Reduksi Tertutup Dislokasi Bahu: Rekomendasi Waktu

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO

Reduksi tertutup pada kasus dislokasi bahu umumnya direkomendasi untuk dilakukan secara cepat tanpa penundaan. Penundaan reduksi tertutup ini dilaporkan berhubungan dengan angka keberhasilan reduksi yang lebih rendah.[1,2]

Dislokasi bahu merupakan kejadian dislokasi tertinggi di antara sendi tubuh lainnya. Jenis dislokasi bahu terbanyak adalah dislokasi bahu anterior. Berdasarkan etiologi, penyebab dislokasi bahu tersering adalah trauma, baik akibat jatuh atau terbentur pada area bahu maupun akibat tarikan sendi bahu berlebihan.[1,2]

DislokasiBahu

Pasien yang lebih muda memiliki frekuensi redislokasi yang lebih tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat aktivitas yang lebih tinggi. Pasien dengan riwayat dislokasi bahu lebih rentan mengalami redislokasi. Redislokasi terjadi akibat jaringan yang tidak sembuh dengan baik atau kelemahan jaringan pada sendi bahu. Robekan rotator cuff atau patah tulang glenoid juga meningkatkan risiko redislokasi.[1,3]

Manajemen Dislokasi Bahu

Tujuan tata laksana dislokasi bahu adalah mengembalikan fungsi bahu, menghilangkan nyeri, dan memastikan kestabilan sendi bahu. Pilihan tata laksana akan dipengaruhi oleh usia pasien, riwayat dislokasi sebelumnya, pekerjaan (tuntutan fungsional), tingkat aktivitas, dan kelemahan ligamen.[2,4,7,8]

Umumnya, reduksi tertutup merupakan pilihan utama pada dislokasi bahu inisial, yang perlu dilakukan dengan cepat. Penundaan reduksi selama 24 jam akan meningkatkan risiko reduksi yang tidak stabil, spasme otot, dan gangguan neurovaskular. Nyeri dan spasme otot di sekitar dislokasi merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan reduksi bahu.[3-5]

Pilihan manuver reduksi tertutup tergantung pada keterampilan tenaga medis, fasilitas yang tersedia, dan kondisi klinis pasien saat tiba. Beberapa manuver reduksi tertutup yang umum dilakukan adalah teknik traksi-kontratraksi, manipulasi skapula, metode Kocher, teknik Milch, dan teknik Spaso.[6,7]

Untuk menghilangkan rasa sakit dan membantu relaksasi otot, sedasi dan analgesia atau suntikan lidocaine intra-artikular diperlukan saat prosedur reduksi tertutup. Dalam beberapa tahun terakhir, blok saraf perifer yang dipandu USG, misalnya blok saraf pleksus brakialis interscalene atau blok saraf suprascapular, telah digunakan.[6,7]

Reduksi tertutup dulunya dianjurkan agar diikuti dengan imobilisasi selama 3–6 minggu, dengan harapan untuk membantu penyembuhan. Namun, dalam 1 dekade terakhir, ada rekomendasi untuk mobilisasi lebih awal.[2,7,8]

Kontraindikasi reduksi tertutup pada kasus dislokasi bahu adalah fraktur leher humerus, fraktur multipel, trauma saraf multipel, kecurigaan osteoporosis pada pasien lansia, dan terlambatnya penanganan sejak awal kejadian.[2,5]

Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Reduksi Tertutup Dislokasi Bahu

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan reduksi tertutup adalah usia pasien, derajat trauma, dan waktu reduksi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa penundaan tata laksana berkontribusi terhadap kegagalan reduksi tertutup.[4,9-11]

Selain itu, menurut literatur, relaksasi otot yang adekuat juga merupakan faktor penting untuk keberhasilan reduksi. Relaksasi otot dapat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan pasien dan ada tidaknya penggunaan intervensi farmakologis atau blok saraf tepi untuk mengurangi rasa nyeri.[9-11]

Beberapa studi juga berupaya membandingkan berbagai manuver reduksi dan menilai tingkat keberhasilannya. Perbandingan manipulasi skapula dan traksi-kontratraksi tidak menunjukkan perbedaan angka keberhasilan bermakna. Perbandingan teknik Milch dan metode leverage lainnya juga tidak menunjukkan perbedaan tingkat keberhasilan bermakna. Manuver sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi klinis dan faktor risiko tiap pasien.[6,9]

Rekomendasi Waktu untuk Reduksi Tertutup Dislokasi Bahu

Penundaan reduksi dislokasi bahu meningkatkan risiko munculnya efek buruk akibat kompresi struktur neurovaskular, spasme otot, dan ketegangan yang berhubungan dengan peregangan jaringan. Semakin lama penundaan, spasme otot mempersulit mobilisasi sendi bahu. Interval yang lebih pendek dari saat cedera hingga saat upaya reduksi tertutup pertama dikaitkan dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi.[4,7,10]

Belum ada konsensus baru yang menyepakati golden time untuk reduksi tertutup bahu. Beberapa studi menyarankan interval waktu antara kejadian pertama cedera dislokasi bahu dan reduksi agar berkisar antara 1–6 jam. Interval waktu dari awal cedera hingga saat tiba di UGD dan interval dari tiba di UGD hingga waktu sedasi awal sama-sama merupakan prediktor signifikan terhadap keberhasilan reduksi.[4,8,9,11,12]

Jika ada penundaan tindakan >12 jam, pasien mengalami peningkatan risiko komplikasi vaskular. Sementara itu, penundaan >24 jam akan meningkatkan risiko ketidakstabilan reduksi, spasme berlebihan, dan komplikasi neurovaskular. Angka keberhasilan reduksi tertutup yang tertinggi ada pada interval waktu 75 menit sejak cedera.[4,8,9,11,12]

Beberapa studi senada menyatakan bahwa penundaan reduksi tertutup merupakan faktor independen untuk kegagalan tindakan tersebut. Tiap penambahan 10 menit pada interval waktu dari awal cedera hingga reduksi pertama meningkatkan risiko kegagalan sebesar 7%. Sementara itu, tiap penambahan 10 menit pada interval waktu dari ketibaan di UGD hingga reduksi pertama menaikkan risiko kegagalan 19%. Kegagalan reduksi dapat membuat pasien membutuhkan manajemen lain seperti operasi.[4,9,11]

Kesimpulan

Keberhasilan reduksi tertutup pada kasus dislokasi bahu tergantung pada bermacam faktor, seperti usia pasien, keparahan dislokasi, manajemen nyeri, dan waktu reduksi. Saat ini belum ada konsensus yang menyepakati golden time untuk reduksi tertutup pada kasus dislokasi bahu. Namun, penundaan reduksi tertutup telah diketahui dapat meningkatkan risiko kegagalan reduksi tersebut.

Menurut bukti yang ada saat ini, angka keberhasilan reduksi tertutup yang tertinggi ada dalam interval waktu 75 menit sejak awal cedera. Pemanjangan interval waktu dari awal cedera hingga reduksi pertama maupun pemanjangan interval waktu dari ketibaan di UGD hingga reduksi pertama akan sama-sama meningkatkan risiko kegagalan reduksi.

Pasien mengalami peningkatan risiko komplikasi vaskular bila ada penundaan tindakan >12 jam. Sementara itu, penundaan >24 jam akan meningkatkan risiko ketidakstabilan reduksi, spasme berlebihan, dan komplikasi neurovaskular.

Referensi