Alodok, kasusnya menarik. Jika tumbuh kembangnya sesuai usia, pada usia 4 tahun proses pikir anak masih pra operasional masih penuh simbol2x dan belum konkret. Ketika anak menolak memakai celana dan masih merasakan adanya sensasi tidak nyaman pada organ seksual, perlu dipertimbangkan makna apa dibalik kondisi ini. Dapat dinilai tidak normal karena sudah mengganggu fungsi sehari2x (anak merasa tidak nyaman dan adanya pikiran berulang & mengganggu)
Jika baru terjadi 2 bulan terkahir, coba dinilai juga bagaimana fungsi keseharian dalam perilaku, mood,  dan bermainnya. Moodnya apakah disforik, lebih sensitif, cemas, jadi lebih lekat dgn pengasuh utama. Perilaku regresi ada kemunduran dari fungsi usianya, misalnya jadi mengompol (tadinya sudah tidak), lebih mudah tantrum. Atau perubahan pola makan dan tidur (bisa mengigau/nightmare). Pola bermain didapatkan tema 2x seksual atau agresivitas.
Untuk diagnosis sangat diperlukan data 2x yang lengkap, namun perlu dipertimbangkan gangguan stres pasca trauma pada anak.(riwayat kekerasan seksual).

ALO Dokter, anak usia 4 tahun memang belum pasti mengarah ke kelainan seksual. Namun, di PPDGJ ada istilah Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak, di mana gambaran esensial untuk diagnosis adalah keinginan anak yang mendalam dan menetap untuk menjadi jenis kelamin lawan jenis-nya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan/ atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya. Tidak ada rangsangan seksual dari pakaian. Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul pada usia pra-sekolah. Jika ada kekhawatiran ini, sebaiknya anak dibawa ke psikologi.

Namun, bisa juga anak ini tidak nyaman dengan bahan celana dalam yang menempel pada groin, sehingga anak lebih senang menggunakan model sarung. Pada dugaan ini, bisa merujuk anak ke spesialis kulit atau saraf. CMIIW