saat debridement karena struktur ini sulit untuk digantikan
  4. Laserasi yang melibatkan seluruh ketebalan bibir (kulit, otot, dan mukosa) harus direkonstruksi lapis demi lapis. Umumnya laserasi direkonstruksi mulai dari dalam ke arah luar, yaitu mulai dari mukosa, otot, hingga kulit. Untuk mempermudah rekonstruksi, landmark anatomis pada tiap-tiap bagian dijahit terlebih dahulu, seperti wet line, white skin roll, dan vermilion border

  5. Otot orbicularis oris harus diidentifikasi dan dijahit dengan baik. Apabila otot ini tidak direkonstruksi, maka di kemudian hari dapat timbul cekungan pada vermilion pada posisi statis atau dinamis (seperti saat tersenyum) [2]

Pilihan benang yang dapat digunakan pada rekonstruksi bibir dan perioral adalah sebagai berikut:

  • Untuk vermilion dan mukosa, disarankan menggunakan benang absorbable ukuran 4-0 atau 5-0
  • Untuk otot, disarankan menggunakan benang absorbable ukuran 4-0 dengan material yang bertahan cukup lama seperti polyglycolic acid karena struktur ini merupakan struktur yang aktif bergerak
  • Untuk kulit, disarankan menggunakan benang nonabsorbable ukuran 5-0 atau 6-0. Pada kulit dapat pula ditambahkan jahitan intradermal dengan benang absorbable ukuran 5-0 dan 6-0

Pilihan benang di atas hanya merupakan panduan. Bila terdapat pertimbangan khusus, dapat digunakan pilihan benang yang lain. Sebagai contoh, benang absorbable dapat digunakan untuk penjahitan luka pada pasien anak yang tidak kooperatif untuk menghindari tahapan pengangkatan benang setelah prosedur selesai. Benang nonabsorbable pada kulit dapat diangkat pada hari ke-5 hingga hari ke-7 pasca tindakan.[2,5]

Perawatan Pasca Rekonstruksi

Perawatan pasca rekonstruksi dilakukan dengan menjaga kebersihan luka. Untuk luka yang terdapat pada bagian intraoral, disarankan berkumur menggunakan obat kumur yang mengandung chlorhexidine 2 kali per hari selama 1 minggu untuk mencegah infeksi. Untuk luka yang terdapat pada bagian luar atau bagian kulit, perawatan dapat menggunakan salep antibiotik topikal 2 kali per hari. Salep ini dapat membantu menjaga kelembaban luka yang dijahit dan mencegah terbentuknya krusta. Penggunaan antibiotik sistemik untuk profilaksis hanya dianjurkan pada kasus-kasus khusus seperti luka yang sangat terkontaminasi, pasien dengan alat prostetik, pasien dengan imunodefisiensi, dan pasien dengan risiko endokarditis bakterial.[2]

Kasus yang Sebaiknya Dirujuk

Pelatihan khusus mengenai rekonstruksi laserasi pada area wajah bagi dokter yang bertugas di unit gawat darurat terbukti dapat menurunkan angka komplikasi pasca tindakan.[6] Namun, kasus laserasi pada area wajah terkadang merupakan kasus yang kompleks dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. Beberapa contoh kasus yang sebaiknya dirujuk ke dokter bedah plastik rekonstruksi dan estetik antara lain:

  • Laserasi bibir dengan jaringan nonvital yang luas
  • Laserasi dengan tepi yang sangat irregular sehingga sulit direkonstruksi
  • Laserasi yang disertai dengan avulsi jaringan (terlepasnya kulit dari jaringan di bawahnya sehingga menyerupai flap)
  • Laserasi yang dicurigai melibatkan struktur penting seperti saraf, kelenjar air liur, atau saluran kelenjar air liur
  • Laserasi yang disertai cedera gigi geligi, gusi, sulcus gingivobuccal, dan adanya kecurigaan fraktur pada tulang maksila atau mandibula

Kesimpulan

Sebelum memulai rekonstruksi laserasi bibir, dokter perlu memperhatikan tipe cedera yang terjadi, kondisi luka, dan ada tidaknya benda asing. Setelah itu, dokter melakukan debridement dengan bantuan anestesi lokal. Debridement diawali dengan irigasi menggunakan NaCl steril. Penutupan luka secara primer dianjurkan untuk luka yang terjadi dalam periode 24 jam. Namun, penutupan luka dapat ditunda pada kasus luka dengan kontaminasi berat, luka gigitan, luka dengan infeksi, dan luka yang telah terjadi lebih dari 24 jam. Teknik yang paling disarankan untuk rekonstruksi adalah teknik penjahitan luka.

Referensi