Aesthetic Council for Ethical Use of Neurotoxin Delivery (ASCEND) PR Event regional Asia Pasifik secara perdana berlangsung pada tahun 2022 di di Bangkok,...
Kewaspadaan Resistensi Toksin Botulinum A - Laporan ASCEND PR Event - November 2024 - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Kewaspadaan Resistensi Toksin Botulinum A - Laporan ASCEND PR Event - November 2024
Aesthetic Council for Ethical Use of Neurotoxin Delivery (ASCEND) PR Event regional Asia Pasifik secara perdana berlangsung pada tahun 2022 di di Bangkok, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang imunogenisitas toksin botulinum A di kalangan penyedia layanan kesehatan dan konsumen. Tahun 2024 ini, ASCEND PR Event telah kembali diselenggarakan di Hanoi, Vietnam, oleh Merz Aesthetics.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk membahas berbagai hasil studi terbaru dan kasus klinis mengenai resistensi toksin botulinum A (BoNT-A), termasuk pengalaman dan kecenderungan pasien serta dokter ketika menghadapi kasus seperti tersebut.
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan adanya pemahaman yang benar tentang penggunaan toksin botulinum A sebagai terapi untuk penyakit maupun masalah estetika. Selain itu, para dokter juga diharapkan lebih waspada terhadap dampak penggunaan toksin botulinum A yang tidak tepat terhadap keberhasilan terapi dan kualitas hidup pasien.
Pembicara pada pertemuan ini adalah dokter-dokter spesialis kulit, spesialis imunologi, spesialis bedah plastik, serta para profesional dalam pengendalian mutu layanan dan etika medis, dari Thailand, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Australia, Singapura, dan Jerman.
Di ASCEND PR Event ini, Merz Aesthetics mengumumkan hasil survei di seluruh Asia Pasifik mengenai resistensi toksin botulinum A. Prevalensi konsumen yang disurvei mengalami penurunan kemanjuran toksin botulinum A masih tinggi, yaitu 81%, di mana angka ini naik dari 79% pada tahun 2021 dan 69% pada tahun 2018.
Hasil survei juga melaporkan bahwa 66% pasien, atas pilihan mereka sendiri yang disetujui atau bahkan disarankan oleh dokter, akan mendapatkan peningkatan dosis, peningkatan frekuensi penyuntikan, atau penggantian produk toksin botulinum, dan kebanyakan merupakan produk toksin yang tidak dimurnikan. Hal ini hanya akan memperburuk kondisi resistensi.
Narasumber ALOMEDIKA yang turut hadir di Vietnam ini melaporkan bahwa tujuan utama dari pertemuan ini bagi para dokter adalah untuk meningkatkan kesadaran akan resistensi toksin botulinum A, mengetahui perbedaan antara toksin yang dimurnikan dan tidak dimurnikan, serta memahami risiko terkait penggunaan toksin yang tidak dimurnikan.
Toksin murni merujuk pada tidak adanya protein pengompleks, neurotoksin tidak aktif, flagellin, dan kontaminan DNA bakteri. Sementara itu, toksin yang tidak murni merujuk pada adanya protein pengompleks, neurotoksin tidak aktif, flagellin, bahkan risiko kontaminan DNA bakteri.
Sebelum memberikan terapi dengan toksin botulinum A, dokter juga perlu lebih teliti dalam menggali riwayat penggunaan toksin botulinum A oleh pasien, mencakup penggunaan terapeutik dan estetik, serta mengedukasi pasien tentang manfaat penggunaan produk toksin yang dimurnikan serta bahaya penggunaan produk toksin yang tidak dimurnikan.
Kesimpulan
Toksin botulinum A (BoNT-A) adalah neurotoksin potent dari bakteri Clostridium botulinum, di mana toksin ini menyebabkan relaksasi otot sementara dengan menghalangi transmisi sinyal saraf ke otot. Toksin botulinum A sudah sering digunakan dalam terapeutik maupun kosmetik, termasuk untuk pengobatan migrain kronis, hiperhidrosis, serta garis-garis halus dan kerutan pada kulit.
Formulasi toksin botulinum A berbeda antar merek, yaitu berbeda komposisi toksin, eksipien, dan kemurnian. Toksin murni diproduksi melalui proses pemurnian ganda yang unik untuk mengisolasi neurotoksin aktif tanpa substansi tambahan yang tidak diperlukan. Toksin murni ini merupakan salah satu upaya mengurangi risiko neutralizing antibody yang mengarah ke imunoresistensi.
Resistensi toksin botulinum A berdampak buruk pada praktik kesehatan, karena akan mengurangi kemanjuran pengobatan dan membuat pasien tidak dapat diobati dengan perawatan toksin botulinum A baik untuk terapetik maupun estetik. Oleh karena itu memilih formulasi BoNT-A+ murni sangat penting untuk meminimalkan risiko resistensi dan memastikan efektivitas pengobatan jangka panjang.
Terima kasih, update ilmunya Dok.
Kalau dari label produk botoxnya, apakah ada cara untuk membedakan formulasi yang murni dan tidak ya?
Topik menarik, di Indonesia sudah adakah laporan resistensi toksin botulinum?
Harus terus mengikuti laporan kasus ini, sangat menarik.