Cara yang tepat untuk menangani urtikaria dengan angioedema pada pasien dengan riwayat digigit serangga 2 tahun yang lalu - Diskusi Dokter

general_alomedika

Izin bertanya dok, saya mendapatkan pasien urtikaria dengan angioedema. Sudah masuk 4 kali ke IGD dengan keluhan berulang dalam 24 jam. Tidak ad riwayat...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Cara yang tepat untuk menangani urtikaria dengan angioedema pada pasien dengan riwayat digigit serangga 2 tahun yang lalu

    Dibalas 14 September 2019, 17:18
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    Izin bertanya dok, saya mendapatkan pasien urtikaria dengan angioedema. Sudah masuk 4 kali ke IGD dengan keluhan berulang dalam 24 jam. Tidak ad riwayat alergi makanan ataupun cuaca sebelumnya. Sebelumnya pernah muncul keluhan seperti ini setelah digigit serangga terbang 2 tahun yll. Keluhan lain tidak ada, hanya gatal dan bentol2 kemerahan dikulit.

    Kebetulan dit4 saya tidak ada dokter spesialis kulit stiap harinya, hanya dokter kulit referal 1 kali seminggu. Kebetulan 1 hari yll masuk ke IGD pukul 05.30 wib, 19.30 wib, dan 23.30 wib. Tadi pagi pukul 07.30 wib masuk kembali ke IGD dg keluhan urtikaria tanpa angioedema.

    Apakah tatalaksana lanjutan terbaik yg bsa saya berikan kepada pasien ini dok? Berapa dosis maksimal injeksi kortikosteroid yg dapat saya diberikan? Dan apa pilihan terapi terbaiknya dok? Apakah perlu dirujuk segera ke rs diluar kota yg pnya Sp.KK? Pasien tidak bersedia dirawat karena tidak ada Sp.KK dirs saya dok🙏

14 September 2019, 17:18
dr. Marianti
dr. Marianti
Dokter Umum

Alo, Dokter.


Karena urtikaria (dengan atau tanpa angioedema) bisa dipicu juga oleh obat-obatan dan infeksi virus, mungkin Dokter bisa menanyakan ke pasien apakah dia sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu atau sedang mengalami infeksi? Dokter juga bisa mempertimbangkan infeksi parasit, misalnya cacing.


Kalau sudah diketahui pemicunya, akan lebih mudah diatasi. Meski begitu, sekitar 50% dari urtikaria memang tidak diketahui pemicunya (acute spontaneous urticaria/ASU).


Penaganan lini 1:


Jika ada urtikaria, antihistamin harus terus diberikan. Kortikosteroid bisa ditambahkan untuk kondisi yang parah atau kurang merespon antihistamin. Antihistamin yang bisa digunakan adalah second-generation, non-sedating, non-impairing H1-receptor antihistamine, seperti fexofenadine, loratadine, atau cetrizine. Dosis boleh ditingkatkan kalau memang tidak ada efek, karena dosis efektif antihistamin bisa berbeda antara 1 orang dengan orang yang lain.


Penanganan lini 2:


Kalau tidak ada perbaikan dalam waktu 2-4 minggu, tingkatkan dosis antihistamin sampai di atas dosis standar. Guideline Eropa dan Kanada menyebutkan bahwa dosis antihistamin bisa dinaikkan sampai 4x lipat dosis standar.


Penanganan lini 3:


Kalau masih tidak ada perbaikan juga, berikan antihistamin + omalizumab (150-300 mg, SC, tiap 4 minggu).


Penanganan lini 4:


Bila tidak ada perbaikan dalam 6 bulan, gunakan antihistamin + cyclosporine (3-5 mg/kgBB/hari).


Kortikosteroid bisa diberikan per oral saja untuk jangka pendek (10-14 hari), tapi umumnya tidak perlu, karena sering kali manfaatnya tidak sebanding dengan risiko efek sampingnya.


Kalau gejala makin berat, sering kambuh, atau berlangsung sampai lebih dari 6 minggu (urtikaria kronis), sebaiknya dirujuk ke SpKK, Dok.


Zuberbier T, Aberer W, Asero R, Abdul Latiff AH, Baker D, Ballmer-Weber B, Bernstein JA, Bindslev-Jensen C. Brzoza Z, Maurer M. The EAACI/GA²LEN/EDF/WAO guideline for the definition, classification, diagnosis and management of urticaria. Allergy. 2018;73(7):1393–414.


https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/all.13397