Penatalaksanaan

Penatalaksanaan osteosarkoma bergantung pada tingkat grading dan lokasi lesi. Jika tumor low grade dan terletak pada permukaan tulang atau intramedullar, maka pembedahan saja dapat dilakukan. Namun, jika ditemukan terdapat fitur high grade pada hasil biopsi pasca operasi, maka kemoterapi adjuvan diberikan pada pasien.

Pada tumor high grade yang terletak di permukaan atau intramedullar, kemoterapi neoadjuvan diberikan dan selanjutnya dinilai apakah reseksi tumor dapat dilakukan. Radioterapi juga dapat dipertimbangkan pada kasus tumor high grade.[8]

Kemoterapi

Regimen kemoterapi standar untuk anak-anak dan orang dewasa < 40 tahun adalah methotrexate, doxorubicin, dan cisplatin. Pada pasien > 40 tahun, methotrexate tidak diberikan karena belum terbukti bermanfaat. Kemoterapi umumnya dimulai setelah diagnosis patologi ditegakkan dan stadium ditentukan, dan berlangsung selama 6-10 minggu sebelum pembedahan.[2,3]

Pascabedah, kemoterapi ditunda hingga 21 hari untuk memberi waktu penyembuhan luka. Selanjutnya, kemoterapi adjuvan diberikan selama 12-29 minggu. [2] Perlu diperhatikan bahwa kemoterapi untuk osteosarkoma sering dikaitkan dengan toksisitas, baik akut maupun jangka panjang. Cisplatin berpotensi mengakibatkan hilang pendengaran dan hipomagnesemia, sehingga perlu dilakukan audiogram sebelum kemoterapi dimulai, dan pemantauan kadar elektrolit.[1]

Radioterapi

Karena tumor bersifat radioresisten, radioterapi jarang dilakukan sebagai terapi adjuvan pada osteosarkoma, dan umumnya dilakukan pada tumor yang tidak bisa direseksi. Radioterapi juga bisa bermanfaat untuk pasien yang mendapat kemoterapi kombinasi yang tidak dapat menjalani reseksi total, atau memiliki fokus tumor residual mikroskopik setelah upaya reseksi.[1-3]

Pembedahan

Pembedahan merupakan tata laksana utama osteosarkoma untuk mencapai remisi dan meningkatkan kesintasan pasien. Jenis pembedahan yang dilakukan adalah amputasi atau limb salvage surgery dan reseksi metastasis jika memungkinkan.[2,3]

Seluruh tumor harus diangkat dengan margin yang luas untuk menghindari sisa-sisa lesi dan kemungkinan rekurensi. Rekurensi berkaitan erat dengan prognosis buruk dan metastasis.[3]

Setelah reseksi, spesimen diperiksa untuk menilai efek kemoterapi pada tumor dan menentukan regimen kemoterapi selanjutnya. Nekrosis ≥ 90% dianggap sebagai respon yang “baik” dan kemungkinan memiliki prognosis yang lebih baik. Pasien dengan respon yang baik umumnya mendapat regimen yang sama dengan sebelum pembedahan, sedangkan perlu dipertimbangkan perubahan regimen pada pasien dengan respon buruk.[2,3]

Di masa lalu, pembedahan yang dilakukan berupa amputasi untuk mencegah rekurensi. Namun, saat ini limb salvage surgery lebih banyak dilakukan, didukung oleh kemoterapi, pemeriksaan radiologi, dan teknik rekonstruksi. 85% kasus osteosarkoma apendikular high-grade dapat direseksi dan direkonstruksi dengan tetap mempertahankan fungsi ekstremitas yang terkena.[1,3]

Tujuan pembedahan adalah menghilangkan tumor secara keseluruhan. Margin tumor yang ikut diangkat minimal wide, berdasarkan definisi Enneking, yakni tumor dan bekas jalur biopsi harus diangkat beserta jaringan sehat yang mengelilinginya.[1]

Pada limb salvage surgery, tumor dan jaringan yang cukup luas di sekitarnya direseksi, dengan tetap mempertahankan jaringan di sekeliling struktur neurovaskular yang vital. Diseksi yang dilakukan dengan seksama mempertahankan fungsi ekstremitas, namun tetap menyingkirkan seluruh lesi. Amputasi hanya dilakukan jika reseksi tumor dan jaringan di sekitarnya tidak dapat dilakukan tanpa menghilangkan fungsi ekstremitas.[3]

Pascabedah, terdapat beberapa pilihan rekonstruksi, seperti alat endoprostetik, bulk allografts, atau kombinasi.[1,3]